20 Mar
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Beberapa Faidah Dari Belajar Dari Imam Bukhori
Alhamdulillah wa Sholatu wa Salamu ‘alaa Rosulillah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.
Siapa yang tak kenal dengan Imam Bukhori Rohimahullah. Beliau adalah amirul mukminin fil hadits (pemimpin kaum mukminin dalam masalah hadits). Langsung saja berikut kita nukilkan sebuah kisah tentang beliau ketika menuntut ilmu dan beberapa faidah yang dapat kita ambil dari kisah tersebut.
Dalam Hadyu Saari disebutkan, pentahqiq kitab ini mengatakan,
‘Warooq Al Bukhori mengatakan, ‘Aku bertanya kepada imam Bukhori kapan dia mulai berkecimpung dalam dunia hadits ?’ Beliau menjawab, “Aku diberikan ilham untuk mulai menghafal hadits di perpustakaan ketika berumur 11 tahun atau lebih muda dari itu. Kemudian aku beranjak dari perpustakaan dan bertemu dengan Ad Dakhiliy dan ulama lainnya. Ketika itu beliau sedang sedang membacakan hadits kepada khalayak ramai. Beliau mengatakan, ‘Sufyan dan Abul Zubair dari Ibrohim’. Lalu aku katakan, “Sesungguhnya Abul Zubair tidak meriwayatkan hadits dari Ibrohim”. Kemudian beliau membentakku. Lalu aku kayakan, “Kembalilah lihat Al Ashl / buku catatan anda”. Kemudian dia masuk kemudian keluar lagi lalu mengatakan, ‘Lalu bagaimana yang betul wahai anak kecil ?’ Maka aku jawab, “Yang betul adalah Az Zubair bin ‘Adiy dari Ibrohim”. Kemudian beliau membenarkan bukunya dan mengatakan, ‘Engkau benar’. Ketika itu aku baru berusia 11 tahun”[1].
Beberapa faidah dari kisah ini :
- Mengambil faidah berupa pengalaman dari senior dalam menuntut ilmu.
- Sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan cara menghafal, membaca dan mendengarkan dari orang yang berilmu.
- Buah dari menuntut ilmu sejak usia belia.
- Ilmu ditimba dari orang yang berilmu dari kalangan ustadz dan para ulama.
- Ilmu ditimba dari beberapa orang guru. Tujuannya untuk lebih mamantapkan ilmu dan mengetahui kekurangan salah seorang guru sehingga ilmu yang didapat lebih mendekati kebenaran.
- Pentingnya menisbatkan ilmu kepada sumbernya.
- Adab seorang murid kepada gurunya yaitu ketika gurunya keliru sang murid tidak membiarkan dan membetulkannya.
- Lembutnya adab Imam Bukhori kepada guru-gurunya.
- Akhlak ulama ketika ada orang yang statusnya masih junior dalam menuntut ilmu mengkoreksi apa yang disampaikan.
- Tidak ada malu dalam menuntut ilmu dan rujuk kepada kebenaran.
- Boleh bahkan dalam keadaan tertentu dianjurkan bagi guru untuk memberikan pujian kepada murid yang berprestasi.
Inilah beberapa faidah yang dapat kami simpulkan dari cuplikan potongan kisah Imam Bukhori Rohimahullah dalam menuntut ilmu. Mudah-mudahan bermanfaat.
Ahad, 23 Jumadil Ulaa 1436 H / 15 Maret 2015 M
Aditya Budiman bin Usman.
[1] Lihat Hadyu Saari hal. 36/I terbitan Dar Thoyyibah, Riyadh, KSA.
Leave a Reply