Tafsir Surat Al Kahfi (3)

26 Apr

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Tafsir Surat Al Kahfi (3)

Segala puji yang disertai pengagungan seagung-agungnya hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan perendahan diri kita yang serendah-rendahnyanya hanya kita berikan kepadaNya Robbul ‘Alamin yang telah menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam, istri-istri Beliau, Keluarganya, para Sahabatnya dan ummat Beliau yang senantiasa meniti jalannya dengan baik hingga hari kiamat.

Pada edisi kali ini kita akan melanjutkan pembahasan edisi sebelumnya.

[Tafsir Surat Al Kahfi ayat 6]

Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

 فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آَثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا (6)

“Maka barangkali kamu akan membunuh/membinasakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran)”.  (QS. Al Kahfi [18] : 6)

Penjelasan Ayat

Firman Allah ‘Azza wa Jalla, (فَلَعَلَّكَ) merupakan khitob/panggilan kepada Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Firman Allah Subhana wa Ta’ala, (بَاخِعٌ نَفْسَكَ) “Membinasakan dirimu sendiri”, karena suatu hal yang merupakan kebiasaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam jika dakwahnya tidak diterima akan sangat sedih, dada beliau terasa sesak hingga hamper-hampir akan membinasakan dirinya sendiri. Maka Allah ‘Azza wa Jalla menghibur Beliau dan menjelaskan padanya bahwa bukanlah merupakan sebuah kewajiban bagi beliau diterimanya dakwahnya melainkan yang diwajibkan bagi beliau adalah menyampaikan dakwahnya dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun telah menyampaikannya.

Firman Allah ‘Azza wa Jalla, (عَلَى آَثَارِهِمْ) “karena mereka mengikuti jejak mereka/berpaling”. Karena mereka kembali kepada (kekafiran mereka) setelah enggan menerima dakwah dan penentengan mereka atas dakwah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Firman Allah ‘Azza wa Jalla, (إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ) “sekiranya mereka tidak beriman pada Al Qur’an”.

Firman Allah ‘Azza wa Jalla, (أَسَفًا) merupakan maf’ul li ajlih dan ‘amilnya adalah firman Allah (بَاخِعٌ). Maknanya  sesungguhnya boleh jadi kamu akan membinasakan dirimu sendiri karena merasa sedih yang luar biasa jika mereka tidak mau beriman dengan apa yang engkau dakwahkan (Al Qur’an). Namun bukan merupakan kewajiban bagi Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam orang-orang yang beliau dakwahi harus menerima dakwahnya bahkan kewajiban beliau hanyalah menyampaikan. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ

“Karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja”. (QS. Ar Ro’du [13] : 40)

Maka demikian jugalah kewajiban bagi orang-orang yang merupakan pewaris para Nabi yaitu ‘ulama, kewajiban mereka hanyalah menyampaikan adapun hidayah maka hal itu berada di tangan Allah. Diantara suatu hal yang sudah diketahui bahwa seorang mukmin akan bersedih jika manusia lainnya tidak menerima kebenaran. Namun orang yang bersedih jika manusia tidak menerima kebenaran terbagi menjadi dua jenis.

[1]. Jenis orang yang bersedih jika dia (dirinya) tidak diterima

[2]. Jenis orang yang bersedih karena kebenaran tidak diterima.

Dari kedua jenis di atas maka jenis kedualah yang terpuji karena jenis yang pertama. Karena jenis yang pertama jikalau ia berdakwah maka sesungguhnya yang ia serukan adalah agar orang mengikutinya sedangkan jenis yang kedua jika ia berdakwah maka yang ia dakwahkan adalah dakwah kepada Allah (yang ia dakwahkan adalah kebenaran). Oleh karena itulah Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ

“Serulah/ajaklah manusia ke jalan Allah”. (QS. An Nahl [16] : 125)

Namun apabila seseorang mengatakan, “Saya sedang bersedih karena kata-kataku tidak diterima karena apa yang aku sampaikan adalah kebenaran. Seandainya disampaikan kepadaku kebenaran yang bertentangan dengan perkataanku tadi maka aku akan mengambil kebenaran itu walaupun bertentangan dengan pendapatku tadi”. Maka apakah orang yang demikian terpuji atau tidak ?

Maka jawabnya adalah orang tersebut terpuji akan tetapi orang itu tidak sebagaimana orang lain yang tidak ada keinginan padanya kecuali diterimanya kebenaran yang boleh jadi dari perkataan/dakwah orang lain ataupun dari dakwahya.

 

 

 

[Diringkas dari Kitab Tafsir Surat Al Kahfi oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin hal. 16-17 terbitan Dar Ibnul Jauzi Riyadh, KSA]

 

Sigambal, Ditemani Syifa 04 Jumadil Akhir 1433 H / 26 April 2012 M

Aditya Budiman bin Usman

-yang mengharap ampunan Robbnya-

 

 

Tulisan Terkait

Leave a Reply