20 Oct
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Tafsir Surat Al Kahfi (18)
Segala puji yang disertai pengagungan seagung-agungnya hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan perendahan diri kita yang serendah-rendahnyanya hanya kita berikan kepadaNya Robbul ‘Alamin yang telah menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam, istri-istri Beliau, Keluarganya, para Sahabatnya dan ummat Beliau yang senantiasa meniti jalannya dengan baik hingga hari kiamat.
Kembali kita melanjutkan tafsir ringkas Surat Al Kahfi setelah lebih setahun tidak diupdated di web ini. Mudah-mudahan Allah Tabaroka wa Ta’ala menganugrahkan kepada kami hidayah dan keistiqomahan untuk menyelesaikan tafsir ini. Amin
[Tafsir Surat Al Kahfi ayat 22]
Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,
سَيَقُولُونَ ثَلَاثَةٌ رَابِعُهُمْ كَلْبُهُمْ وَيَقُولُونَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًا بِالْغَيْبِ وَيَقُولُونَ سَبْعَةٌ وَثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا مِرَاءً ظَاهِرًا وَلَا تَسْتَفْتِ فِيهِمْ مِنْهُمْ أَحَدًا
“Nanti (ada orang yang akan) mengatakan (jumlah mereka) adalah tiga orang yang keempat adalah anjingnya, (yang lain) mengatakan, “(jumlah mereka) adalah lima orang yang keenam adalah anjing nya”, sebagai terkaan terhadap barang yang ghaib. Dan (yang lain lagi) mengatakan, “(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya”. Katakanlah, “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka, tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit”. Karena itu janganlah engkau (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka”. (QS. Al Kahfi [18] : 22).
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimahullah mengatakan,
“Kelak akan ada orang yang mengatakan jumlah mereka pemuda Ashabul Kahfi 3, 4, atau 5. Bagaimana perkataan tersebut ganda untuk sebuah hal ghoib yang sama/satu ? Hal ini tidak keluar dari 2 sisi pandang.
Sisi Pertama, Makna kelak akan ada yang mengatakan diantara mereka bahwa jumlahnya 3 dan yang keempat adalah anjingnya. Sebagian orang lain ada juga yang mengatakan jumlahnya 5 dan yang keenam adalah anjingnya. Kelompok ketiga mengatakan jumlahnya 7 dan yang kedelapan adalah anjingnya”.
“Sisi Kedua, sebenarnya maknanya mereka akan ragu-ragu. Pada suatu kesempatan mereka mengatakan 3. Pada kesempatan lain mereka mengatakan 5. Pada kesempatan lainnya lagi mereka mengatakan 7.
Kedua sisi pandang tersebut memiliki kemungkinan benar dan dapat meniadakan satu dengan yang lainnya. Maka anda akan dapati mereka mengatakan ini, terkadang mengatakan itu. Pada kesempatan lain mengatakan ini. Demikianlah mereka mengatakan sesuai apa yang terbersik di benak mereka”.
“Allah Ta’ala berfirman (رَجْمًا بِالْغَيْبِ) ‘sebagai terkaan terhadap barang yang ghaib’. Allah berfirman demikian kepada orang yang mengatakan bahwa jumlah pemuda tersebut adalah 3 dan yang keempat adalah anjingnya, 5 orang dan yang keenam adalah anjingnya. Allah Ta’ala mengatakan bahwa orang-orang yang berpendapat demikian sesungguhnya ketika mereka mengatakan itu (hanyalah) (رَجْمًا بِالْغَيْبِ) ‘sebagai terkaan terhadap barang yang gaib’ yaitu hanya terkaan mereka terhadap sesuatu yang ghaib dan mereka tidak benar-benar yakin”.
“(وَيَقُولُونَ سَبْعَةٌ وَثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ) ‘Dan (yang lain lagi) mengatakan, “(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan adalah anjingnya’. Allah tidak menyebutkan bahwa ucapan mereka itu sebagao terkaan terhadap sesuatu yang ghaib. Namun Allah Subhana wa Ta’ala mendiamkan ucapan mereka. Hal ini merupakan dalil bahwasanya jumlah mereka sebenarnya 7 orang dan yang ke-8 adalah anjing mereka. Karena Allah menilai salah 2 perkataan sebelumnya dan mendiamkan yang ke-3, sehingga ucapan ketiga teranggap sebagai kebenaran”.
“(قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ) ‘Katakanlah, “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka’. Maksudnya jika terjadi perdebatan tentang hal itu maka katakanlah kepada mereka bahwa (رَبِّي أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ) ‘Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka’. Lantas apakah Allah memberikan kita ilmu tentang jumlah mereka ?’
Maka jawabannya : Tentu, Allah memberikan kita ilmu tentang jumlah para pemuda tersebut. Bahwasanya jumlah mereka 7 orang dan yang ke-8 adalah anjing mereka. Jika Allah adalah yang paling tahu tentang jumlah mereka maka wajib bagi kita untuk merujuk pada apa yang Allah berikan ilmu tentangnya. Sehingga kita katakan dengan penuh keyakinan bahwa jumlah mereka adalah 7 orang dan yang ke-8 adalah anjing mereka”.
“(مَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ) ‘tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit’. Maksudnya tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali hanya sedikit, sebelum Allah memberikan ilmunya bahwasanya jumlah mereka 7 orang dan yang ke-8 adalah anjing mereka”.
“(قَلِيلٌ فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا مِرَاءً ظَاهِرًا) ‘Karena itu janganlah engkau (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja’. Maksudnya janganlah perdebatan/pertengkaran sampai ke hati. Sebab pertengakaran/debat yang sampai ke hati maka akan terjadi perdebatan/pertengkaran yang melampaui batas, amarah, urat leher akan tegang dan akan membekas (di hati -pen). Ketika perdebatan/pertengkaran tentang (jumlah) mereka tidak memberikan faidah yang besar maka Allah Ta’ala pun berfirman : (قَلِيلٌ فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا مِرَاءً ظَاهِرًا) ‘Karena itu janganlah engkau (Muhammad) bertengkar tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja’. Yaitu perdebatan/pertengkatan yang hanya di lisan dan tidak sampai di hati.
Faidah yang dapat dipetik dari ini adalah sesungguhnya semua perdebatan/pertengkaran yang tidak ada faidah padanya maka tidak sepantasnya seseorang membuat hatinya capek memperdebatkannya. Hal ini banyak sekali terjadi. ……………………….
Ini juga menunjukkan bahwa sesuatu yang tidak ada kebaikan padanya maka tidak pantas terlalu terlalu diperdalam. Hal ini juga banya terjadi”.
“(وَلَا تَسْتَفْتِ فِيهِمْ مِنْهُمْ أَحَدًا) ‘jangan kamu menanyakan tentang mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka’. Maksudnya janganlah kamu berfatwa teng penghuni gua kahfi, sama saja apakah dengan ahli kitab atau selainnya bagaimanapun keadaannya, waktu dan tempatnya. Ada ayat ini terdapat isyarat bagi seseorang untuk tidak meminta fatwa pada orang yang tidak layak berfatwa. Bahkan hingga pada orang yang padanya ada ilmu namun bukan orang yang ahli, janganlah meminta fatwa padanya”.
[diterjemahkan secara bebas dan diringkas dari Kitab Tafsir Surat Al Kahfi oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin hal. 41-44 terbitan Dar Ibnul Jauzi Riyadh, KSA]
Aditya Budiman bin Usman
-yang mengharap ampunan Robbnya
Leave a Reply