Sebagian Hikmah dari Dua Nama Allah….

6 Aug

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Sebagian Hikmah dari Dua Nama Allah….

Segala puji yang disertai pengagungan seagung-agungnya hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan perendahan diri kita yang serendah-rendahnyanya hanya kita berikan kepadaNya Robbul ‘Alamin. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam.

Al Qur’an merupakan sebuah mu’jizat yang teragung yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam dan akan senantiasa terjaga. Maka sebagai ummat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam sudah sepantasnya dan sudah selayaknyalah kita mengkaji dan mempelajarinya.

Diantara ayat mulia yang Allah Subhanahu wa Ta’ala abadikan dalam kitabNya,

تَنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ

“(Al Qur’an merupakan wahyu yang) diturunan oleh Al Aziz dan Ar Rohim”. (QS : Yaasiin [36] : 5).

Berikut kami kutipkan tafsiran ayat ini dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin[1] rohimahullah secara ringkas dan sedikit perubahan redaksi,

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (تَنْزِيلَ) secara bahasa merupakan susunan khobar dari mubtada’ yang dihapus dan ditakdirkan/ditetapkan mubatada’ yang dihapus tersebut adalah Al Qur’an, sehingga ditafsirkan sebagai, (القُرْآن تَنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيم) “Al Qur’an merupakan wahyu yang diturunan oleh Al Aziz dan Ar Rohim”.

Al Qur’an, Allah turunkan secara perlahan-lahan, sebagian demi sebagian, hal ini sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla,

وَقُرْآَنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا

“Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian[2]”. (QS : Al Isro’ [17] : 106).

Firman Allah Subahanahu wa Ta’ala tentang penuruan Al Qur’an memiliki dua cara penyampaian,

[1.]   Allah ‘Azza wa Jalla terkadang mengabarkan kepada kita bahwa Al Qur’an, Allah Subahanahu wa Ta’ala turunkan dengan menggunakan kata (أَنْزَلَ) yang mengandung makna diturunkan sekaligus, maka hal ini jika yang ditinjau adalah bagian akhirnya sehingga jika ditinjau dari sisi ini maka Allah ‘Azza wa Jalla telah menurunkan Al Qur’an secara keseluruhan. Atau jika ditinjau dengan tinjauan telah Allah turunkan dari lauhil mahfudz ke langit dunia[3]. Hal ini sebagaimana firman Allah Subahanahu wa Ta’ala,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami menurunkan[4] Al Qur’an pada malam Lailatul Qodr”. (QS : Al Qodr [97] : 1).

[2.]  Allah ‘Azza wa Jalla terkadang mengabarkan kepada kita bahwa Al Qur’an Allah Subahanahu wa Ta’ala turunkan dengan menggunakan kata (نَزَّلَ) yang mengandung makna diturunkan sebagian demi sebagian atau perlahan-lahan. Sebagaimana dalam firman Allah dalam surat Al Isro’ ayat 106 di atas dan firman Allah dalam surat Qof ayat 9 dan Ar Ro’du ayat 17.

Kemudian firman Allah (الْعَزِيزِ), nama Allah Subahanahu wa Ta’ala Al Aziz memiliki 3 makna,

[1.]   Allah adalah Dzat yang Aziz dalam kedudukannya, {sehingga terkadang diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Dzat Yang Maha Mulia Kedudukannya}[5].

[2.]  Allah adalah Dzat yang Aziz dalam Kekuasaannya, {sehingga terkadang diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Dzat Yang Maha Perkasa}[6].

[3.]  Allah adalah Dzat yang Aziz dalam Keinginannya, {artinya jika keinginan Allah dan keinginan mahluk bertabrakan maka keinginan Allah lah yang akan terjadi}[7].

Kemudian firman Allah (الرَّحِيمِ) yang berarti bahwa Allah adalah Dzat Maha Penyayang terhadap seluruh mahlukNya. Penafsiran ini dipilih karena nama Allah (الرَّحِيمِ) pada ayat ini tidak ditaqyid/dikaitkan dengan sesuatu yang membatasi/mengkhususnya sehingga maknanya umum mencakup seluruh mahluk. Adapun jika ditaqyid sebagaimana firman Allah Subahanahu wa Ta’ala,

وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمً

“Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”. (QS : Al Ahzab [33] : 43).

Pada bagian akhir dari tafsir Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsiamin rohimahullah untuk ayat ini, beliau mengatakan,

“Pada ayat ini Allah Subahanahu wa Ta’ala mengaitkan penurunan Al Qur’an dengan dua nama ini yaitu (الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ) sebagai isyarat terhadap wajibnya beramal dengan apa yang ada dalam Al Qur’an karena sesungguhnya orang yang tidak beramal dengan Al Qur’an maka (hendaklah ia ketahui-pent.) ia berhadapan dengan Al Aziz Dzat Yang Maha Perkasa dengan hukuman dari Dzat Yang Maha Perkasa, sehingga pada ayat ini terdapat ancaman bagi orang yang menyelisihi Al Qur’an. Sedangkan nama Allah Ar Rohim merupakan isyarat bahwa penurunan Al Qur’an merupakan diantara konsekwensi sifat rohmah/kasih sayang Allah kepada mahlukNya. Karena tidaklah ada rahmat Allah pada mahlukNya yang lebih besar daripada Allah turunkan Al Qur’anul Karim kepada mahlukNya. Karena dengan sebab Al Qur’an lah hidupnya hati dan badan, hidupnya individu dan masyarakat”.

Sebagai penutup kami berdo’a kepada Allah dengan do’a yang diajarkan Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam untuk memintanya,

اَللَّهُمَ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ

Ya Allah Aku meminta kepada Mu ilmu yang bermanfaat dan aku mohon perlindunganmu dari ilmu yang tidak bermanfaat[8].

Aditya Budiman

Kamis, 24 Sya’ban 1431 H/ 5 Agustus 2010 M.


[1] Dalam tafsir beliau untuk surat Yaasiin hal 16-18 dengan tahqiq Syaikh Fahd bin Nashir Sulaiman terbitan Dar Tsuroya, Riyadh, KSA.

[2] Yaitu sesuai mashlahatnya. [lihat Tafsir Jalalain Li Imamaini Al Jalilaini Muhammad bin Ahmad Al Mahalli dan Abdurrahman bin Abi Bakr As Suyuthi dengan ta’liq dari Syaikh Shofiyurrohman Al Mubarokfuri hafidzahullah hal. 303 Terbitan Darus Salam, Riyadh, KSA]

[3] Kalimat ini bukan merupakan perkataan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rohimahullah namun merupakan tafsir dari penulis Jalalain rohimahumallah.

[4] Yaitu Al Qur’an sekaligus dari Lauhil Mahfudz ke langit dunia. [lihat Tafsir Jalalain hal. 609].

[5] Kata yang ada dalam tanda {} bukan merupakan perkataan yaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rohimahullah namun merupakan tambahan yang kami peroleh dari guru kami Ustadz Aris Munandar hafidzahullah ketika mengajarkan Qowaidul Hissan dan Tafsir Surat Yaasiin.

[6] Idem.

[7] Idem.

[8] HR. Ibnu Majah no. 3843, dan dinilai hasan oleh Al Albani dalam Shohihul Jami’ no. 3635.

Tulisan Terkait

Leave a Reply