Ketika Diberdirikan di Neraka

10 Sep

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Ketika Diberdirikan di  Neraka

 

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.

Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلَا نُكَذِّبَ بِآَيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ. بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka diberdirikan ke neraka, lalu mereka berkata, “Sekiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, kami pun akan menjadi orang-orang yang beriman”. “Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka keburukan yang mereka dahulu selalu mereka sembunyikan. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka”. (QS. Al An’am [6] : 27-28)

Ibnu Katsir Rohimahullah (wafat Tahun 774 H) mengatakan[1],

يَذْكُرُ تَعَالَى حَالَ الكُفَّارِ إِذَا وَقَفُوْا يَوْمَ القِيَامَةِ عَلَى النَّارِ، وَشَاهِدُوْا مَا فِيْهَا مِنَ الْسَلَاسِلِ وِالْأَغْلَالِ، وَرَأَوْا بِأَعْيُنِهِمْ تِلْكَ الأُمُوْرَ العِظَامَ وَالْأَهْوَالَ، فَعِنْدَ ذَلِكَ قَالُوْا { يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ } يَتَمَنَّوْنَ أَنْ يُرَدُّوا إِلَى الدَّارِ الدُّنْيَا، لِيَعْمَلُوْا عَمَلًا صَالِحًا، وَلَا يُكَذِّبُوْا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَيَكُوْنُوا مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ.

قال تعالى: { بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ } أي: بَلْ ظَهَرَ لَهُمْ حِيْنَئِذٍ مَا كَانُوْا يُخْفُوْنَ فِيْ أَنْفُسِهِمْ مِنَ الْكُفْرِ وَالتَّكْذِيْبِ وَالمُعَانَدَةِ، وَإِنْ أَنْكَرُوْهَا، فِيْ الدُّنْيَا أَوْ فِيْ الآخِرَةِ.

“Allah Ta’ala menyebutkan keadaan orang-orang kafir ketika mereka berdiri di atas neraka, menyaksikan apa yang ada di dalamnya berupa rantai dan belenggu. Mereka melihat dengan dengan mata kepala mereka perkara dan keadaan yang mengerikan itu. Maka ketika itu mereka mengatakan, (يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ) ‘Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta kami pun akan menjadi orang-orang yang beriman’. Mereka berangan-angan untuk dikembalikan ke dunia agar mereka dapat beramal sholeh, tidak mendustakan ayat-ayat Robb mereka dan agar mereka termasuk menjadi orang-orang yang beriman. Allah Ta’ala pun berfirman (بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ) ‘Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka keburukan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya’. Maksudnya, bahkan telah nyata bagi mereka ketika itu apa-apa yang dahulu mereka sembunyikan dalam diri mereka berupa kekufuran, pendustaan dan pembangakangan (terhadap Allah dan RosulNya Shollallahu ‘alaihi wa sallam -pen) walaupun mereka telah mengingkarinya ketika di dunia dan di akhirat”.

وَيَحْتَمِلُ أَنْ يَكُوْنَ المُرَادُ بِهَؤُلَاءِ المُنَافِقِيْنَ الَّذِيْنَ كَانُوْا يَظْهَرُوْنَ لِلنَّاسِ الإِيْمَانَ وَيُبْطِنُوْنَ الْكُفْرَ

“Namun boleh jadi juga orang-orang yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah orang-orang munafik yaitu mereka yang ketika di dunia menampakkan keimanan di hadapan manusia dan menyembunyikan kekafirannya”.

وَعَلَى هَذَا فَيَكُوْنُ إِخْبَارًا عَنْ حَالِ المُنَافِقِيْنَ فِيْ الدَّارِ الآخِرَةِ، حِيْنَ يُعَايِنُوْنَ العَذَابَ يُظْهَرُ لَهُمْ حِيْنَئِذٍ غِبُّ مَا كَانُوْا يُبْطِنُوْنَ مِنَ الْكُفْرِ وَالشِّقَاقِ والنِّفَاقِ، واللهُ أَعْلَمُ

“Sehingga berdasarkan hal ini, maka kabar ini terkait keadaan orang-orang munafik ketika di akhirat mereka menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri adzab yang ditampakkan kepada mereka yang merupakan akibat dari apa yang sembunyikan (ketika di dunia) berupa kekufuran, penyelisihan (terhadap kebenaran –pen) dan kemunafikan. Allahu a’lam”.

أَمَّا مَعَنَى الإِضْرَابِ فِيْ قَوْلِهِ: { بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ } فَهُمْ مَا طَلَبُوْا العَوْدَ إِلَى الدُّنْيَا رَغْبَةً وَمَحَبَّةً فِيْ الإِيْمَانِ، بَلْ خُوْفًا مِنَ العَذَابِ الَّذِيْ عَايِنُوْهُ جَزَاءً مَا كَانُوْا عَلَيْهِ مِنَ الْكُفْرِ، فَسَأَلُوْا الرَجْعَةَ إِلَى الدُّنْيَا لِيَتَخَلَّصُوْا مِمَّا شَاهِدُوْا مِنَ النَّارِ؛ وِلِهَذَا قَالَ: { وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ } أي: فِيْ تَمَنِّيِهِمْ الرَجْعَةَ رَغْبَةً وَمَحَبَّةً فِيْ الإِيْمَانِ

“Adapun makna permisalan dalam Firman Allah Ta’ala (بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ) ‘Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka keburukan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya’. Maka sebenarnya mereka tidaklah meminta dikembalikan ke dunia karena rasa ingin mereka (beriman dan beramal kebaikan -pen), atau rasa cinta pada keimanan. Bahkan sebenarnya karena takut dari adzab yang sudah mereka lihat dengan mata kepala mereka sebagai balasan atas apa yang mereka lakukan dahulu berupa kekafiran. Maka mereka pun meminta dikembalikan ke dunia agar dapat membebaskan diri dari siksa yang telah mereka saksikan di neraka. Oleh karena itulah Allah Ta’ala berfirman (وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ) ‘Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka’. Yaitu dalam bualan mereka meminta kembali karena ingin beramal dan mencintai keimanan”.

ثُمَّ قَالَ مُخْبِرًا عَنْهُمْ: إِنَّهُمْ لَوْ رُدُّوْا إِلَى الدَّارِ الدُنْيَا، لَعَادُوا لِمَا نُهُوْا عَنْهُ مِنَ الْكُفْرِ وَالمُخَالَفَةِ. { وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ } أي: فِيْ قَوْلِهِمْ: { يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ }.

“Kemudian Allah berfirman mengabarkan tentang mereka bahwa sekiranya mereka dikembalikan ke dunia maka mereka pasti akan kembali mengerjakan apa yang mereka telah dilarang darinya berupa kekufuran dan penyelisihan dari kebenaran. (وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ) ‘Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka’. Yaitu dalam bualan mereka (يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ) ‘Sekiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta kami pun akan menjadi orang-orang yang beriman’.

 

Beberapa faidah yang dapat kita petik dari 2 ayat tersebut[2] :

  1. Betapa menyedihkannya keadaan orang-orang kafir dan munafik ketika diberdirikan di nereka.
  2. Penetapan bahwa neraka itu benar-benar ada.
  3. Penetapan bahwasanya manusia ketika di akhirat dapat berucap dan berbuat.
  4. Penetapan bahwa sebenarnya mereka sudah mengetahui tentang ayat-ayat Allah (kebenaran).
  5. Penetapan bahwa sebenarnya mereka (orang-orang kafir dan munafik) mengetahui bahwa mereka bukanlah orang-orang yang benar-benar beriman. Sebab itu mereka meminta dikembalikan ke dunia untuk beriman.
  6. Hakikat akan tersingkap jelas di akhirat.
  7. Cinta dan keinginan beriman serta beramal orang-orang munafik hanya bualan dan omong kosong belaka[3].
  8. Orang-orang kafir dan munafik tidak akan menjauhkan dirinya dari kedustaan hingga pun di akhirat terlebih lagi di dunia.

Mari perbaiki diri sebelum melihat adzab dan meminta dikembalikan ke dunia……

Allahu a’lam.

 

Sigambal Menjelang Subuh, 19 Dzulhijjah 1439 H / 31 Agustus 2018 M.

 

 

Aditya Budiman bin Usman Bin Zubir

[1] Diringkas dari Tafsir Ibnu Katsir hal. 248-249/III terbitan Dar Thoyyibah, Riyadh, KSA.

[2] Diringkas dari Tafsir Al Qur’an Al Karim Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin hal. 144-150 terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA.

[3] Dari Tafsir Ibnu Katsir.

Tulisan Terkait

Leave a Reply