Diantara Faidah Penyebutan Karakter Dalam Al Qur’an

13 Dec

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Diantara Faidah Penyebutan Karakter Dalam Al Qur’an

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.

Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Dan dalam qishoosh itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertaqwa”. (QS. Al Baqoroh [2] : 179)

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimahullah mengatakan,

Diantara Faidah Penyebutan Karakter Dalam Al Qur'an 1

“Firman Allah Ta’ala (أُولِي الْأَلْبَابِ) maksudnya adalah orang-orang yang punya akal. Allah Subhana wa Ta’ala memanggil mereka dengan sebutan demikian karena hukum membutuhkan pemahaman bahkan perenungan hingga jelaslah kesesuaiannya dengan akal”[1].

Di ayat yang lain Allah Ta’ala juga berfirman,

أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Apakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Robbmu itu sama dengan orang yang buta ? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran”. (QS. Ar Ro’du [13] : 19)

Demikian seterusnya dalam banyak sekali ayat, Allah Subhana wa Ta’ala menyebut hanya orang-orang berakal yang dapat mengambil pelajaran dari ayat-ayat Nya. Baik ayat kauniyah (penciptaan) ataupun ayat syar’iyah (syari’at). Nah, salah satu faidah yang layak kita renungkan, kita jadikan prinsip dan motivasi dalam banyak hal adalah apa yang terdapat dalam firman Allah Subhana wa Ta’ala,

إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ

“Sesungguhnya hanya mereka yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah)”. (QS. Al An’am [6] : 36)

Faidahnya adalah sebagaimana yang disebutkan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimahullah berikut,

Diantara Faidah Penyebutan Karakter Dalam Al Qur'an 2

“Sesungguhnya ketika seseorang menjadi lebih mendengarkan firman Allah dan sabda Nabi Nya Shollallahu ‘alaihi wa Sallam maka (kemungkinannya) penerimaan terhadap yang didengar akan menjadi semakin kuat. Hal tersebut terambil dari sebuah kaidah yang terkenal, “Perkara apapun yang dikaitkan dengan sebuah karakter/shifat maka perkara tersebut akan semakin kuat sebanding dengan karakter/shifat yang suatu hukum dikaitkan dengannya”. Misalnya adalah Firman Allah ‘Azza wa Jalla,

إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ

“Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau jadikan pekerja adalah orang yang kuat lagi amanah”. (QS. Al Qoshosh [28] : 26)

Maka semakin kuat seseorang, semakin bagus dan semakin manfaat (untuk dipekerjakan). Demikian juga dengan karakter/shifat amanah. Semakin amanah seseorang maka akan semakin baik (untuk dipekerjakan). Intinya kaidah ini merupakan sebuah kaidah yang amat bermanfaat pada setiap hal yang sesuatu dikaitkan dengan sebuah karakter/shifat. Maka sesuatu akan semakin bertambah kuat sebanding dengan kuatnya suatu karakter/shifat yang dikaitkan dengannya”[2].

Maka mari lebih memperhatikan, mendengarkan seruan Allah ‘Azza wa Jalla dalam Kitab Nya. Demikian juga mari lebih memperhatikan, mendengarkan seruan Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam dalam haditsnya agar kita lebih bisa menerima apa yang Allah ‘Azza wa Jalla dan Rosul Nya Shollallahu ‘alaihi wa Sallam inginkan dari kita berupa peneriman terhadap aturan syari’at.

 

Allahu a’lam.

Selepas Subuh, 23 Shoffar 1437 H/ 5 Desember 2015 M

Aditya Budiman bin Usman.

[1] Lihat Tafsir Surat Al Baqoroh hal. 304/II terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA.

[2] Lihat Tafsir Surat Al An’am hal. 195 terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA.

 

 

Tulisan Terkait

Leave a Reply