6 Jun
Para pembaca yang semoga dimuliakan oleh Allah, sesungguhnya penyucian hati/tazkiyatun nufus, pembersihan jiwa dari kotoran-kotoran yang ada padanya merupakan salah satu hal penting yang karena Allah Ta’la mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan hal ini dalam kitabNya yang Mulia,
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آَيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. (QS : Al Baqoroh [2] :151).
Demikian juga firman Allah ‘azza wa jalla dalam kitabNya,
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS : Ali ‘Imron [3] :164).
Demikian juga firmanNya,
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan jiwa mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS : Al Jumu’ah [62] :2).
Demikian juga firman Allah Tabaroka wa Ta’ala,
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ . رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ . رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As Sunnah) serta mensucikan hati mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”.(QS : Al Baqoroh [2] :127-129).
Demikian juga sabda Nabiyul Islam Muhammad bin ‘Abdillah shollallahu ‘alaihi was sallam melalui sahabat Abu Huroiroh rodhiyallahu ‘anhu,
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ (وَفِي رِوَايَةٍ صَالِحَ) الأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya aku (Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat yang lain dengan lafadz untuk memperbaiki akhlak)”1.
Ayat-ayat dan hadits di atas tegas menjeaskan kepada kita bahwa salah satu misi diutusnya Rosulullah shollallahu ‘alaihi was sallam adalah untuk mentazkiyah jiwa manusia, memperbaiki dan menyempurnakan akhlak yang mulia.
Kemudian jika ada yang bertanya hadits di atas hanya membicarakan akhlak yang mulia dan bukan membicarakan masalah tazkiyatun nufus ?! maka kita katakan bukankah tazkiyatun nufus akan menghasilkan dan melahirkan akhlak yang mulia dan menyeru untuk memperbaiki akhlak ?
Jika hal di atas belum cukup maka ketahuilah bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam adalah qudwah/teladan bagi kita dalam semua hal dan beliau adalah orang yang memiliki akhlak yang mulia di sisi para penduduk mekkah terutama kepada para sahabatnya bahkan apa yang beliau shollallahu ‘alaihi was sallam lakukan ini langsung mendapat pujian yang akan dibaca seluruh ummat hingga waktu yang Allah kehendaki, sebagaimana dalam Al Qur’an,
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu wahai Muhammad benar-benar di atas akhlak-akhlak yang agung/mulia”.
Demikian juga apa yang dikatakan oleh Ummul Mu’minin ‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha,
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
“Bahwa Akhlak Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam adalah Al Qur’an”2.
Dan lihatlah apa yang Allah firmankan untuk permisalan apa yang dimisalkan ‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha untuk ayat yang semisal di atas,
إِنَّ هَذَا الْقُرْآَنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada yang lebih aqwam”. (QS : Al Isro’ [17] :9).
Syaikh Abdurrohman bin Nashir As Sa’diy rohimahullah mengatakan makna (أَقْوَمُ) dalam ayat yang mulia ini adalah [1] yang paling sempurna, [2] yang paling baik, dan [3] yang paling agung nilainya dan kebaikannya3.
Maka marilah kita renungkan hal di atas dan mari berusaha bersama untuk masing-masing individu di antara kita berusaha mentazkiyah jiwa-jiwa kita sebagaimana apa yang diajarkan Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam dan lihatlah apa yang dikatakan Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam untuk memotivasi para sahabat dan ummatnya secara umum dalam sebuah bagian yang merupakan bentuk tazkiyatun nafs, yaitu sabar,
مَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ
“Barangsiapa yang berusaha untuk sabar maka Allah akan sabarkan ia”4.
Mudah-mudahan tulisan singkat ini dapat memotivasi kita untuk senantiasa berusaha mentazkiyah diri-diri kita dalam hidup dan kehidupan kita.
Tulisan ini bersumber dari salah satu fasal dalam kitab Manhajul Anbiya’ fi Tazkiyatin Nafusi oleh Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilaliy hafidzahullah hal. 21-25 terbitan Dar Ibnu Affan dan Dar Ibnul Qoyyim KSA, dengan ringkas dan sedikit tambahan dari sumber lainnya.
Hamba Allah yang lemah
Aditya Budiman
1 HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod no. 273, Ahmad no. , Al Hakim dalam Al Mustadrok no. , beliau rohimahullah mengatakan hadits ini shohih sebagaimana syarat Muslim dan disetujui oleh Adz Dzahabiy, hadist ini dimasukkan oleh Al Albaniy rohimahullah dalam Ash Shohihah no. 45, Syaikh Salim Al Hilaliy hafidzahullah setelah mentakhrij hadits ini dalam kitab beliau Manhajul Anbinya’ fi Tazkyatin Nafusi hal. 22-23 menyimpulkan hadits ini sanadnya shohih dengan syawahid.
2 HR. Ahmad no. 24645, hadits ini dinyatakan shohih Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam tahqiq beliau untuk Musnad Al Imam Ahmad hal. 91/VI , Terbitan Mu’asasah Qurthubah Kairo, Mesir.
3 Lihat Al Qowaidul Hissan Al Muta’alliqu bi Tafsiril Qur’an oleh Syaikh Abdurrohman bin Nashir As Sa’diy rohimahullah hal. 122, dengan tahqiq Syaikh Kholid bin ‘Utsman As Sabt, terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh.
4 HR. Ahmad no. 11106, dinilai shohih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam tahqiq beliau untuk Musnad Al Imam Ahmad hal. 12/II.
One Comment ( ikut berdiskusi? )
Leave a Reply
insidewinme
Mar 08, 2012 @ 03:54:41
Sesungguhnya Islam adalah agama dari Allah Swt. dan Muhammad Saw. adalah hamba dan utusan-Nya serta penutup para rasul. Allah mengutus Muhammad Saw. dengan membawa agama-Nya untuk umat manusia seluruhnya. Beliau adalah pembawa berita gembira, pemberi peringatan, pemberi petunjuk ke jalan Allah dengan izin-Nya dan pelita yang menerangi. Sesungguhnya Rasulullah Saw. telah menunaikan amanah tersebut. Beliau telah menyampaikan segenap kesungguhan. Beliau juga telah mendirikan Daulah Islam yang pertama di Madinah al-Munawarah setelah Allah memerintahkan yang demikian itu, lalu beliau berhijrah ke Madinah. Beliau telah menyatukan orang-orang Arab di bawah satu bendera, yakni bendera Islam.