Jika Makmum Berdiri Di Sebelah Kiri Imam

10 Oct

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Jika Makmum Berdiri Di Sebelah Kiri Imam

Alhamdulillah wa Sholatu wa Salamu ‘alaa Rosulillah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.

Pernahkah anda melihat fenomena sesuai judul di atas ? Atau bahkan pernahkah anda mengalaminya ? Lantas mungkin anda bertanya, ‘Bagaimana status sholat berjam’ah yang demikian ?’

Oke, let’s start our disscusion from the situation.

Situasinya biasanya kebanyakan terjadi dalam dua kejadian :

[1]. ada seseorang yang sholat sendirian. Lalu ada orang yang menjadikannya sebagai imam. Lalu sang makmum ini berdiri disebelah kiri imam.

[2]. Ada seseorang yang masbuq dalam sholatnya. Lalu datang orang lain yang lebih terlambat darinya. Kemudian menjadikan orang yang masbuq ini menjadi imam baginya. Lalu sang makmum ini berdiri disebelah kiri imam.

Nah bagaimana status sholat jama’ahnya ?

Are you ready for the answer ?

Jawabannya adalah hal semisal ini pernah terjadi di masa Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam sebagaimana telah diriwayatkan dari Shahababat Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam ‘Abdullah bin ‘Abbas Rodhiyallahu ‘anhuma.

نِمْتُ عِنْدَ مَيْمُونَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَرَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عِنْدَهَا تِلْكَ اللَّيْلَةَ فَتَوَضَّأَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَامَ فَصَلَّى فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ فَأَخَذَنِى فَجَعَلَنِى عَنْ يَمِينِهِ فَصَلَّى فِى تِلْكَ اللَّيْلَةِ ثَلاَثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً

“Aku tidur di rumahnya Maimunah istri Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam. Ketika malam itu Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam sedang bermalam di rumahnya Maimunah. Kemudian Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam berwudhu lalu berdiri kemudian melaksanakan sholat. Maka akupun berdiri (untuk sholat mengikuti beliau -ed) di sebelah kirinya. Lalu beliau memegangku kemudian menjadikan aku berada di sebelah kanan beliau. Ketika malam itu beliau melaksanakan sholat 13 roka’at”[1].

 

Al Imam Bukhori Rohimahullah membuat judul bab ketika membawakan hadits ini dengan judul ‘Bab Jika Seorang Laki-laki Berdiri di Sebelah Kiri Imam, Kemudian Imam Memindahkannya ke Sebelah Kanan, Maka Sholat Keduanya Tidak Batal

Mungkin dari judul bab[2] yang beliau buat ini, pertanyaan di atas telah terjawab.

Anda belum ngeh, merasa belum terjawab ?

Oke, kita sambung..

Ibnu Hajar Rohimahullah mengatakan,

Posisi Makmum Di Kiri

“Perkataan Imam Bukhori dengan membuat judul bab ‘Bab Jika Seorang Laki-laki Berdiri di Sebelah Kiri Imam ………..’ dst. Sisi pendalilannya dari hadits Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘anhuma di atas bahwa sesungguhnya Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam tidak menganggap batalnya sholat Ibnu ‘Abbas, padahal sebelumnya Ibnu ‘Abbas berdiri di sebelah kiri Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam. Imam Ahmad berpendapat sholatnya (orang yang berdiri di sebelah kiri imam –ed) batal karena Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam tidak menyetujui apa yang diperbuat Ibnu ‘Abbas. Pendapat pertama merupakan pendapatnya Jumhur/mayoritas ulama. Bahkan Sa’id bin Al Musayyib Rohimahullah mengatakan, ‘Sesungguhnya tempat/posisi makmum jika sendirian adalah di sebelah kiri imam’. Namun pendapat beliau tidak diikuti”[3].

Syaikh DR. Sa’id bin Wahf Al Qohthoniy hafidzahullah mengatakan[4],

Posisi Makmum Di Kiri 2

‘Aku pernah mendengar guru kami, Syaikh ‘Abdul ‘Aziiz bin Baaz Rohimahullah mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa makmum jika sendirian maka posisinya di sebelah kanan imam, rata dengannya, tidak lebih kebelakang. Karena Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam tidak mengatakan kepada Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘anhuma ‘Janganlah engkau berdiri lebih ke belakang’ dariku[5]. Aku (Syaikh DR. Sa’id bin Wahf Al Qohthoniy hafidzahullah) juga pernah mendengar beliau mengatakan, “Seandainya makmum yang sendirian berdiri sholat di sebelah kiri imam maka sholatnya sah. Karena Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam tidak memerintahkan Ibnu ‘Abbas untuk mengulang sholatnya dari Takbirotul Ihrom (dari awal). Namun yang sesuai sunnah adalah berdiri di sebelah kanan imam[6].

 

 

Setelah Subuh di hari yang mulia15 Dzul Hijjah 1435 H/10 Oktober 2014 M.

 

Aditya Budiman bin Usman

[1] HR. Bukhori no. 698, Muslim no. 763.

[2] Judul bab yang ada di Shohih Bukhori merupakan fikihnya Imam Bukhori.

[3] Lihat Fathul Baarii oleh Ibnu Hajar dengan tahqiq Ibnu Baaz dan ‘Abdur Roham bin Nashir Al Baraak hal. 580/II terbitan Dar Thoyyibah, Riyadh.

[4] Lihat Al Imaamah Fi Sholat hal. 53-54.

[5] Ketika beliau menjelaskan Shohih Bukhori.

[6] Idem.

 

Tulisan Terkait

Leave a Reply