14 May
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Jangan Rendahkan Diri Anda dengan Balas Dendam
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.
Setiap orang umumnya tidak akan melakukan perbuatan yang menjadikan dirinya rendah di hadapan orang lain. Sebaliknya setiap orang umumnya tidak akan melakukan perbuatan yang akan membuat dirinya mulia di hadapan orang lain. Namun sering tanpa sadar kita melakukan hal yang sebenarnya bertentangan dengan keinginan kita.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rohimahullah mengatakan,
“Kelima, (Perkara yang mampu membantu seorang mewujudkan sabar) hendaknya seorang mengetahui bahwasanya tidaklah seseorang yang menuntut hak/balas untuk dirinya sendiri melaikan hal tersebut akan melahirkan kerendahan pada dirinya sendiri. (Sebaliknya –pen) jika dia memaafkan maka Allah Ta’ala akan muliakannya. Inilah yang dikabarkan oleh orang yang jujur dan terpercaya Shollallahu ‘alaihi wa Sallam ketika beliau Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
مَا زَادَ اَللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا
“Allah tidak akan menambahkan bagi seorang hamba yang memberikan maaf melainkan kemuliaan”[1].
Maka kemuliaan diperoleh dengan memaafkan lebih disukai dan lebih bermanfaat bagi orang tersebut daripada kemuliaan yang diperoleh dari menuntut hak/balas. Karena sesungguhnya kemuliaan yang demikian (hanya -pen) pada zhohirnya namun membekas di bathin sebagai kerendahan. Sedangkan memaafkan merupakan kerendahan secara zhohir namun merupakan kemuliaan di bathin dan zhohirnya”[2].
Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq bin ‘Abdul Muhsin Al Badr Hafizhahullah mengatakan,
“Barangsiapa yang menelaah, merenungkan kondisi real manusia tentang perkara ini. Maka dia akan mendapati bahwa sesungguhnya kebanyakan orang menyangka kemuliaan hanya di dapat dengan menuntut hak dan balas. Sedangkan sikap tidak mau menuntut hak dan balasan merupakan sebuah kerendahan.[3]”
“Padahal sesungguhnya kemuliaan yang hakiki, sebenarnya ada pada memaafkan. Hal ini sesuai sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam,
مَا زَادَ اَللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا
“Allah tidak akan menambahkan bagi seorang hamba yang memberikan maaf melainkan kemuliaan”[4].
Mari renungkan lagi ungkapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rohimahullah,
“Kemuliaan diperoleh dengan memaafkan lebih disukai dan lebih bermanfaat bagi orang tersebut daripada kemuliaan yang diperoleh dari menuntut hak/balas. Karena sesungguhnya kemuliaan yang demikian (hanya -pen) pada zhohirnya namun membekas di bathin sebagai kerendahan. Sedangkan memaafkan merupakan kerendahan secara zhohir namun merupakan kemuliaan di bathin dan zhohirnya”[5].
2 Sya’ban 1437 H, 09 Mei 2016 M
Aditya Budiman bin Usman bin Zubir
[1] HR. Muslim no. 2588.
[2] Al Umur Al Mu’inah ‘ala Ash Shobri ‘ala Adzaa Al Kholq dengan ta’liq Syaikh ‘Abdur Rozzaq hal. 18 Terbitan Dar Al Ilmu Ash Shohih
[3] idem hal. 19.
[4] HR. Muslim no. 2588.
[5] Al Umur Al Mu’inah ‘ala Ash Shobri ‘ala Adzaa Al Kholq hal. 18.
Leave a Reply