22 Oct
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Istiqomah Merupakan Anugrah Ilahiyah
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.
Akhir suatu perkara merupakan sebuah hal yang sangat penting. Misalnya, ketika kita melamar sebuah pekerjaan tentu syarat yang harus dipenuhi adalah melampirkan ijazah pendidikan terakhir. Demikian jugalah keimanan seseorang, penentunya adalah akhir ucapan dan perbuatanya. Sebagaimana termaktub dalam sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam melalui shahabat Mu’adz bin Jabal Rodhiyallahu ‘anhu,
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang akhir ucapannya Laa Ilaaha Illallah ‘Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah’ pasti masuk surga”[1].
Seseorang kemungkinan besar akan meraih husnul khotimah seperti hadits di atas jika dia mampu istiqomah dalam imannya.
Oleh karena itu sungguh manis ungkapan Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Rozzaq Al Badr Hafizhahullah,
“Istiqomah berkaitan, berhubungan dengan kebahagiaan seseorang di dunia dan akhirat, kesuksesan dan kebaikan seorang hamba pada seluruh urusannya”[2].
Lantas apa usaha pertama kita untuk meraih keistiqomahan di dalam hidup ini ?
Maka jawabannya tak lain dan tak bukan adalah dengan memohonnya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Allah Ta’ala berfirman,
فَأَمَّا الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا
“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (keistiqomahan)”. (QS. An Nisa [4] : 175)
Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Rozzaq Al Badr Hafizhahullah mengatakan,
“Ayat yang semakna dengan ini banyak sekali. Hidayah (menuju istiqomah -pen) itu berada di Tangan Allah. Dia hanya anugrahkan kepada para hamba yang dikehendaki Nya”[3].
“Oleh karena itulah pondasi pertama dan yang paling mendasar dalam istiqomah adalah benar-benar bertawajjuh (memohon) kepada Allah dalam mencari keistiqomahan. Karena keistiqomahan berada di Tangan Allah Subhana wa Ta’ala. Dialah Allah Dzat Yang Maha Pemberi Petunjuk menuju jalan yang lurus. Sungguh diantara do’a yang banyak diucapkan Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam adalah
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku di atas agama Mu”[4].
Do’a ini adalah permohonan agar tetap berada di jalan yang lurus dan istiqomah di atasnya”.
“Sebagian ulama mengatakan, “Selayaknya orang yang awam (dan kita termasuk di dalamnya –pen) memberikan perhatian khusus pada do’a ini. Sehingga ketika sampai pada ayat (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ) anda sedang berdo’a kepada Allah dengan do’a ini, yang mana Allah mewajibkan do’a ini atas mu sebanyak 17 kali sehari semalam sejumlah roka’at sholat wajibmu”.
Oleh karena (agungnya dan pentingnya) do’a ini maka sudah sepatutnya seorang muslim hendaklah ‘merasakannya’. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rohimahullah mengatakan,
“Aku memikirkan do’a apa yang paling bermanfaat. Maka aku dapati bahwa dia adalah do’a memohon pertolongan di atas keridhoan Allah. Kemudian aku mendapati do’a tersebut ada di surat Al Fatihah pada ayat (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ)”. Kemudian beliau Rohimahullah berkata, “Seorang hamba diperintahkan senantiasa berdo’a kepada Allah Subhana wa Ta’ala memohon hidayah menuju keistiqomhan/jalan yang lurus”[5].
Kesimpulannya :
Usaha pertama dan yang paling utama yang harus kita tempuh agar senantiasa istiqomah di jalan yang lurus adalah memohonnya kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benar permohonan. Salah do’a yang paling ampuh adalah apa yang diajarkan Allah ‘Azza wa Jalla dalam surat Al Fatihah,
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus (keistiqomahan)”. (QS. Al Fatihah [1] : 6).
Demikian juga pada do’a Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ/طَاعَتِكَ
“Wahai Dzat Yang Membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku di atas agama Mu (dalam satu riwayat di atas keta’atan kepada Mu -pen)”.
Bersama Hudzaifah dan Syifa,
6 Muharrom 1437 H, 19 Oktober 2015 M
[1] HR. Abu Dawud no. 3118, Al Hakim no. 1299. Hadits ini dinyatakan shohih oleh Al Albani Rohimahullah.
[2] Lihat ‘Asyaru Qowa’id fii Al Istiqomah hal. 4 terbitan Darul Fadhilah.
[3] Idem hal. 7.
[4] HR. Tirmidzi no. 2140 dan lain-lain. Dinilai shohih oleh Al Albani Rohimahullah.
[5] Iqtidho’ Sirothol Mustaqim hal. 83/I (Kami nukil dari kitab ‘Asyaru Qowa’id fii Al Istiqomah hal. 9-10)
Leave a Reply