28 Jan
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Hukum Menjauhkan Anak Dari Shofnya
Segala puji kita haturkan kepada Allah Subhana wa Ta’ala Dzat Yang Maha Hikmah dan ilmuNya meliputi segala sesuatu. Sholawat serta salam semoga senantiasa terhatur kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, kepada, istri-istri, keluarga, sahabat dan umat beliau.
Sering kita lihat di beberapa tempat, sebagian kaum muslimin sengaja menjauhkan anak-anak dari shofnya. Untuk itu pada kesempatan kali ini kami nukilkan fatwa Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimahullah ketika ditanyakan kepada beliau masalah yang mirip dengan kasus di atas.
Pertanyaan :
هل يجوز إبعاد الصبي عن مكانه في الصف؟
Bolehkah Menjauhkan Anak-anak dari tempatnya di Shof ?
Jawab :
فأجاب بقوله: الصحيح عدم جواز إبعاد الصبي عن مكانه في الصف لحديث ابن عمر – رضي الله عنهما – أن النبي صلى الله عليه وسلم “لا يقيم الرجل ،الرجل من مقعده ثم يجلس فيه”. ولأنه فيه اعتداء على حق الصبي، وكسراً لقلبه، وتنفيراً له عن الصلاة، وزرعاً للبغضاء والحقد في قلبه.
ولأننا لو قلنا بجواز تأخير الصبيان إلى آخر الصفوف لاجتمعوا في صف واحد وحصل منهم اللعب والعبث في الصلاة، لكن لا بأس بزحزحته عن مكانه للتفريق بينهم إذا خيف منهم اللعب
Yang benar tidak boleh menjauhkan anak-anak dari tempatnya di shof berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar Rodhiyallahu ‘anhuma
لاَ يُقِيمُ الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِنْ مَقْعَدِهِ ثُمَّ يَجْلِسُ فِيهِ
‘Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki menempati tempat laki-laki lainnya kemudian dia duduk di tempat orang tersebut”[1].
Karena pada hal ini juga terdapat ‘menganiaya’ hal anak tersebut, ‘mengecilkan’ hatinya, membuat dia ‘lari/enggan’ datang sholat jama’ah lagi (ed.) dan ‘menabur benih-benih’ kamarahan serta dendam dalam hatinya.
Karena itulah seandainya kita membolehkan membuat shof anak kecil di shof terakhir maka mereka akan berkumpul dalam satu shof sehingga akan terjadi senda gurau dan main-main diantara mereka ketika sholat. Namun boleh memisahkan/menjauhkan mereka dari tempatnya untuk memisahkan diantara mereka jika dikhawatirkan mereka membuat senda gurau dalam sholat”[2].
Mudah-mudahan penjelasan beliau Rohimahullah dapat menambah pengetahuan dan khasanah keilmuan kita tentang masalah ini sehingga kita dapat memperbaiki kejadian yang terjadi di sekitar kita. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.
Aditya Budiman bin Usman (Semoga Allah menjauhkan kami dari api neraka)
[1] HR. Bukhori no. 991 dan Muslim no. 2177.
[2] Lihat Fataawaa Arkaan Al Islam oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin hal. 310 terbitan Dar Ats Tsuroya, Riyadh, KSA.
Leave a Reply