18 Mar
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Do’a Setelah Sholat Fardhu
Segala puji hanya kembali dan milik Allah Tabaroka wa Ta’ala, hidup kita, mati kita hanya untuk menghambakan diri kita kepada Dzat yang tidak membutuhkan sesuatu apapun dari hambanya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah, Muhammad bin Abdillah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam, beserta keluarga dan para sahabat beliau radhiyallahu ‘anhum.
Pertanyaan :
وَسُئِلَ – رَحِمَهُ اللَّهُ – :
لقد ذكر لنا بعض الإخوة المسلمين بأن سماحتكم سبق أن أفتيتم بعدم جواز الدعاء بعد الفريضة وإنما يكون بعد النافلة , فإن كان ما يقولون صحيحا , نرجو من سماحتكم التفضل بتوضيح هذا الأمر وذكر الأدلة حتى نكون على بصيرة من ديننا وهدي نبينا ؟
Syaikhul ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz Rohimahullah pernah ditanya,
“Sebagiah ikhwah/saudara sesama muslim telah menyebutkankepada kami bahwa syaikh yang mulia pernah berfatwa tidak bolehnya berdo’a setelah sholat wajib, bahkan hal itu hanya diperbolehkan ketika setelah selesai sholat nafilah/sunnah. Jika apa yang mereka sebutkan benar, kami mohon penjelasan dari anda tentang perkara ini hingga kami dapat melaksanakan ajaran agama ini di atas petunjukkan ( Al Qur’an –ed.) dan petunjuk Nabi Kita Shollallahu ‘alaihi wa Sallam ?”
Jawab :
فَأَجَابَ :
لم يحفظ عن النبي صلى الله عليه وسلم ولا عن أصحابه رضي الله عنهم فيما نعلم أنهم كانوا يرفعون أيديهم بالدعاء بعد صلاة الفريضة وبذلك يعلم أنه بدعة لقول النبي صلى الله عليه وسلم : « من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد ». خرجه مسلم في صحيحه . وقوله صلى الله عليه وسلم : « من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد » . متفق على صحته .
أما الدعاء بدون رفع اليدين وبدون استعماله جماعيا فلا حرج فيه لأنه « قد ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم ما يدل على أنه صلى الله عليه وسلم دعا قبل السلام وبعده » وهكذا الدعاء بعد النافلة لعدم ما يدل على منعه , ولو مع رفع اليدين ؛ لأن رفع اليدين في الدعاء من أسباب الإجابة لكن لا يكون بصفة دائمة بل في بعض الأحيان لأنه لم يحفظ عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه كان يدعو رافعا يديه بعد كل نافلة والخير كله في التأسي به صلى الله عليه وسلم والسير على نهجه لقوله سبحانه : { لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ }.
Beliau Rohimahullah menjawab,
“Tidak didapatkan riwayat shahih dari Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabat Rodhiyallahu ‘anhum –sepengetahuan kami – bahwa meraka menganggkat kedua tangan mereka untuk berdo’a setelah sholat wajib. Karena itu dari sini dapat kita pahami bahwa hal yang demikian adalah sesuatu yang baru dan tidak diamalkan dalam agama kita. Berdasarkan hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang beramal dengan amalan apapun yang tidak ada petunjuknya dari kami maka amalan tersebut tertolak”[1].
Hadits ini diriwayatkan Muslim dalam Kitab Shohihnya. Demikian juga sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengadakan amalan baru dalam agama kami ini yang bukan merupakan bagian darinya maka amalan tersebut tertolak”[2].
Adapun do’a dengan tanpa mengakat kedua tangan, tanpa melakukannya bersama-sama (dipimpin satu orang -ed.) maka tidak mengapa. Karena telah shohih riwayat dari Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam yang menunjukkan bahwa beliau Shollallahu ‘alaihi wa Sallam berdo’a sebelum dan setelah salam.
Demikian juga do’a setelah selesai sholat nafilah/sunnah karena tidak ada dalil yang melarangnya bahkan jika sambil mengangkat kedua tangan. Karena mengangkat tangan ketika berdo’a merupakan salah satu sebab dikabulkannya do’a. Namun hal ini tidak boleh dilakukan terus menerus dengan tata cara seperti ini bahkan dilakukan hanya terkadang. Karena hal ini tidak diriwayatkan dari Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bahwa beliau Shollallahu ‘alaihi wa Sallam berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya pada setiap sholat nafilah/sunnah. Sedangkan kebaikan seluruhnya ada pada meneladani petunjuk Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam dan berjalan di atas jalannya. Hal ini berdasarkan Firman Allah Subhana wa Ta’ala,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sungguh benar-benar telah ada pada diri Rosulullah petunjuk yang baik”. (QS. Al Ahzab [33] : 21)
[Diterjemahkan dari Majmu’ Fatawa Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz hal. 109-110/II].
Setelah Subuh,
15 Jumadil ‘Ulaa 1435 H/ 17 Maret 2014 M
Aditya Budiman bin Usman
-yang mengharap ampunan Robbnya-
Leave a Reply