Betapa Besarnya Nikmat Adanya Microphone

12 Jun

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Betapa Besarnya Nikmat Adanya Microphone

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.

Terkadang kita lupa mensyukuri nikmat Allah ‘Azza wa Jalla yang sering kita gunakan dalam keseharian kita. Bahkan kita cenderung baru dapat tergerak untuk mensyukuri nikmat yang jarang sekali kita dapatkan. Salah satu nikmat Allah Subhana wa Ta’ala yang jarang kita syukuri adalah nikmat adanya microphone dalam pengajian.

Menyambung tulisan kami sebelumnya dengan judul, “Dianggap bid’ah padahal nikmat Allah” yang telah lalu. Maka berikut kami nukilkan sebuah nukilan tentang gambaran bagaimana kajian di zaman para ulama terdahulu.

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad As Sadhan hafidzahullah mengatakan[1],

Sam'ani

“Diantara contohnya adalah apa yang disebutkan oleh As Sam’aaniy dalam Kitabnya (Adab Al Imlaa’ wa Al Istimlaa’) tentang sikap sebagian ahli hadits. ‘Ini merupakan sebuah contoh yang menunjukkan bahwa beliau tidak menggunakan waktunya sedikitpun kecuali untuk menuntut ilmu, berdzikir, istighfar, tasbih ataupun tahlil. Dahulu pengajian dihadiri begitu banyak orang. Pengajiannya Muhammad bin ‘Isma’il biasanya dihadiri 20.000 orang. Yang jadi perhatian dari apa yang disebutkan oleh As Sam’aniy Rohimahullah bahwasanya seorang ahli hadits jika beliau mengatakan, ‘Haddatsanaa Wakii’ (Wakii’ telah menceritakan kepada kami)’ lalu mulailah para penyambung lidah syaikh menyampaikan apa yang beliau ucapkan hingga seluruh yang hadir mengetahui apa yang yang Syaikhnya ucapkan. Nah kebiasaan ahli hadits ketika apa yang beliau sampaikan sedang disampaikan oleh para penyambung lidah kepada seluruh yang hadir, beliau tidaklah menyia-nyiakan waktunya ketika itu bahkan beliau mengisinya dengan istighfar dan bertasbih kepada Allah”[2].

Maka lihatlah kawan, betapa luar biasanya kemudahan yang Allah ‘Azza wa Jalla berikan kepada kita berupa anugrah adanya microphone dalam kajian sehingga kita tidak perlu lagi menunggu dalam waktu yang lama untuk mendengarkan dan mencatat dalam sebuah pengajian.

Lalu apakah kita sudah mensyukurinya ??!!!

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu mengingatkan, “Sesungguhnya apabila kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, namun jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrohim [14] : 7)

Mudah-mudahan bermanfaat.

 

Sigambal, setelah ‘Isya.

13 Sya’ban 1435 H / 11 Juni 2014 M / Aditya Budiman bin Usman

 

[1] Lihat Ma’alim fii Thoriiq Tholabi Al ‘Ilmi hal. 32 cetakan terbaru.

[2] Adab Al Imlaa’ wa Al Istimlaa’ hal. 74/I.

 

Tulisan Terkait

Leave a Reply