28 Jun
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Awal Puasa dan Akhir Puasa
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut tentu sudah sangat familiar di telinga kita.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kalian puasa. Sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu. Agar kalian bertaqwa”. (QS. Al Baqoroh [2] : 183)
Di akhir firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang puasa dalam surat Al Baqoroh ini tercantum kata yang mirip pada akhir ayat 183.
كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آَيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat Nya kepada manusia. Agar mereka bertaqwa”. (QS. Al Baqoroh [2] : 187)
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimahullah mengatakan,
“Firman Allah Ta’ala (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ) ‘mudah-mudahan kalian bertaqwa’. Kata (لَعَلَّ) pada ayat ini merupakan kata yang menunjukkan sebab tujuan, yaitu agar kalian mencapai derajat taqwa. Merupakan sebuah hal yang diketahui bersama bahwa taqwa adalah kedudukan yang amat tinggi”[1].
Banyak sekali ayat Al Qur’an dan hadits Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam yang terdapat di dalamnya kalimat taqwa. Adapun ayat Al Qur’an sudah kita cantumkan salah satunya. Sedangkan dalam hadits Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam salah satunya adalah
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ
“Aku wasiatkan kepada kalian agar senantiasa bertaqwa kepada Allah, mendengar dan patuh/ta’at”[2].
Hadits lainnya mungkin lebih populer di telinga kita dari hadits sebelumnya,
التَّقْوَى هَاهُنَا التَّقْوَى هَاهُنَا ثُمَّ أَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى صَدْرِهِ
“Taqwa itu di sini, taqwa itu di sini. Kemudian beliau Shollalahu ‘alaihi wa Sallam mengisyaratkan ke dadanya”[3].
Lantas apa yang dimaksud dengan taqwa ?
Maka para ulama Rohimahullah mengatakan bahwa pengertian taqwa yang paling bagus adalah sebagai berikut,
قال طلق بن حبيب التقوى أن تعمل بطاعة الله على نور من الله ترجو ثواب الله وأن تترك معصية الله على نور من الله تخاف عقاب الله
Tholq bin Habib Rohimahullah mengatakan, “Taqwa adalah engkau beramal keta’atan kepada Allah di atas cahaya dari Allah dengan mengharapkan pahala/balasan dari Nya. Engkau meninggalkan maksiat kepada Allah di atas cahaya bimbingan dari Allah karena takut terhadap hukuman dari Nya”[4].
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimahullah mengatakan,
“Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan (التَّقْوَى هَاهُنَا) ‘Taqwa itu di sini’. Beliau berisyarat ke dadanya sebanyak 3 kali. Maksudnya adalah bahwa sesungguhnya taqwa itu letaknya di hati. Apabila hati seseorang bertaqwa maka anggota badannya pun ikut bertaqwa. Namun jika hatinya tidak bertaqwa maka anggota badannya pun tidak akan bertaqwa. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh ada sekerat daging yang apabila dia baik maka baik pulalah seluruh tubuh. Namun jika dia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah dia adalah hati (jantung)”[5].
Maka jika hati seseorang bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, takut kepada Nya maka amalan zhohirnya/anggota badan pun akan lurus. Karena amal zhohir mengikuti apa yang ada di hati”[6].
Lantas apa hubungannya puasa dan taqwa ?
Hubungan puasa dengan taqwa sangatlah jelas. Berdasarkan pengertian taqwa di atas maka awal, dasar, motifasi kita berpuasa adalah karena adanya ketaqwaan di dalam hati yang kita ekspresikan dalam bentuk perbuatan ibadah puasa. Sedangkan tujuan akhir dari puasa adalah untuk meraih predikat taqwa. Artinya ketika kita telah mampu berpuasa sebulan penuh maka follow up, bukti nyata berhasilnya puasa kita adalah meningkatnya ketaqwaan di dalam hati kita yang tercermin dalam peningkatan ketaqwaan pada anggota badan kita, mu’amalah dan ibadah kita.
Allahu a’lam.
نَسْأَلُ اللهَ عَزَّ و جَلَّ أَنْ يَجْعَلَنَا مِنَ الْمُتَّقِيْنَ
Mudah-mudahan bermanfaat.
Sigambal, setelah subuh.
6 Romadhon 1436 H / 23 Juni 2015 M / Aditya Budiman bin Usman
[1] Lihat Tafsir Surat Al Baqoroh hal. 73 terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA.
[2] HR. Tirmidzi no. 2676 dan lain-lain. At Tirmidzi Rohimahullah mengatakan, ‘Hadits ini hasan’.
[3] HR. Tirmidzi no. 1927, Ahmad no. 23277 dan lain-lain. Syaikh Syu’aib Al Arnauth Rohimahullah mengatakan, “Hadits Sohih dan Sanadnya pada periwayatan ini hasan”.
[4] Lihat Jami’ Al ‘Ulum wal Hikaam oleh Ibnu Rojab hal. 400/I terbitan Muasasah Risalah, Beirut
[5] HR. Bukhori no. 52 dan Muslim no. 1599.
[6] Lihat Syarh Riyadhush Sholihih hal. 572/II Terbitan Madarul Wathon, Riyadh, KSA.
Leave a Reply