10 Hal Yang Tidak Bermanfaat

19 Dec

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

10 Hal Yang Tidak Bermanfaat

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.

Semoga Allah ‘Azza wa Jalla merahmati Ibnu Qoyyim Al Jauziyah yang telah mencantumkan 10 hal yang sering ada pada kita namun, pada keadaan tertentu hal tersebut menjadi tidak bermanfaat. Beliau Rohimahullah mengatakan,

عشرة أشياء ضائعة لا ينتفع بها

 علم لا يعمل به

وعمل لا اخلاص فيه ولا اقتداء

ومال لا ينفق منه فلا يستمتع به جامعة في الدنيا ولا يقدمه امامه الى الآخرة

وقلب فارغ من محبة الله والشوق اليه والأنس به

وبدن معطل من طاعته وخدمته

ومحبة لا تتقيد برضاء المحبوب وامتثال أوامره

ووقت معطل عن استدراك فارطه أو اغتنام بر وقربه

وفكر يجول فيما لا ينفع

وخدمة من لا تقربك خدمته الى الله ولا تعود عليك بصلاح دنياك وخوفك ورجاؤك لمن ناصيته بيد الله وهو أسير فى قبضته ولا يملك لنفسه ضرا ولا نفعا ولا موتا ولا حياة ولا نشورا

 وأعظم هذه الاضاعات اضاعتان هما أصل كل اضاعة اضاعة القلب واضاعة الوقت.

فاضاعة القلب من ايثار الدنيا على الآخرة.

واضاعة الوقت من طول الأمل.

فاجتمع الفساد كله فى اتباع الهوى وطول الأمل.

والصلاح كله فى اتباع لهدى والاستعداد للقاء والله المستعان

 العجب ممن تعرض له حاجة فيصرف رغبته وهمته فيها الي الله ليقضيها له, ولا يتصدى للسؤال لحياة قلبه من موت الجهل والاعراض وشفائه من داء الشهوات والشبهات ولكن اذا مات القلب لم يشعر بمعصيته.

 

“ Sepuluh hal yang termasuk sia-sia dan tidak bermanfaat :

1. Ilmu yang tidak diamalkan.

2. Amal ibadah yang tidak ikhlas kepada Allah dan tidak mengikuti petunjuk Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.

3. Harta yang tidak diinfaqkan, sehingga orang yang mengumpulkannya tidak bisa menikmatinya di dunia dan tidak juga akan dapat menikmati manfaatnya di akhirat.

4. Hati yang kosong dari kecintaan kepada Allah, rindu dan merasa senang (beribadah kepada Allah –ed.).

5. Badan/raga yang tidak digunakan untuk keta’atan kepada Allah dan penghambaan kepada Nya.

6. Cinta yang tidak berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan keridho’an Allah, pelaksanaan atas perintah-perintah Nya dan keta’atan kepada Nya.

7. Waktu yang tidak dipergunakan mengejar ketertinggalan/kelalaian (dalam ibadah –ed. Allahu a’lam) atau mewujudkan kebaikan (dunia –ed.) dan mendekatnya diri kepada Allah Ta’ala.

8. Pikiran yang terkurung atau berputar-putar dalam hal-hal yang tidak bermanfaat (dalam kebaikan perkara dunia maupun akhirat).

9. Khidmat/melayani orang yang tidak mendekatkan diri anda dengan perbuatan tersebut menuju penghambaan kepada Allah, tidak juga memberikan manfaat atas kebaikan dunia.

10. Rasa takut dan harap kepada orang yang ubun-ubunnya berada di Tangan Allah, dirinya tertawan dalam genggaman Nya, yang tidak memiliki kekuasaan untuk memberikan kemanfaatan, kehidupan kepada dirinya atau menolak kemudhorotan, maut dari dirinya.

Dari kesepuluh hal di atas ada dua hal yang paling besar kesia-siaannya serta menjadi sumber kesia-siaan berikutnya, yaitu menyia-nyiakan hati dan waktu. Penyia-nyiaan terhadap waktu timbul/berasal dari mengutamakan kehidupan dunia atas akhirat. Sedangkan sumber penyia-nyiaan terhadap waktu adalah menunda-nunda amal atau panjang angan-angan.

Seluruh kerusakan berkumpul dalam tindakan selalu mengikuti hawa nafsu dan menunda-nunda amal atau panjang angan-angan. Sedangkan seluruh kebaikan berkumpul dalam hal mengikuti petunjuk (Allah dan Rosul Nya Shollallahu ‘alaihi wa Sallam) dan mempersiapkan diri untuk bertemu Allah ‘Azza wa Jalla. Hanya kepada Allah lah kita memohon pertolongan.

Ada sebuah hal yang mengherankan, ada seseorang yang seluruh kebutuhan (hidupnya) telah terpampang di benaknya. Kemudian ia memohon dengan penuh pengharpan kepada Allah agar memberikan hal tersebut kepadanya. Namun ia tidak pernah memohon kepada Allah dengan penuh pengharapan juga agar Allah menghidupkan hatinya dari kematian, kebodohan dan keberpalingan dari agama, obat agar hatinya terbebas dari penyakit syubhat dan mengikuti seluruh dorongan hawa nafsu. Sehingga apabila hatinya telah mati maka dirinya tidak akan dapat merasakan jika dirinya telah melakukan kemaksiatan dan berusaha untuk menahan diri atas kemaksiatan yang telah dilakukannya”.

[Lihat Fawaa’idul Fawaa’id oleh Syaikh ‘Ali bin Hasan Al Halabiy hafidzahullah hal. 337-338 terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA]

 

Demikianlah sedikit renungan buat kita, agar kita kembali membaca diri, mengkaji diri dan menginstropeksi diri sendiri atas seperti apa diri kita ini.

Mudah-mudahan bermanfaat.

Sigambal, waktu subuh 14 hari setelah kelahiran Hudzaifah

16 Shofar 1435 H / 19 Desember 2013 M / Aditya Budiman bin Usman

Tulisan Terkait

Leave a Reply