Mengangkat Tangan Dalam Sholat Menurut Imam Syafi’i

30 Sep

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Mengangkat Tangan Dalam Sholat Menurut Imam Syafi’i

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.

Imam Syafi’i (Wafat Tahun 204 H) Rohimahullah memiliki kedudukan yang sangat mulia di hati kaum muslimin di Indonesia. Beliaulah anutan, imam dan tonggak pendapat mayoritas ummat Islam di negeri ini. Bahkan sebagian besar masyarakat kita memberikan nama anaknya dengan Syafi’i walaupun nama sang Imam adalah Muhammad bin Idris. Demikianlah gambaran kecintaan penduduk muslim negara ini terhadap beliau.

Pada kesempatan kali ini kami mencoba menukil perkataan beliau dari kitab karya beliau sendiri yaitu Al Umm. Tujuan kami adalah agar kita lebih dekat dengan beliau lewat tulisan beliau langsung dan menambah khasanah keilmuan terutama dalam masalah fiqh.

1 Maksiat Melahirkan Maksiat Berikutnya

17 Sep

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

1 Maksiat Melahirkan Maksiat Berikutnya

 

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.

Pernahkah kita bertanya, berfikir dan merenungkan keadaan diri kita ? Apakah kita pernah melakukan sebuah kemaksiatan ? Lantas semakin hari kok kemaksiatan kita semakin bertambah banyak ? Apakah penyebabnya ?

Penulis Al Qomush Al Muhith Rohimahullah mengatakan,

“Al ‘Ishyaan (maksiat) adalah kebalikan dari keta’atan”[1].

Beda Sabar dan Ridho

7 Aug

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Beda Sabar dan Ridho

 

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maawalaah.

Diantara buah keimanan yang benar terhadap takdir Allah (klik di sini) atau dalam bahasa syari’atnya qodho dan qodar Allah adalah adanya keridhoan seorang hamba atas apa yang Allah takdirkan pada dirinya dan kehidupannya.

Lantas apa yang dimaksud dengan ridho ? Dan apa bedanya dengan sabar ?

Tercelanya Kesombongan

21 Jul

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Tercelanya Kesombongan

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.

Ada sebuah dosa yang merupakan dosa pertama kepada Allah Ta’ala. Sebuah dosa yang dosa yang digariskan, dicontohkan Iblis kepada para pengikutnya. Dia pun meridhoi dosa tersebut untuk orang-orang yang mengikutinya. Dia akan menempatkan mereka pada posisi kehancuran yang luar biasa, kerusakan besar karena telah mewarisi dosa yang buruk akibatnya ini. Ketahuilah dosa tersebut adalah kesombongan. Inilah dosa dan kemaksiatan yang yang paling buruk. Wajib bagi seorang hamba Allah yang beriman untuk mewaspadainya. Sebab dosa ini akan menghasilkan dosa-dosa lainya dan menggiring pada berbagai keburukan. (لأنه ذنبٌ يوقِع في ذنوب وشرٌ يجر إلى شرور)

Pelajaran Dari Bangun Tidur Part 2

17 Jul

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Pelajaran Dari Bangun Tidur Part 2

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.

Tidur merupakan sebuah kenikmatan yang patut disyukuri. Bangun dari tidur juga merupakan sebuah kenikmatan lain yang tentu wajib untuk disyukuri juga. Disyukuri dengan memuji Allah ‘Azza wa Jalla atas nikmat ini dan mengingat kembali tujuan utama anda dibangunkan adalah untuk kembali berdzikir, mengingat Allah dan melaksanakan ibadah hanya kepada Nya.

Masih Sinis Liat Orang Celana Cingkrang?!

10 Jul

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Masih Sinis Liat Orang Celana Cingkrang ?!

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.

Seiring dengan tersebarnya ilmu agama dengan berbagai wasilahnya berdampak pada tersebarnya penerapan berbagai sunnah[1] Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam di berbagai tempat dan kesempatan. Salah satu sunnah tersebut adalah meninggikan pakaian di atas mata kaki atau yang populer dengan istilah cingkrang.

Jangan Kotori Dirimu Dengan Maksiat Setelah Romadhon

30 Jun

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Jangan Kotori Dirimu Dengan Maksiat Setelah Romadhon

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.

Pertama

Allah Subhana wa Ta’ala berfirman tentang tujuan akhir yang diharapkan dari kewajiban puasa di Bulan Romadhon,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (QS. Al Baqoroh [2] : 183)

Maksud pokok Allah ‘Azza wa Jalla mewajibkan kita berpuasa adalah agar mampu bertaqwa. Sebab, ketika berpuasa kita mampu meninggalkan hal-hal yang halal di luar puasa. Maka sudah sepatutnya dan kita seharusnya mampu meninggalkan hal-hal yang Allah Ta’ala haramkan setelah Bulan Romadhon.

Intinya ingat tujuan puasa bukanlah sekedar menahan rasa lapar dan haus. Sungguh rugi jika puasa kita hanya menghasilkan rasa lapar dan haus namun tidak melahirkan insan baru, yang lebih bertaqwa dari sebelum Romadhon. Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun tidak menghasilkan apapun kecuali rasa lapar semata”[1].