Syarat Laa Ilaaha Illallah (6)

8 Dec

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Syarat Laa Ilaaha Illallah (6)

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.

Melanjutkan potingan sebelumnya seputar syarat kalimat tauhid, Laa Ilaaha Illallah.

Syarat keenam adalah Al Inqiyaad.

 Syaikh Ibrohim Al Khuroisy Hafizhahullah mengatakan[1],

syarat-laa-ilaaha-illallah-6-1

“Keenam : Melaksanakan hak-hak kalimat tauhid tersebutberupa amal-amal yang wajibikhlas kepada Allah dan ingin mencari keridhoannya.

Maksudnya : Syarat keenam melaksanakan dan kebalikannya adalah meninggalkan.

Melaksanakan hak-hak kalimat tauhid merupakan sebuah batu ujian. Sebab banyak orang yang mengklaim bahwasanya dia telah mengetahui makna kalimat tauhid ini, dia ikhlas, jujur dan yakin. Ketika diperintahkan untuk melaksanakan suatu perintah agama atau dilarang dari sesuatu, dia tidak melaksanakannya. Sehingga jelaslah kebathilan klaimnya. Sebab jika dia benar-benar jujur, yakin dan cinta yang hakiki tentu dia akan melaksanakan hak-hak kalimat ini baik secara zhohir dan bathin dengan penuh keikhlasan kepada Allah, mencari keridhoannya, takut dari kemurkaan dan hukuman Nya”.

syarat-laa-ilaaha-illallah-6-2

“Renungkanlah, pikirkanlah kisahnya Abu Tholib. Dia adalah seseorang yang membenarkan Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam, dia pun mengetahui dan yakin dengan kebenaran risalah yang dibawa Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam. Namun dia enggan melaksanakan perintah-perintah Allah Ta’ala. Maka kecintaannya tidak akan bermanfaat baginya. Bahkan dia termasuk orang yang kafir yang musyrik, kekal di neraka jahannam kekal selama-lamanya, wal iyyadzu billah. Kecuali (keistimewaannya cuma 1 -pen) yaitu adzab yang ada padanya diringankan dengan sebab Syafaat Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam yang dalam hal ini khusus bagi sang paman Abu Tholib. Sebab Abu Tholib merupakan orang yang semasa hidupnya menjaga, melindungi dan membela beliau Shollallahu ‘alaihi wa Sallam dan keluarganya. Di neraka kelak dia akan diletakkan pada api yang dangkal hingga kedua mata kakinya lalu mendidihlah otaknya. Nas’alullah As Salamah wa Al ‘Afiyah.

Ringkasnya melaksanakan kewajiban dari kalimat tauhid merupakan syarat dan jika syarat tidak terpenuhi maka ternafikanlah hal yang disyaratkan darinya yaitu kalimat tauhid”.

Adapun dalil syarat ini diantaranya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ

“Kembalilah kalian kepada Robb kalian dan berserah dirilah…”. (QS. Az Zumar [39] : 54).

Syaikh Ibrohim Al Khuroisy Hafizhahullah mengatakan[2],

syarat-laa-ilaaha-illallah-6-3

“Yaitu dalil melaksanakan hak-hak kalimat Laa Ilaaha Illallah merupakan syarat kalimat tauhid dan merupakan salah satu dari beberapa syaratnya. Firman Allah Ta’ala (وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ) ‘Kembalilah kalian kepada Robb kalian’ yaitu kembalilah kepada Robb kalian dengan melaksanakan berbagai keta’atan. Firman Allah Ta’ala (وَأَسْلِمُوا لَهُ) ‘Dan berserah dirilah kalian’ yaitu dengan menyerahkan diri (istislam) kepada Nya semata. Makna Islam adalah menyerahkan diri (istislam) kepada Allah dengan tauhid disertai melaksanakan berbagai keta’atan –di sinilah letak penunjukkan dalilnya– dan berlepas diri dari kemusyrikan dan pelakunya”.

 

Setelah ‘Isya, 30 Shofar 1438 H | 29 Nopember 2016 M

 

Aditya Budiman bin Usman

[1] At Tanbihaat Al Mukhtashoroh hal. 38-39 terbitan Dar Shomi’i, Riyadh, KSA

[2] Idem hal. 56.

 

Tulisan Terkait

Leave a Reply