10 Sep
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Semua Agama Sama ??!!
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.
Semakin tua umur dunia semakin banyak pula keanehan pemikiran orang yang menyebar. Menyakitkan memang, namun yang lebih perih lagi pemikiran tersebut malah ditelurkan dan disebarkan oleh yang notabene Islam. Kalaulah orang non Islam yang melakukannya hati tidak akan sesakit ini, namun… Ditambah lagi pemikiran semisal ini disokong dana dan dibiayai penelitiannya oleh lembaga ternama di negara ini. Sungguh hampir lengkap. Sebagai upaya penjagaan aqidah ummat Islam bagi diri kami pribadi dan masyarakat, maka kami pilih tema ini untuk dipublikasikan di web ini.
Pemikiran aneh dan nyeleneh itu adalah menganggap semua agama sama. Tidak ada yang salah semuanya benar.
Kalaulah kita mau merenungkan kembali firman Allah ‘Azza wa Jalla berikut tentu kita akan menemukan jawabannya dan membuang ke tong sampah pemikiran busuk tersebut.
Simaklah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ini,
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآَيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab (Yahudi dan Nasrani) kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (QS. Ali ‘Imroon [3] : 19).
Ibnu Katsir Rohimahullah mengatakan[1],
“Firman Allah Ta’ala (إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ) ‘Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam’ merupakan berita/kabar dari Allah Ta’ala bahwasanya tidak ada agama yang diterima di sisi Nya dari siapapun melainkan hanya Islam. Yaitu mengikuti para rosul yang Allah utus pada setiap zaman hingga ditutup dengan Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam yang menutup seluruh jalan menuju Allah kecuali melalui jalannya Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga barangsiapa yang bertemu dengan Allah kelak dengan agama selain Islam setelah diutusnya Nabi Muhamamd Shollallahu ‘alaihi wa sallam maka agamanya tidak akan Allah terima. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama (beragama) selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”. (QS. Ali ‘Imroon [3] : 85).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman pada ayat ini untuk mengabarkan pembatasan agama yang diterima di sisi Nya hanyalah Islam. Ta’ala (إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ) ‘Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam’”.
Cukuplah ini sebagai hujjah yang tegas dan nyata dari Sang Pencipta Langit dan Bumi, Dzat Yang Maha Mengetahui.
Lantas bagaimana orang yang punya keyakinan demikian ? Atau keyakinan yang menganggap orang selain Islam tidak kafir ? Atau ragu kekafiran orang selain Islam ?
Saudaraku, ketahuilah syahadat atau keislaman juga memiliki pembatal sebagaimana wudhu juga memiliki pembatal. Para ulama menyebutkan bahwa salah satu pembatal keislaman seseorang adalah memiliki keyakinan tidak menganggap orang yang musyrik, non Islam sebagai orang kafir atau ragu akan kekafiran mereka atau bahkan membenarkan agama mereka.
Syaikh Muhammad At Tamimiy Rohimahullah mengatakan,
“(Pembatal keislaman) ketiga adalah barangsiapa yang tidak menganggap kafirnya orang-orang musyrik (termasuk di dalamnya seluruh non muslim -pen), ragu kekafiran mereka atau membenarkan agama mereka maka dia telah kufur/kafir”.
Syaikh Ibrohim Al Khuroishiy Hafizhahullah menjelaskan,
“Yaitu pembatal keislaman yang ketiga dari pembatal-pembatal keislaman : barangsiapa yang tidak menganggap kafir orang-orang musyrik yang kekafiran dan kemusyrikan mereka nyata dan jelas maka dia telah kufur/kafir. Karena Allah Ta’ala menganggap mereka kafir dalam Kitab Nya dan melalui lisan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga tidak akan teranggap keislaman seseorang hingga dia menganggap kafirnya orang-orang musyrik. Apabila dia ragu tentang kekafiran mereka atau menyakini apa urusan saya dengan agama mereka –karena menganggap agama mereka tidak salah, pen.- setelah dijelaskan kepadanya tentang kekufuran mereka maka dia kafir semisal mereka”[2].
(Namun ingat selalu tidak semua jenis orang kafir harus diperangi. Dan artikel ini bukan tempat untuk membahas itu.)
“Adapun orang yang menganggap benar agama mereka, menyebarkan dan membela agama mereka maka kekufurannya lebih besar dan lebih parah. Mudah-mudahan Allah menjaga kita.
Pembatal keislaman ini merupakan suatu hal yang sedikit orang mau memperhatikannya. Bahkan boleh jadi pada diri seseorang ada pembatal keislaman ini namun dia tidak merasa atau tidak menganggap kafir orang yang punya keyakinan demikian. Sehingga jadilah dia semisal mereka dalam kekufuran jika hujjah telah ditegakkan atasnya”[3].
Syaikh DR. Sholeh Al Fauzan Hafizhahullah mengatakan[4],
“Karena wajib bagi setiap muslim menganggap kafir orang-orang yang Allah dan Rosul Nya anggap kafir. Allah ‘Azza wa Jalla menganggap kafirnya orang musyrik, penyembah berhala dan selain mereka yang menyembah Allah namun juga menyembah selain Allah. Allah ‘Azza wa Jalla juga menganggap kafir orang yang tidak beriman kepada seluruh Rosul atau hanya beriman pada sebagiannya saja. Hal ini sebagaimana terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam.
Demikian juga Allah menganggap kafir orang-orang musyrik dari kalangan Yahudi, Nashrani dan para penyembah berhala. Sehingga wajib bagi setiap muslim berkeyakinan di dalam hatinya tentang kafirnya mereka sebagai bentuk pengamalan atas pengkafiran Allah Ta’ala dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam atas mereka. Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih adalah putra Maryam”. (QS. Al Maidah [5] : 17).
Firman Allah Ta’ala juga,
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا
“Orang-orang Yahudi berkata, “Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu”. (QS. Al Maidah [5] : 64).
لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: “Sesunguhnya Allah miskin”. (QS. Ali ‘Imroon [3] : 181).
Demikian seterusnya perkataan mereka yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ceritakan padahal mereka adalah ahlu kitab. Cukuplah kekafiran mereka dengan mereka kufur terhadap Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam yang Allah utus kepada seluruh manusia termasuk orang-orang yang pada mereka terdapat Al Kitab Taurot dan Injil”.
Beliau Hafizhahullah juga mengatakan,
“Demikian pula barangsiapa yang ragu kafirnya orang-orang musyrik (non Islam) misal dia berkata, ‘Aku tidak tahu apakah mereka orang-orang musyrik itu kafir atau tidak’ Maka orang yang demikian pun kafir karena sesungguhnya dia ragu pada agamanya apakah kufur atau beriman serta tidak mampu membedakan mana kekufuran dan keimanan”.
“Lebih parah dari hal itu adalah orang yang menganggap agama orang-orang musyrik benar dan semakin parah lagi jika membela dan melindungi agama mereka, terkhusus Yahudi dan Nasrani. Zaman sekarang ini berkembang dakwah/seruan penyatuan 3 agama. Mereka mengira bahwa Islam, Yahudi dan Nasrani semuanya adalah agama yang benar, semuanya beriman kepada Allah maka kita tidak boleh menganggap mereka kafir. Maka kekufuran ini lebih dari pada orang yang masih meragukan kekufuran mereka karena dia membenarkan agama kekafiran”.
“Kita katakan sesungguhnya mereka tidak mengikuti Nabi Musa dan ‘Isa. Seandainya mereka benar-benar mengikuti ajaran keduanya tentulah mereka akan beriman dengan Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam. Karena Nabi Musa dan ‘Isa ‘alaihimassalam keduanya membawa kabar tentang Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam pada Taurot ataupun Injil”.
Maka mari, ajarkan keyakinan Ahlu Sunnah wal Jama’ah ini kepada generasi kita agar fondasi aqidah ummat Islam tidak terkikis pemikiran sesat dan menyesatkan yang dipropagandakan orang ingin mengutak-atik ajaran Islam. Allahu a’lam.
Menjelang Zhuhur,
23 Dzul Qo’dah 1436 H / 7 September 2015 M
Aditya Budiman bin Usman
[1] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim hal. 25/II terbitan Dar Thoyyibah, Riyadh, KSA.
[2] At Tanbihat Al Mukhtashoroh hal. 67 terbitan Dar Shomi’iy, Riyadh, KSA.
[3] Idem.
[4] Lihat Durus Fii Syarh Nawaqidil Islam hal. 78-80 terbitan Maktabah Ar Rusyd, Riyadh, KSA. (kami ringkaskan)
Leave a Reply