23 Mar
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala As Samii’
Alhamdulillah wa Sholatu wa Salamu ‘alaa Rosulillah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.
Ada sebuah pepatah yang mengatakan,
Tak Kenal Maka Tak Sayang,
Tak Sayang Maka Tak Cinta.
Pepatah ini sering digunakan orang untuk melegalkan pacaran. Untuk mendekati lawan jenis dan hal-hal yang semisal itu. Namun pernahkah anda membaca di dalam Al Qur’an bahwa Allah ‘Azza wa Jalla menyebut diri Nya dengan nama As Samii’ (السَّمِيْعُ) ? Kalau anda menjawab belum, berarti anda ‘kebangetan’. Masa baca status facebook yang gak berguna rajin amat. Namun baca surat dari Pencipta anda, anda malah gak peduli, gak mau meluangkan waktu ?!!
Kalo anda menjawab pernah, mari simak sekelumit penjelasan makna salah satu Asma’ul Husna Allah Tabaroka wa Ta’ala berikut.
Penulis Hisnul Muslim, Syaikh DR. Sa’id bin Wahf Al Qohthoniy Rohimahullah mengatakan[1],
Allah Ta’ala berfirman,
وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا بَصِيرًا
“Adalah Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. An Nisaa’ [4] : 134)
“Sering sekali Allah menyertakan antara shifat Sami’ (Maha Mendengar) dan Bashir (Maha Melihat). Keduanya meliputi segala sesuatu baik yang tampak dan tersembunyi. Sami’ (Maha Mendengar) merupakan pendengaran yang mencakup segala sesuatu yang dapat didengar. Semua suara yang ada di bumi dan di langit. Allah mendengar suara dirahasiakan dan yang tidak dirahasiakan. Bagi Allah semuanya seperti satu suara. Suara tersebut tidak tercampur baur bagi Allah. Semua bahasa tidak ada yang samar bagi Nya. Suara yang jauh maupun dekat, suara yang bersifat rahasia dan yang terang-terangan semuanya sama bagi Allah sebagaimana dalam firman Nya,
سَوَاءٌ مِنْكُمْ مَنْ أَسَرَّ الْقَوْلَ وَمَنْ جَهَرَ بِهِ وَمَنْ هُوَ مُسْتَخْفٍ بِاللَّيْلِ وَسَارِبٌ بِالنَّهَارِ
“Sama saja (bagi Allah), siapa diantaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari”. (QS. Ar Ro’du [21] : 10)
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Al Mujadilah [58] : 1)
‘Aisyah Rodhiyallahu ‘anha mengatakan,
تَبَارَكَ الَّذِي وَسِعَ سَمْعُهُ كُلَّ شَيْءٍ
“Maha Suci Allah yang pendengaran Nya meliputi seluruh suara”[2].
Sungguh telah datang seorang wanita yang menggugat dan mengadu kepada Rosulullah Shollalahu ‘alaihi wa Sallam sedangkan aku (‘Aisyah) menguping di balik kamar. Namun aku tersamarkan sebagian perkataannya. Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan firman Nya,
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya”. (QS. Al Mujadilah [58] : 1).
“Shifat Maha Mendengar Allah memiliki 2 jenis :
Pertama, Pendengaran Nya terhadap seluruh suara, baik suara yang nyata dan tersembunyi, jelas dan samar. Pendengaran Nya meliputi seluruh suara secara sempurna.
Kedua, Pendengaran Nya dalam konteks mengabulkan atas orang-orang yang meminta, berdo’a dan beribadah kepada Nya. Maka Allah akan mengabulkan dan memberikan ganjaran pahala kepada mereka. sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala,
إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Sesungguhnya Robbku (Ibrohim) adalah Dzat Yang Maha Mengabulkan Do’a”. (QS. Ibrohim [14] : 39).
Ketika kita benar-benar mengimani dan meng’ikhsho’ (tentang makna hal ini silakan lihat di sini) nama Allah ‘Azza wa Jalla maka masihkah kita mengatakan sebuah perkataan yang mengandung perbuatan maksiat baik tersembunyi ataupun terang-terangan ?! Masihkah kita mendengarkan hal-hal yang dimurkai Allah ‘Azza wa Jalla ?!! Masihkah kita meragukan Allah Subhana wa Ta’ala pasti mendengarkan do’a anda walaupun tidak anda perdengarkan ?!!
Mudah-mudahan kita senantiasa istiqomah dan diberi hidayah oleh Allah ‘Azza wa Jalla.
Selesai Subuh, 29 Jumadil Ulaa 1436 H, 20 Maret 2015 M
Al Faaqir ilaa Maghfiroti Robbihi/Aditya Budiman bin Usman.
[1] Lihat Syarh Asma’ul Husna hal. 58-59 terbitan Mu’asasah Al Juraisy, Riyadh, KSA.
[2] HR. Ibnu Majah no. 2063. Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh Al Albani Rohimahullah.
Leave a Reply