Makna Asmaul Husna, Ar Rozzaaq dan Ar Rooziq

13 Sep

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Makna Asmaul Husna, Ar Rozzaaq dan Ar Rooziq

 

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maawalaah.

Kembali kita melanjutkan artikel seputar penjelasan ringkas makna dari Asma’ul Husna Allah ‘Azza wa Jalla. Pada kesempatan kali ini kita telah sampai pada makna  Ar Rozzaaq dan Ar Rooziq.

Makna Ar Rizqu Secara Bahasa

Syaikh DR. Muhammad Hamud An Najdi Hafizhahullah mengatakan[1],

“Ar Rizqu adalah segala sesuatu yang dapat diambil manfaat darinya”.

 

Penyebutan kedua nama ini di Al Qur’an dan Sunnah

Kedua Nama Allah ‘Azza wa Jalla ini terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam. Syaikh DR. Muhammad Hamud An Najdi Hafizhahullah mengatakan[2],

Penyebutan (Nama Allah ini –pen) terdapat dalam bentuk tunggal pada satu kesempatan yaitu pada Firman Allah Ta’ala,

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

 “Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh”. (QS. Adz Dzariyat [51] : 58).

Ibnu Muhaishin[3] dan selainnya membacanya dengan (الرَّزَّاقُ) ‘Ar Rozzaaq’.

Sedangkan penyebutan (Nama Allah ini –pen) terdapat dalam bentuk jama’ pada lima kesempatan, diantaranya pada Firman Allah Ta’ala,

وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Beri rezekilah kami, dan Engkaulah Pemberi Rezki Yang Paling Utama”. (QS. Al Maidah [5] : 114).

Demikian juga,

وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki”. (QS. Al Jumu’ah [62] : 11).

Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah mengatakan[4],

“Nama Allah Ar Rozzaaq juga terdapat dalam Sunnah Nabawiyah (hadits). Termaktub di kitab Sunnan dan Musnad Imam Ahmad dari periwayatan shahabat Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘anhu beliau berkata,

غَلَا السِّعْرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ سَعَّرْتَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْخَالِقُ الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الرَّازِقُ الْمُسَعِّرُ وَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ أَلْقَى اللَّهَ وَلَا يَطْلُبُنِي أَحَدٌ بِمَظْلَمَةٍ ظَلَمْتُهَا إِيَّاهُ فِي دَمٍ وَلَا مَالٍ

‘Ketika harga menjadi mahal di zaman Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam maka para shahabat beliau pun berkata, ‘Wahai Rosulullah seandainya engkau sudi menetapkan harga pasar’. Maka beliau pun bersabda, “Sesungguhnya Allah adalah Al Kholiq, Al Qobidh, Al Basith, Ar Rooziq dan Al Musa’ir. Sesungguhnya aku benar-benar berharap ketika bertemu Allah dalam keadaan aku tidak pernah menzholimi seorang pun dengan 1 kezholiman apapun padanya baik pada urusan darah maupun harta”[5].

Syaikh DR. Muhammad Hamud An Najdi Hafizhahullah mengatakan[6],

“Ibnu Jarir mengatakan, “Dia adalah Sang Pemberi Rezki kepada para makhluknya dan yang menanggung bahan makanan pokok mereka”.

Al Khotthobi mengatakan, “Dia adalah Dzat yang menanggung rezki dan bertanggung jawab atas setiap jiwa terkait bahan makanan mereka. Rezki dan rahmat Nya meliputi seluruh ciptaan Nya. Rezki ini tidak terkhusus hanya untuk orang yang beriman dan tidak pada orang kafir, tidak pula hanya kepada wali Nya dan tidak pada musuh Nya. Dia pun mengirimkan rezki Nya kepada mereka yang lemah yang tidak ada daya padanya yang tak mampu berusaha mencarinya (apalagi pada mereka berusaha mencarinya –pen). Sebagaimana dia mengirimkan rezki kepada yang kuat dan rupanya menawan yaitu malaikat Jibril. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ

 “Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu”. (QS. Al Ankabut [29] : 60).

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezkinya”. (QS. Huud [11] : 6).

Beliau juga mengatakan[7],

“Ibnul Atsir mengatakan, “Ar Rozzaaq dialah yang menciptakan berbagai rezki, memberikannya kepada makhluk-makhluk. Dia yang memberikan rezki dan mengirimkannya kepada mereka”.

Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah mengatakan[8],

“Allah Subhana wa Ta’ala Dialah Ar Rozzaaq yaitu Dzat yang bertanggung jawab atas (menanggung) rezki para hamba Nya. Dia bertanggung jawab atas (menanggung) seluruh jiwa berkaitan dengan apa yang mereka butuhkan baik berupa makanan pokok mereka”.

Beliau juga mengatakan,

“Allah Subhana wa Ta’ala mengingatkan para hamba Nya terkait hal ini pada berbagai kesempatan di dalam Al Qur’an Al Karim. Sesungguhnya Dialah satu satunya yang memberikan mereka rezki, bertanggung jawab atas bahan makanan dan berbagai rezki mereka lainnya. Peringatan ini disebutkan di dalam Al Qur’an dalam 2 model penyebutan : Penyebutan pertama dalam konteks keutamaan dan mengingatkan siapa yang memberi rezki. Penyebutan kedua dalam konteks mengajak kepada keta’atan, kebaikan dan ihsan”.

“Diantara ayat konteks pertama adalah Firman Allah Subhana wa Ta’ala,

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ

“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?”. (QS. An Nahl [16] : 72).

Beliau juga mengatakan,

“Diantara ayat konteks kedua, maka sesungguhnya Al Qur’an Al Karim banyak sekali menyebutkan peringatan dari Allah kepada para hamba Nya dengan hal tersebut terkait perintah kepada mereka agar beribadah dan berbagai keta’atan. Diantaranya adalah Firman Allah Subhana wa Ta’ala terkait dengan masalah tauhid,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”.

(QS. Al Baqoroh [2] : 21-22).

Pada konteks kedua ini Allah Subhana wa Ta’ala menyertakan beragam perintah, larangan dan ajakan untuk melakukan berbagai keta’atan dan menjauhi berbagai keburukan dalam penyebutan rezki. Diantara ketika membantah kemusyrikan, perintah untuk berinfaq, bersyukur, larangan membunuh anak karena khawatir kefakiran, dampak senantiasa bertaqwa dan lain-lain.

Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah mengatakan[9]

“Rezki Allah kepada para hamba Nya ada 2 jenis :

Jenis Pertama : Rezki yang umum mencakup orang yang baik dan fajir, mukmin dan kafir, orang-orang yang dahulu maupun belakangan. Rezki ini adalah rezki yang berkaitan dengan fisik/ badan.

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezkinya”. (QS. Huud [11] : 6).

Rezki Allah Subhana wa Ta’ala kepada orang kafir berupa diluaskannya rezki, banyak anak dan selainnya bukanlah dimaksudkan terkait dengan keridhoan Nya. Sebab sesungguhnya Allah Subhana wa Ta’ala memberikan dunia kepada orang yang Dia sukai dan yang tidak disukai Nya”.

“Allah Ta’ala berfirman,

أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ (55) نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ

“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar”. (QS. Al Mukminuun [23] : 55-56).

Banyaknya pemberian rezki di dunia bukanlah dalil atas kemuliaan seseorang di sisi Allah, sebagaimana sedikitnya pemberian rezki juga bukanlah dalil hinanya seseorang di sisi Allah. Allah Ta’ala berfirman,

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16) كَلَّا

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan Nya dan diberi Nya kesenangan, maka dia akan berkata, “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata, “Tuhanku menghinakanku”. Sekali-kali tidak (demikian)”. (QS. Al Fajr [89] : 15-17).

Maksudnya tidaklah semua orang yang Aku (Allah) berikan nikmat di dunia menunjukkan bahwa orang tersebut adalah orang yang mulia di sisi Ku. Demikian pula, tidak setiap orang yang Aku sempitkan rezkinya berarti dia hina di sisi Ku. Sesungguhnya kaya dan miskin, lapang dan susah merupakan cobaan dan ujian dari Allah, agar diketahui siapa orang yang bersyukur dan kufur, yang sabar dan banyak berkeluh kesah”.

Jenis Kedua : Rezki yang khusus, yaitu rezki hati yang bersifat ukhrowi, dapat diberi makan/ dipupuk dengan ilmu agama, iman, asupan rezki yang halal agar dapat membantu memperbaiki urusan agama seseorang. Rezki inilah yang khusus bagi orang-orang yang beriman sesuai derajat mereka yang sesuai dengan shifat Hikmah dan Rahmat Allah. Kemudian Allah akan menyempurnakan kemuliaan Nya kepada mereka, menganugrahi meraka nikmat masuk surga negeri yang penuh kenikmatan pada hati qiyamat. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقًا

“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya”. (QS. Ath Tholaq [65] : 11).

“Allah Subhana wa Ta’ala telah memperingatkan para hamba Nya dari menyibukkan diri dengan rezki dunia yang fana dibandingkan sibuk dengan rezki akhirat yang kekal. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ

“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal”. (QS. An Nahl [16] : 96).

Allah Ta’ala juga berfirman,

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآَخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

“Tetapi kamu lebih mendahulukan/ memilih kehidupan duniawi. Padahal kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (QS. Al A’laa [87] : 16-17).

“Orang yang berakal tidak akan tersibukkan dengan rezki dunia semata walaupun banyak, dibandingkan kesibukannya dari tujuan penciptaannya yaitu untuk merealisasikan ibadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan. Sebagaimana Firman Allah Subhana wa Ta’ala,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56) مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah, mengambakan diri kepada Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh”. (QS. Adz Dzariyat [51] : 56-58).

Bahkan orang yang berakal menjadikan rezki dunia tersebut sebagai saraha untuk menggapai ridho Allah dan tujuannya surga negeri kenikmatan”.

 

Pengaruh beriman dengan kedua Nama Allah Subhana wa Ta’ala ini

Syaikh DR. Muhammad Hamud An Najdi Hafizhahullah mengatakan[10],

Pertama : Sesungguhnya Maha Pemberi Rezki satu-satunya adalah Allah, tidak ada sekutu baginya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ

“Wahai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? Tidak ada Sesembahan yang berhak disembah selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)”. (QS. Fathir [35] : 3).

Kedua : sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla adalah Dzat menanggung rezki (makhluk -pen) yang ada di langit dan di bumi. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezkinya”. (QS. Huud [11] : 6).

Ketiga : Banyaknya rezeki di dunia bukanlah menunjukkan cinta Allah Subhana wa Ta’ala. Bahkan orang-orang kafir mengira demikian disebabkan kebodohan mereka tentang hal itu. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

وَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ (35) قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan mereka berkata: “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak- anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab. Katakanlah, “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki Nya). akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Saba’[34] : 35-36).

Mereka (orang-orang kafir -pen) tidak mengetahui bahwa (kedudukan –pen) dunia di sisi Allah tidak bernilai sedikit pun. Hal ini sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad, dia berkata, Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ

“Jikalau sekiranya dunia senilai dengan sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberikan orang kafir minum walaupun satu tegukan air”[11].

Keempat : Sesungguhnya ketaqwaan kepada Allah dan keta’atan kepada Nya merupakan sebuah sebab yang agung bagi rezki dan keberkahan pada rezki tersebut. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”. (QS. A’rof [7] : 96).

Demikian pula sebaliknya. Maksiat akan mengurangi rezki dan keberkahannya.

Kelima : Rezki yang paling agung yang Allah berikan kepada para hamba Nya adalah surga yang Allah janjikan kepada para hamba Nya yang sholih”.

(Sekian nukilan dari beliau dengan diringkas)

Keenam : Mencari rezki yang halal dari Allah itu penting namun janganlah sampai usaha kita mencari rezki itu melalailan diri kita dari kewajiban kita kepada Allah Subhana wa Ta’ala Sang Maha Pemberi Rezki. Ingatlah bahwa sebanyak apapun rezki yang anda dapatkan tidak akan kekal milik anda di dunia kecuali anda gunakan sebagai bekal kehidupan anda yang kekal abadi kelak. Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman,

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ

“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal”.

(QS. An Nahl [16] : 96).

Allah Ta’ala juga berfirman,

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآَخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

“Tetapi kamu lebih mendahulukan/ memilih kehidupan duniawi. Padahal kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (QS. Al A’laa [87] : 16-17).

 

Allahu Ta’ala A’lam

Menjelang tengah malam,

Selasa 22 Dzul Hijjah 1438 H, 12 September 2017 M

Aditya Budiman bin Usman bin Zubir

[1] Lihat An Nahjul Asma hal. 136 terbitan Maktabah Adz Dzhabiy, Kuwait, UEA.

[2] Idem.

[3] Salah satu ulama qiro’ah. (Jazakamullah khoir ustadz M. Ichwan atas infonya.

[4] Lihat Fiqh Asma’ul Husna oleh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq hal. 127 terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh

[5] HR. Abu Dawud no. 3451, Tirmidzi no. 1314, Ibnu Majah no. 2200 dan Ahmad no. 12613 dan selainnya dengan sanad yang shohih. Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth rohimahumallah.

[6] Lihat An Nahjul Asma hal. 136.

[7] Idem hal. 137.

[8] Lihat Fiqh Asma’ul Husna hal. 127.

[9] Lihat Fiqh Asma’ul Husna hal. 129-131 secara ringkas.

[10] Lihat An Nahjul Asma hal. 138-143 secara ringkas.

[11] HR. Tirmidzi no. 2320. Hadits ini dinilai shohih oleh Al Albani.

Tulisan Terkait

One Comment ( ikut berdiskusi? )

Leave a Reply