Makna Asmaul Husna, Al Kholiq dan Al Khollaq

4 Jan

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Makna Asmaul Husna, Al Kholiq dan Al Khollaq

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maawalaah.

Kembali kita melanjutkan artikel seputar penjelasan ringkas makna dari Asma’ul Husna Allah ‘Azza wa Jalla. Pada kesempatan kali ini kita telah sampai pada makna  Al Kholiq dan Al Khollaq.

Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah mengatakan[1],

“Nama Allah Al Kholiq disebutkan dalam Al Qur’an di beberapa kesempatan. Diantaranya pada Firman Allah Ta’ala,

هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ

“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan Dari Ketiadaan, Yang Membentuk Rupa”. (QS. Al Hasyr [59] : 24)

Demikian juga,

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

“Allah Pencipta segala sesuatu dengan sempurna dan Dia memelihara segala sesuatu”.

(QS. Az Zumar [39] : 62)

Disebutkan pula dalam bentuk muballaghoh (superlatif) dengan lafazh Khollaq pada 2 kesempatan di Al Qur’an. Firman Allah Ta’ala,

إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ

 “Sesungguhnya Allah adalah Robbmu, Dia Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al Hijr [15] : 86)

Dan juga,

بَلَى وَهُوَ الْخَلَّاقُ الْعَلِيمُ

“Dan Dialah Maha Pencipta Yang Sempurna[2] lagi Maha Mengetahui”.

(QS. Yaasiin [36] : 81)

Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah mengatakan[3],

“Penciptaan secara umum terbagi menjadi 2 :

Pertama : Mengadakan sesuatu yang tidak ada yang sesuatu pun yang semisal dengannya sebelumnya. Diantaranya pada firman Allah Ta’ala,

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِمَّا عَمِلَتْ أَيْدِينَا أَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُونَ

 “Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan (yang sebelumnya tidak ada -pen) binatang ternak untuk mereka yaitu sebahagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya ?”. (QS. Yaasiin [36] : 71)

Kedua : bermakna membuat. Diantaranya adalah ucapan (خلق الأديم) semisal membuat kerajinan kulit.

Diantaranya adalah firman Allah Ta’ala,

فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

“Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”. (QS. Al Mukminun [23] : 14)

Penciptaan yang dengannya manusia disifati maka maknanya adalah membuat. Sedangkan penciptaan yang bermakna menciptakan sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya maka penciptaan ini khusus milik Allah Robbul ‘Alamin (Tuhan Semesta Alam). Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala,

هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ

“Adakah pencipta selain Allah”. (QS. Fathir[35] : 3)

“Allah Ta’ala juga berfirman,

هَذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ بَلِ الظَّالِمُونَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

 “Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. Sebenarnya orang- orang yang zholim itu berada di dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Luqman [31] : 11)

Pada ayat ini terdapat tantangan kepada seluruh makhluk. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan bahwa manusia seluruhnya tidak akan mampu walaupun mereka bersatu padu untuk menciptakan seekor lalat saja, yang mana lalat merupakan selamah-lemah dan seremeh-remeh hewan. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ (73) مَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

“Wahai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (QS. Al Hajj [22] : 73-74)

“Selanjutnya Allah tidak menciptakan makhluk-makhluk ini sia-sia, tidak berguna dan sekedar main-main, Maha Suci Allah dari hal tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ (16) لَوْ أَرَدْنَا أَنْ نَتَّخِذَ لَهْوًا لَاتَّخَذْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا إِنْ كُنَّا فَاعِلِينَ (17) بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ وَلَكُمُ الْوَيْلُ مِمَّا تَصِفُونَ

“Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, (isteri dan anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya)”. (QS. Al Anbiya [21] : 16-18)

Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia untuk mengenal/mengetahui dan menyembah Nya”.

Dalilnya adalah Firman Allah Ta’ala,

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”.

(QS Ath Tholaq [65] : 12)

Juga,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Tidaklah Aku (Allah) ciptakan seluruh jin dan seluruh manusia melainkan untuk beribadah, mentauhidkan Ku”. (QS Adz Dzariyat [51] : 56)

Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah mengatakan[4],

“Kebanyakan orang telah melenceng tentang hal ini. Mereka mengetahui bahwasanya Dzat yang menciptakan mereka hanyalah Allah semata, tidak ada sekutu baginya. Demikian pula hanya Allah lah yang menciptakan mereka, langit, bumi, gunung, pohon dan makhluk lainnya. Namun bersamaan dengan pengakuan tersebut mereka memalingkan ibadah mereka kepada selain Allah. Inilah makna Firman Allah Ta’ala,

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

 “Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)”. (QS Yusuf [12] : 106)

Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Termasuk Iman mereka (pada ayat ini- pen) : Jika ditanyakan kepada mereka, ‘Siapakah pencipta langit, bumi dan gunung ?’ Maka mereka menjawab, ‘Allah’. Namun mereka menyekutukan Allah”.

‘Ikrimah Rohimahullah mengatakan, “Anda bertanya kepada mereka tentang pencipta langit dan bumi maka mereka akan menjawab Allah. Itulah iman mereka kepada kepada Allah namun mereka (menyekutukan Nya) dengan menyembah/beribadah kepada selain Nya[5].

Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah juga mengatakan[6],

“Banyak ayat di dalam Al Qur’an Al Karim membicarakan orang-orang kafir dan pengetahuan mereka bahwasanya Allah sematalah Pencipta, Pemberi Rizki, Pemberi dan Dzat Yang Membagi-bagikan Nikmat untuk mewajibkan kepada mereka menunggalkan Allah semata dalam ibadah, mengikhlaskan amal kepada Nya. Allah Ta’ala berfirman,

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

“Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?’ Tentu mereka akan menjawab,  “Allah”. (QS Al Ankabut [29] : 61)

Setelah disebutkan pengakuan mereka tentang hal ini, Allah cela, tegur mereka untuk mengingkari sekutu mereka untuk Allah dengan Firman Nya,

فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ

“Lantas bagaimana mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)”. (QS Al Ankabut [29] : 61)

Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah juga mengatakan[7],

“Ada hal yang benar-benar sangat mengherankan orang berakal tentang akalnya orang-orang musyrik. Mengapa kok bisa-bisanya mereka berpaling kepada sesuatu yang tidak berkuasa atas dirinya sendiri apalagi orang lain walaupun hanya sebesar biji sawi, baik yang ada di langit maupun di bumi dengan Dzat yang menciptakan langit dan bumi, yang menjadikan kegelapan dan cahaya.

أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ (191) وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ

 “Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhada-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan”. (QS Al A’rof [7] : 191 – 192)

Bagaimana bisa mereka menyamakan sesuatu yang terbuat dari tanah dengan Robb segala sesuatu ? Bagaimana bisa mereka menyamakan seorang hamba yang kecil dengan Penguasa Yang Maha Mengatur ? Bagaimana bisa mereka menyamakan hamba yang semisal dengan mereka dengan Robb Yang Maha Agung, Pencipta ? Maha Suci Allah.

إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ عِبَادٌ أَمْثَالُكُمْ فَادْعُوهُمْ فَلْيَسْتَجِيبُوا لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka mengabulkan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar”. (QS Al A’rof [7] : 194)

Maha Tinggi dan Suci Allah dari apa yang mereka shifati dan mereka sekutukan”.

 

Faidah terpenting adalah Nama Allah Al Kholiq dan Khollaq merupakan nama Allah Subhana wa Ta’ala yang sangat agung. Orang-orang musyrik dan ahlul kitab pun mengakuti bahwa hanya Allah lah satu-satunya pencipta alam semesta. Walaupun demikian disebabkan akal yang terbalik dan pintu hati yang telah tertutup mereka pun menyekutukan Allah dengan makhluk yang hina dari ciptaan Allah ‘Azza wa Jalla.

 

 

Allahu a’lam

[Diringkas dari Kitab Fiqh Asma’ul Husna oleh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq hal. 112-116 terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh]

 

Jum’at 23 Robi’ul Awwal 1438 H, 23 Desember 2016 M

Aditya Budiman bin Usman bin Zubir

[1] Lihat Fiqh Asma’ul Husna oleh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq hal. 112 terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh

[2] Sebagaimana yang disebutkan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimahullah dalam tafsir surat Yaasiin beliau.

[3] Lihat Fiqh Asma’ul Husna hal. 112-113 dengan ringkas.

[4] Idem hal. 114.

[5] Jami’ul Bayan oleh Ibnu Jarir hal. 77-79/VIII.

[6] Idem hal. 114.

[7] Idem hal. 115-116.

 

Tulisan Terkait

Leave a Reply