Jannah, Sebutan Surga Paling Banyak Dalam Al Qur’an

3 Dec

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Jannah, Sebutan Surga Paling Banyak Dalam Al Qur’an

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maawalaah.

Lama sudah tak menulis, sibuk dalam urusan dunia yang tak ada habisnya. Alhamdulillah kali ini masih diberikan Allah ‘Azza wa Jalla hidayah dan kesempatan untuk kembali menulis.

Siapa tak pernah dengar surga, sejak masih kanak-kanak kita sudah diperkenalkan bahwa kalau jadi anak sholeh atau sholehah nanti dimasukkan ke surga. Namun demikian, tak sedikit dari kita pula yang belum paham surga itu dalam bahasa Al Qur’an dan Sunnah memiliki banyak nama dan penyebutan. Nama surga yang paling banyak disebut dalam Al Qur’an adalah Al Jannah atau Jannah[1].

Syaikh Abdul Halim bin Muhammad Nashshor hafidzahullah mengatakan,

“Makna Surga

Huruf jim dan nun adalah satu asal (akar kata). Maknanya adalah tertutup dan tersembunyi. Kata Jannah secara umum digunakan dalam Bahasa Arab untuk penyebutan kebun. Yaitu kebun yang memiliki banyak pepohonan dan kurma.

Sedangkan menurut istilah syari’at kata Jannah digunakan secara umum untuk menyebutkan suatu tempat yang penuh kenikmatan di akhirat. Mencakup seluruh kelezatan, kesengangan, kegembiraan atas segala sesuatu yang belum pernah dilihat mata, belum pernah di dengar telinga dan belum pernah terlintas di hati/pikiran manusia. Namun terkadang juga, Jannah dalam istilah syari’at digunakan untuk sesuatu yang sesuai dengan maknanya secara bahasa yaitu kebun yang dipenuhi pepohonan.

Asal mula terambilnya kata ini adalah dari kata yang maknanya tertutup dan tersembunyi. Oleh sebab itulah kebun disebut dengan jannah karena kebun itu tertupi berbagai pepohonan dan dedauannya sehingga menutupi dan menyembunyikan apa yang ada di dalam kebun itu”[2].

Beliau melanjutkan,

“Adapun tempat penuh kenikmatan (surga) sering disebut sebagai Jannah adalah karena di dalam surga itu terdapat banyak kebun yang banyak pepohonannya dan Jannah itu pun tertutup/tidak terlihat dari kita dalam kehidupan dunia ini”[3].

Allahu Ta’ala A’lam

Segitu dulu,  mudah-mudahan masih ada waktu dan hidayah dari Allah untuk melanjutkannya. Amin

Sebelum bekerja,

Selasa, 7 Rabiul Akhir 1441 H, 3 Desember 2019 M

Aditya Budiman bin Usman bin Zubir

[1] Lihat Shifatul Jannah fil Qur’an Al Karim oleh Syaikh Abdul Halim bin Muhammad Nashshor Hafizhahullah hal. 48 Terbitan Maktabah Al Ulum wal Hikam, Madinah, KSA.

[2]  Idem hal. 70.

[3] Idem hal. 71.

Tulisan Terkait

Leave a Reply