6 Mar
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Islam Tidak Terpisahkan Dari Sunnah
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.
Akhir-akhir ini kembali marak pemikiran yang seolah-olah ingin memisahkan antara agama dan kehidupan muamalah sehari-hari. Misalnya saja, sebagian orang menilai bahwa mengucapkan selamat kepada perayaan agama selain Islam itu sebuah hal yang sah-sah saja. Bukan masalah agama, tidak merusak iman dan islam seseorang yang mengucapkannya. Misal lainnya, ketika ibadah yang berkaitan dengan rukun Islam maka banyak kaum muslimin yang setuju jika itu harus sesuai dengan ajaran Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam. Namun giliran muamalah, adab kepada penguasa yang zholim, berubah haluan menjadi teori rasionalitas. Kalau tidak ‘dibongkar aib’ nya maka keadaan tidak akan berubah.
Inilah beberapa kasus kekeliruan kita dalam memahami Islam dan aqidah shohih yang menjadi warisan dari para Nabi, shahahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan para ulama salaf dari masa ke masa.
Al Imam Abu Muhammad Al Hasan bin ‘Ali Al Barbahari Rohimahullah (wafat Tahun 329 H) mengatakan ketika membuka kitabnya Syarhus Sunnah,
اعْلَمْ أَنَّ الإِسْلَامَ هُوَ السُّنَّةُ وَالسُّنَّةُ هِيَ الإِسْلَامُ وَلَا يَقُوْمُ أَحَدُهُمَا إِلَّا بِالآخَرِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Islam adalah Sunnah, dan Sunnah adalah Islam. Tidak akan tegak salah satunya kecuali bersama”.
Syaikh DR. Robi’ bin Hadi Al Makholi Hafizhahullah mengatakan[1],
“Beliau (Al Barbahari) Rohimahullah ingin menjelaskan kedudukan Sunnah. Karena sesungguhnya Islam itu merupakan dakwah seluruh para Nabi. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
“Sesungguhnya agama (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah Islam”. (QS. Ali Imron [3] : 19)
Juga Firman Allah Ta’ala,
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (QS. Ali Imron [3] : 85)
Sedangkan Sunnah adalah ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, persetujuan-persetujuan, cara beragama/manhaj dan akhlak Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam. Barangsiapa yang menyelisihi sunnah ini maka dia telah mengada-ada dan menyimpang serta tidak merealisasikan Islam itu”.
Syaikh DR. Sholeh Al Fauzan Hafizhahullah mengatakan[2],
“Ungkapan Al Barbahari ‘Sesungguhnya Islam adalah Sunnah, dan Sunnah adalah Islam’ maksudnya Islam adalah jalan beragama yang dibawa oleh seluruh para rosul ‘’alaihissalam. Setiap Rosul datang membawa agama Islam. Setiap Nabi menyeru kepada Allah dan membawa aturan syari’at dari Allah, itulah Islam. Maka dari itu Islam (di sini maksudnya -pen) adalah menyembah Allah semata pada setiap kurun waktu dengan apa yang disyari’atkannya”.
Beliau juga mengatakan,
“Ungkapan Al Barbahari ‘dan Sunnah adalah Islam’ tidak ada perbedaan diantara keduanya jika kita mengartikan sunnah sebagai jalan beragama”. Sebagaimana penjelasan beliau sebelumnya,
“Yang dimaksud dengan Sunnah di sini adalah jalan beragama Rosul Shollallahu ‘alaihi wa Sallam. Sunnah di sini bukanlah sebagaimna istilah ilmu hadits segala yang tsabit/jelas/valid dari Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan beliau. Bahkan sunnah di sini dimaksudnya lebih agung dari itu yaitu jalan beragamanya Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam, para shahabat beliau dan generasi salafus sholeh. Baik dalam permasalahan aqidah, ibadah, fiqih, adab dan akhlak. Semua ini secara umum disebut sebagai sunnah”[3].
Penulis Irsyadu Saari Hafizhahullah mengatakan[4],
“Ungkapan Al Barbahari, ‘Sesungguhnya Islam adalah Sunnah, dan Sunnah adalah Islam’ bagaimana mungkin ? Yang beliau maksudkan adalah Islam yang hakiki itulah Sunnah. Barangsiapa yang tegak di atas sunnah dan menegakkannya maka berarti dia telah menegakkan Islam. Barangsiapa yang menyimpang dari sunnah ke arah kanan atau kiri maka dia telah merusak Islamnya yang hakiki sesuai dengan penyimpangannya tersebut. Namun perlu diketahui bahwasanya penyimpangan di sini ada 2 jenis.
Pertama, penyimpangan yang sifatnya menyeluruh. Penyimpangan ini dapat menjadikan pelakunya kafir dan keluar dari Islam secara total.
Kedua, penyimpangan yang sifatnya parsial. Penyimpangan ini tidak menyebabkan pelakunya kafir dan tidak dihukumi sebagai orang yang murtad, keluar dari Islam. Namun berarti dia telah mengurangi (kesempurnaan –pen) Islamnya sesuai dengan kadar banyak atau sedikitnya penyimpangannya”.
Kesimpulannya :
Islam tidak terpisahkan dengan Sunnah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam. Siapa saja yang mencoba memisahkan antara Islam dan Sunnah Beliau Shollallahu ‘alaihi wa Sallam sungguh dia telah menyimpang dan mengada-ada.
Semakin kuat dan tegar seseorang di atas Sunnah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam semakin sempurna pula Keislamannya. Allahu a’lam.
Sigambal Setelah subuh, 4 Jumadil Akhir 1439 H / 20 Pebruari 2018 M.
Aditya Budiman bin Usman Bin Zubir
[1] Lihat ‘Aunul Baari bi Bayani Maa Tadhommanahu Syarh Sunnah hal. 53/I terbitan Dar Imam Ahmad.
[2] Lihat Ittihaful Qori bi Ta’liq ‘ala Syarh Sunnah hal. 16 terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh.
[3] Idem hal. 7.
[4] Hal. 27.
Leave a Reply