Beda Shifat ‘Uluw dan Istiwa’ di atas ‘Arsy

1 May

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Beda Shifat ‘Uluw dan Istiwa’ di atas ‘Arsy

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maawalaah.

Ahlu Sunnah wal Jama’ah menyakini bahwa Allah Subhana wa Ta’ala berada di langit dan beristiwa di atas ‘Arsy Nya. Dalil dan perkataan ulama terdahulu seputar hal ini silakan klik link berikut ini.

Lantas apa perbedaan antara Shifat ‘Uluw (Maha Tinggi) dan Istiwa’ di atas ‘Arsy Allah ‘Azza wa Jalla ? Mari simak keterangan berikut.

Syaikh DR. Muhammad bin Musa Alu Nashr Hafizhahullah mengatakan[1],

“Perbedaan antara Shifat ‘Uluw dan Istiwa’ itu memiliki 3 sisi :

Pertama : Sesungguhnya Istiwa itu merupakan shifat ‘uluw yang khusus di atas ‘Arsy. Sedangkan shifat ‘uluw merupakan shifat umum yang berarti tinggi di atas seluruh makhluk. Oleh sebab itu seseorang tidak boleh mengatakan, Sesungguhnya Allah beristiwa’ di atas seluruh makhluk atau beristiwa’ di atas langit’. Bahkan yang benar adalah Allah Jalla Jallaluh beristiwa di atas ‘Arsy (secara khusus)”.

“Kedua : Sesungguhnya ‘Uluw merupakan shifat dzatiyah sedangkan Istiwa’ merupakan shifat fi’liyah ikhtiyariyah yang berkaitan dengan kehendak Allah. Maka shifat Allah Maha Tinggi atas seluruh makhluknya merupakan shifat yang selalu ada pada dzat Nya sedangkan Istiwa’ merupakan salah satu perbuatan dan berbagai perbuatan Nya”.

Ketiga : Sesungguhnya shifat ‘Uluw merupakan shifat yang ditunjukkan oleh akal sehat, fithrah manusia, dalil naql baik dari Al Qur’an maupun Sunnah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam. Sedangkan shifat Istiwa’ merupakan shifat khobariyah yang tidak ditunjukkan melainkan dari khabar melalui dalil naql (Al Qur’an maupun Sunnah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam) seperti shifat Nuzul (turun ke langit dunia) dan Maji’ (datang)”.

Sekitan ucapan beliau Hafizhahullah. Namun berikut ada beberapa catatan kecil untuk lebih memahami ucapan beliau.

 

Defenisi Shifat Dzatiyah dan Shifat Fi’liyah.

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimahullah mengatakan[2],

Shifat Dzatiyah adalah shifat yang Allah Subhana wa Ta’ala senantiasa dishifati dengannya. Shifat ini terbagi 2 yaitu maknawiyah dan khobariyah.

Adapun maknawiyah misalnya shifat Hayyah (Maha Hidup), Ilmu (Maha Mengetahui), Qudroh (Maha Mampu), Hikmah (Maha Bijaksana) dan seterusnya yang masih sangat banyak dan tidak terbatas.

Adapun khobariyah misalnya shifat memeliki dua tangan, wajah, dua mata dan seterusnya yang Allah sebutkan bahwa Dia memiliki shifat tersebut. Sebagiannya shifat ini ada pada kita (tambahan dari kami : namun hakikatnya tidaklah sama sebab Allah berfirman,

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Tidak ada yang semisal dengan Nya (Allah) dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Asy Syuro [42] : 11)

“Shifat Fi’liyah adalah shifat yang berkaitan dengan kehendak Allah Subhana wa Ta’ala. shifat fi’liyah ini terbagi 2 yaitu :

Shifat yang padanya ada sebab yang diketahui (dari dalil Al Qur’an atau Sunnah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam) misalnya ridho. Allah ‘Azza wa Jalla jika ada sebab ridho maka Dia akan Ridho sebagaimana firman Allah Ta’ala,

إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ

“Jika kamu kufur maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhoi kekafiran bagi hamba Nya. Jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhoi bagimu kesyukuranmu itu”. (QS. Az Zumar [39] : 7)

Kedua shifat fi’liyah yang tidak ada sebabnya yang dapat diketahui (dari dalil Al Qur’an atau Sunnah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam). Misalnya Nuzul turun ke langit dunia ketika sepertiga malam yang akhir”.

 

Pulang Antar Istri Belanja,

 

27 Rojab 1438 H, 24 April 2017 M

Aditya Budiman bin Usman bin Zubir

[1] Lihat Al Intishor Syarh ‘Aqidah Aimmah Al Amshor hal. 170 terbitan Darul Atsariyah, ‘Amman, Yordania.

[2] Lihat Syarh Aqidah Washitiyah hal. 51-52 terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA.

 

Tulisan Terkait

Leave a Reply