7 Nov
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Apa Itu ‘Arsy Allah ?
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maawalaah.
Diantara keyakinan ahlus sunnah wal jama’ah bahwa Allah Subhana wa Ta’ala tinggi berada di atas Arsy Nya. (silakan klik di sini, di sini dan di sini)
Mungkin ada diantara pembaca yang bertanya apa itu ‘Arsy ?
Untuk itu kami akan nukilkan sedikit keterangan ulama tentang hal ini.
Syaikh DR. Muhammad bin Musa Alu Nashr Hafizhahullah mengatakan[1],
“Al ‘Arsy itu secara bahasa berarti singgasana raja. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman (tentang singgsananya Bilqis),
إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya aku (Nabi Sulaiman) menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar”. (QS. An Naml [27] : 23)
Adapun ‘Arsy Ar Rohman (Allah) yang Dia beristiwa di atasnya maka ‘Arsy itu adalah ‘Arsy/ singgsana yang sangat besar, memiliki penyangga, merupakan atapnya surga Firdaus bahkan atap seluruh makhluk. ‘Arsy adalah makhluk Allah yang tertinggi, terbesar, terluas dan lingkupnya paling luas. Maka ‘Arsy tidak ada seorang pun yang mampu memperkirakannya, menentukan kadar/ketentuannya kecuali Allah[2]. ‘Arsy nya merupakan makhluk yang paling berat bobotnya, merupakan kubah/langitnya seluruh alam. Allah memerintahkan sebagian malaikatnya untuk memikulnya dan mengagungkan Nya.
Sebagaimana hal ini ditunjukkan oleh berbagai dalil dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.
“Diantara dalil dari Al Qur’an :
Firman Allah Ta’ala,
وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
“Dan Dia adalah Robb ‘Arsy yang agung/besar”. (QS. At Taubah [9] : 129)
Firman Nya,
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ
“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya”. (QS. Ghofir/Al Mukmin [40] : 7)
Firman Nya,
وَالْمَلَكُ عَلَى أَرْجَائِهَا وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ
“Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas mereka”. (QS. Al Haaqqoh [69] : 17)
Firman Nya,
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ
“Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia”. (QS. Al Mukminuun [23] : 116)
Juga Firman Nya,
ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيدُ
“Yang mempunyai ‘Arsy, lagi Maha Mulia”. (QS. Al Buruj [85] : 15)
(الْمَجِيدُ) jika dibaca dengan marfu’ (الْمَجِيدُ) menurut salah satu qiro’ah maka merupakan shifat bagi Allah Ta’ala (yaitu Allah Yang Maha Mulia -pen). Namun jika dibaca dengan marjur (الْمَجِيدِ) menurut qira’ah yang lain yaitu qiro’ah Hamzah dan Al Kisaa’i maka merupakan shifat bagi ‘Arsy yaitu (‘Arsya yang mulia -pen)”.
“Adapun dalil dari Sunnah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam diantaranya
Sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam,
مَا السَّمَوَاتُ السَّبْعُ فِيْ الكُرْسِيِّ إِلَّا كَحَلْقَةِ مُلْقَاةُ بِأَرْضِ فَلَاةٍ وَفَضْلُ العَرْشِ عَلَى الكُرْسِيِّ كَفَضْلِ الفَلَاةِ عَلَى الحَلْقَةِ
“Tidaklah langit yang tujuh dibandingkan dengan Kursiy Allah kecuali seperti perbandingan lingkaran/setitik remukan roti di tengah padang sahara. Sedangkan keutamaan ‘Arsy dibandingkan dengan Kursiy Allah seperti perbandingan remukan roti dibandingkan padang sahara”[3].
Sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam,
فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَسَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ وَفَوْقَهُ عَرْشُ اللَّهِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
“Jika kalian hendak meminta/berdo’a maka mintalah surga Firdaus. Sesungguhnya dia adalah tengahnya surga dan surga yang tertinggi. Di atasnya ‘Arsy Allah dan darinyalah terpancar sungai-sungai di surga”[4].
Juga sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam,
فَإِنَّ النَّاسَ يَصْعَقُونَ يَوْمَ القِيَامَةِ فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُفِيقُ فَإِذَا أَنَا مُوسَى آخِذٌ بِقَائِمَةٍ مِنْ قَوَائِمِ الْعَرْشِ فَلاَ أَدْرِى أَفَاقَ قَبْلِى أَمْ جُوْزِيَ بِصَعْقَةِ الطُّوْرِ ؟
“Ketika seluruh manusia nanti dimatikan pada hari qiyamat maka aku (Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam) adalah orang yang pertama kali dibangkitkan namun pada saat itu dihadapanku telah ada Musa ‘alaihissalam yang sedang berpegangan pada salah satu tiang penyangga ‘Arsy. Aku tidak tahu apakah dia termasuk orang yang dibangkitkan terlebih dahulu atau atau orang yang diberikan balasan sehingga selamat dari goncangan yang pertama ?”[5].
Juga sabda Beliau Shollallahu ‘alaihi wa Sallam,
أُذِنَ لِى أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلاَئِكَةِ اللَّهِ مِنْ حَمَلَةِ الْعَرْشِ إِنَّ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إِلَى عَاتِقِهِ مَسِيرَةُ سَبْعِمِائَةِ عَامٍ
“Aku diizinkan untuk menceritakan tentang sesosok malaikat dari malaikat-malaikat Allah yang bertugas memikul ‘Arsy. Sesungguhnya jarak antara ujung telinganya dan bahunya sejauh 700 tahun perjalan”[6].
Juga sabda Beliau Shollallahu ‘alaihi wa Sallam,
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
“Maha suci Allah dengan segala puji bagi Nya sebanyak hitungan para makhluk Nya, menurut keridhoan Nya (dari orang –orang yang diridhoi Allah dari kalangan pada Nabi, orang-orang yang siddiq dan sholeh[7]), seberat ‘Arsy Nya dan sebanyak kalimat-kalimat Nya”[8].
“Imam Al Auza’i Rohimahullah (Wafat 175 H[9]) mengatakan, “Kami dan para tabi’in seluruhnya berpendapat bahwa sesungguhnya Allah telah menyebutkan bahwa Dia berada di atas ‘Arsy Nya. Dan kami pun beriman tentang shifat-shifat Allah ‘Azza wa Jalla sesuai dengan apa yang tertuang dalam Sunnah”[10].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rohimahullah (wafat Tahun 728 H) mengatakan, “Al Auza’i -yang beliau adalah salah satu imam yang 4 di masa Tabi’ut Tabi’in yang mereka adalah Malik Imamnya penduduk Hijaz, Al Auza’i imamnya penduduk Syam, Al Laits imamnya penduduk Mesir, dan Ats Tsauri imamnya penduduk Iraq – menceritakan bahwa pendapat yang terkenal di zaman tabi’ut tabi’in mengimani bahwasanya Allah berada di atas ‘Arsy dan Dia juga memiliki shifat Maha Mendengar. Sesungguhnya Imam Al Auza’i menyebutkan hal ini setelah munculnya mazhab jahmiyah yang mengingkari bahwa Allah berada di atas ‘Arsy Nya dan meniadakan shifat-shifat Nya. Beliau menyampaikan ini agar masyarakat mengetahui bahwsanya mazhab salaf menyelisihi mereka (mazhab jahmiyah)”[11].
Syaikh ‘Abdul Aziz Ar Rojihi Hafizhahullah mengatakan[12],
“Sesungguhnya ‘Arsy itu telah ada sebelum penentuan/penulisan taqdir. Sesungguhnya penentuan/penulisan taqdir itu telah terjadi sebelum penciptaan langit-langit dan bumi. Inilah pendapat yang benar”.
Beliau Hafizhahullah berdalil dengan sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam,
كانَ اللَّهُ ولم يكن شيءٌ قَبْلَهُ ، وكان عَرْشُهُ على الماءِ ، ثُمَّ خَلَقَ السَّمَواتِ والأرضَ ، وَكَتبَ فِي الذِّكرِ كُلَّ شيء
“Dialah Allah yang tidak ada sesuatu apapun yang ada sebelum Dia. ‘Arsy Nya di atas air. Kemudian Dia menciptakan langit-langit dan bumi dan menentukan/menulis segala sesuatu di Adz Dzikr (Lauh Al Mahfudz)”[13].
Allahu A’lam.
16 Shofar 1439 H, 5 Nopember 2017 M
Aditya Budiman bin Usman bin Zubir
[1] Lihat Al Intishor Syarh ‘Aqidah Aimmah Al Amshor hal. 171-173 terbitan Darul Atsariyah, ‘Amman, Yordania.
[2] Sebagaimana telah shohih diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘anhuma lihat Kitab Mukhtashor Al ‘Uluw tulisan guru kami Syaikh Nashiruddin was Sunnah Al Albani Rohimahullah hal. 102.
[3] Hadits ini shohih dengan sebab berbagai jalur periwayatannya. Silahkan lihat takhrijnya di Silisilah Ash Shohihah no. 109.
[4] HR. Bukhori no. 2790,
[5] HR. Bukhori no. 2412 dan Muslim no. 2374.
[6] HR. Abu Dawud no. 4727 dan lain-lain. Hadits ini merupakan hadits yang shohih.
[7] Lihat Syarh Shohih Adabul Mufrod hal. 302/II terbitan Al Maktabah Islamiyah.
[8] HR. Muslim no. 2726.
[9] Pada beberapa sumber beliau wafat pada 157 H. Allahu a’lam.
[10] Atsar ini dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Al Asma’ wa Ash Shifaat no. 865. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan dalam Majmu’ Fatawa hal. 39/V dan Adz Dzahabi dalam Al ‘Uluw (Lihat Mukhtashor Al ‘Uluw hal. 137).
[11] Lihat Majmu’ Fatawa hal. 39/V.
[12] Lihat Al Hidayatur Robbaniyah fi Syarh Aqidah Thohawiyah oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Ar Rojihi hal. 393/I terbitan Darut Tauhid, KSA.
[13] HR. Bukhori no. 3191 dan 3192.
Leave a Reply