Allah Berada Di Atas Langit

25 Mar

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Allah Berada Di Atas Langit

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maawalaah.

Diantara misi pengutusan para Nabi ‘alaihimussalam adalah mengajarkan ummatnya tentang bagaimana mengenal Allah ‘Azza wa Jalla. Nama dan Shifat Allah bertebaran di Al Qur’an Al Karim yang kita baca.

Salah satu hal mendasar yang sudah selayaknya diketahui seorang muslim adalah keberadaan Allah Subhana wa Ta’ala. Inilah sebuah permasalahan mendasar yang sudah mulai tergerus dengan badai ombak fitnah kebodohan dan ketidakpedulian dengan ilmu agama Allah ‘Azza wa Jalla. Cobalah anda tanyakan kepada diri anda sendiri, istri, anak, tetangga atau siapaun itu yang notabene muslim, ‘Dimana Allah Dzat Yang Engkau Sembah ?’ Beragam jawaban yang akan anda dapatkan.

Padahal jawabannya sudah sangat jelas. Allah Subhana wa Ta’ala sendirilah yang mengabarkan kepada kita tentang dirinya. Maka buang ke tong sampah teori, pendekatan yang menyalahi firman Allah ‘Azza wa Jalla ini.

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

 “Allah Dzat Yang Maha Pemurah berada bersemayam di atas ‘Arsy”. (QS. Thoohaa [20] : 5)

Di ayat lain Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman,

هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya [1454]. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hadiid [57] : 4)

Setidaknya Allah Subhana wa Ta’ala menjelaskan bahwa di berada di atas ‘Arsy dalam 7 tempat di Al Qur’an.

Lantas mungkin ada yang mengatakan bahwa maknanya bukan Allah berada di atas langit? Maka coba perhatikan hadits berikut ini. Dari Mu’awiyah bin Al Hakam As Sulami Rodhiyallahu ‘anhu, Dia berkata,

وَكَانَتْ لِى جَارِيَةٌ تَرْعَى غَنَمًا لِى قِبَلَ أُحُدٍ وَالْجَوَّانِيَّةِ فَاطَّلَعْتُ ذَاتَ يَوْمٍ فَإِذَا الذِّيبُ قَدْ ذَهَبَ بِشَاةٍ مِنْ غَنَمِهَا وَأَنَا رَجُلٌ مِنْ بَنِى آدَمَ آسَفُ كَمَا يَأْسَفُونَ لَكِنِّى صَكَكْتُهَا صَكَّةً فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَىَّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ أُعْتِقُهَا قَالَ « ائْتِنِى بِهَا ». فَأَتَيْتُهُ بِهَا فَقَالَ لَهَا « أَيْنَ اللَّهُ ». قَالَتْ فِى السَّمَاءِ.

قَالَ « مَنْ أَنَا ». قَالَتْ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ. قَالَ « أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ ».

“Aku mempunyai seorang budak wanita yang menggembala kambing di sekitar Gunung Uhud dan Al Jawwaniyyah. Suatu hari aku memeriksanya, ketika itu ada seekor srigala yang telah membawa seekor anak kambing dari gembalaannya. Sedangkan aku hanyalah seorang laki-laki dari keturunan Nabi Adam (manusia biasa -pen) yang bisa marah sebagaimana orang lain pun bisa marah. Namun ketika itu aku menamparnya sekali saja. Aku mendatangi Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau menilai tamparan tersebut sebagai sebuah masalah besar/serius bagiku. Aku kemudian berkata, “Wahai Rosulullah apakah aku merdekakan saja budak wanita tersebut ?” Beliau menjawab, “Datangkan dia kepadaku”. Lalu aku pun mendatangkannya. Lalu beliau Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bertanya kepadanya “Dimana Allah ?” Budak wanita itu menjawab, “Di atas langit”. Beliau Shollallahu ‘alaihi wa Sallam pun bertanya lagi, “Aku ini siapa ?” Dia menjawab, “Engkau adalah utusan Allah”. Kemudian Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan, “Merdekakanlah dia karena sesungguhnya dia adalah seorang wanita yang beriman[1].

Jelas dan gamblang sekali jawaban sang budak wanita dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam menyetujui jawaban tersebut. Sehingga jelaslah bagi kita bahwasanya Allah Subhana wa Ta’ala berada di atas langit.

Tidak sedikit ulama yang mengklaim adanya ijma’ ahlus sunnah wal jama’ah bahwasanya Allah Subhana wa Ta’ala berada di atas langit. Diantara ulama yang mengklaim adanya ijma’ tersebut adalah Al Imam Harb bin Isma’il Al Kirmaniy Rohimahullah (wafat tahun 280 H). Beliau Rohimahullah mengatakan,

“Allah Tabaroka wa Ta’ala berada di atas Arsy”[2].

 

Para ulama kita dari ulama kalangan Syafi’iyah Rohimahullah pun mengatakan yang demikian. Diantaranya murid langsung Imam Syafi’i yaitu Isma’il bin Yahya Al Muzani Rohimahullah (wafat tahun 264 H). Beliau Rohimahullah mengatakan,

“Segala puji hanya milik Allah, Dzat yang paling berhak untuk diingat dan paling utama untuk disyukuri (nikmatnya), bagi Nya lah pujian. Dzat Yang Maha Bergantung Kepada Nya segala sesuatu. Dia tidak butuh pendamping dan anak. Maha Suci dari sekutu. Tidak ada yang semisal dengan Nya. Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui Segala Hal secara rinci. Dzat yang ketentuannya tidak ada yang mampu menolaknya. Dzat Yang Maha Tinggi. Maha Tinggi di atas Arsy Nya dan ilmu/pengetahuan Nya dekat dengan ciptaan Nya”[3].

Lihat pula ucapan Imam Abul Hasan ‘Ali bin Ismai’l Al Asy’ari Rohimahullah ma’ruf di nusantara dengan sebutan Abul Hasan Al Asy’ari (wafat tahun 324 H). Beliau Rohimahullah mengatakan[4],

“Sesungguhnya Allah bersemayam di atas ‘Arsy Nya sebagaimana firman Nya,

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

 “Allah Dzat Yang Maha Pemurah berada bersemayam di atas ‘Arsy”.

(QS. Thoohaa [20] : 5)

Lihat pula ucapan Abu ‘Utsman Isma’il bin Abdur Rohman Ash Shobuniy Rohimahullah (wafat tahun 449 H). Beliau Rohimahullah mengatakan[5],

“Para ulama ahli hadits bersaksi bahwasanya Allah Subhana wa Ta’ala berada di atas langit yang tujuh, bersemayam di atas ‘arsy Nya sebagaimana termaktub dalam Kitab Nya pada firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam Surat Al A’rof,

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

“Sesungguhnya Robbmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy”.

(QS. Al A’rof [7] : 54)

Abu ‘Utsman Ash Shobuniy Rohimahullah membawakan riwayat seputar aqidah ini. Diantaranya,

“Abul Hasan ‘Abdur Rohman bin Ibrohim bin Muhammad bin Yahya Al Muzka telah mengabarkan kepada kami, Muhammad bin Dawud bin Sulaiman Az Zahid telah menceritakan kepada kami, ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ubaid bin Abul Hasan Al Hafizh telah mengabarkan kepadaku. Abu Yahya bin Kaysabah Al Waroq telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Al Asyros Al Waroq Abu Kinanah telah menceritakan kepada kami, Al Mughiroh Al Hanafi telah menceritakan kepada kami, Qurroh bin Kholid telah menceritakan kepada kami dari Al Hasan dan Ayahnya dari Ummu Salamah (istri Nabi -pen) Rodhiyallahu ‘anha tentang firman Allah Ta’ala,

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

 “Allah Dzat Yang Maha Pemurah berada bersemayam di atas ‘Arsy”.

(QS. Thoohaa [20] : 5)

Beliau Rodhiyallahu ‘anha mengatakan, “Istiwa’/ bersemayam diketahui maknanya, hakikat bagaimananya tidak dapat dilogikakan, mengikrarkannya merupakan iman dan mengingkarinya merupakan kekufuran[6].

Lihat pula apa yang disebutkan Abu Zur’ah Ar Rooziy (wafat Tahun 264 H) dan Abu Hatim Ar Rooziy Rohimahumallah (wafat Tahun 277 H). Keduanya mengatakan[7] dalam kitab yang diklaim keduanya merupakan keyakinan para imam dari berbagai penjuru dunia,

“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berada di atas ‘Arsy Nya terpisah dari makhluknya. Ini sebagaimana Dia menyifati sendiri dengannya dalam Kitab Nya dan lisan Rosul Nya Shollallahu ‘alaihi wa Sallam tanpa adanya keterangan bagaimananya”.

Masih banyak nukilan lainnya dari para ulama ahlu sunnah wal jama’ah walaupun mazhab fiqh mereka berbeda-beda namun pokok aqidah mereka sama.

Inilah aqidah ahlu sunnah wal jama’ah yang tidak terbantahkan dan harus kembali kita tanamkan kepada generasi kita dan generasi setelah kita. Allahu a’lam.

Jadi kita ditanya ‘Allah ada dimana ?’ Jawablah dengan tegas, “Allah berada di atas langit bersemayam di atas ‘Arsy Nya”.

Mudah-mudahan kita diwafatkan di atas keyakinan yang haq ini.

 

Edisi belum bisa tidur, dini hari,

Jum’at 18 Jumadil Akhiroh 1438 H, 17 Maret 2017 M

Aditya Budiman bin Usman bin Zubir

[1] HR. Muslim no. 537.

[2] Lihat Ijma’ As Salaf fi Al I’tiqod hal. 55 terbitan Dar Imam Ahmad, Kairo, Mesir

[3]Lihat At Ta’liqoh ‘ala Syarhus Sunnah li Al Muzani oleh Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah hal. 50.

[4] Lihat Al Ibanah ‘An Ushul Ad Diyanah hal. 10 cet. Dar Ibnu Zaidun, Beirut Lebanon dan hal. 204 cetakan Darul Fadhilah, Riyadh, KSA.

[5] Lihat ‘Aqidatus Salaf wa Ashabul Hadits hal. 175 terbitan Dar ‘Ashimah, Riyadh, KSA.

[6] Idem hal. 177-179.

[7] Lihat Al Intishor Syarh Aqidah Aimmati Al Amshor hal. 169 oleh Syaikh DR. Musa Alu Nasr Hafizhahullah, terbitan Darul Atsariyah, Amman, Yordania.

Tulisan Terkait

One Comment ( ikut berdiskusi? )

Leave a Reply