1 Mar
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Ucapkan Salam Ketika Masuk Rumah
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maawalaah.
Sejauh mana pun kita berjalan tentu akhirnya kita ingin kembali menginjakkan kedua kaki di rumah kita, walaupun rumah kita hanya berupa gubuk nan reot. Di saat yang bersamaan pula, setiap muslim dan muslimah tentu tidak ingin syaithon menyertainya ketika itu. Namun tak sedikit dari kita yang belum mengetahui sebab-sebab agar syaithon tidak menyertai anda ketika anda dan keluarga anda sedang bercengkarama dengan penuh kehangatan di rumah.
Untuk itu mari simak beberapa potong kalimat berikut ini.
Nabi Yang Mulia, Muhammad bin Abdullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لاَ مَبِيتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ. وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ. وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ
“Jika seorang masuk rumahnya dan menyebut nama Allah ketika memasukinya dan ketika makan maka syaithon akan berkata, “Kalian (para syaithon) tidak akan dapat menginap dan makan”. Namun jika seseorang masuk rumahnya dan tidak menyebut nama Allah ketika memasukinya maka syaithon pun berucap, “Kalian (para syaithon) dapat menginap (di rumah tersebut)”. Apabila seseorang tidak menyebut nama Allah ketika hendak makan maka syaithon pun berkata, “Kalian (para syaithon) dapat menginap dan makan (di rumah tersebut)”[1].
Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah mengatakan,
“Hadits ini menunjukkan bahwa dzikir seorang muslim kepada Robb nya ketika dia memasuki rumahnya, makan dan minumnya merupakan sebab penjagaan dan perlindungan Allah dari syaithon. Sebab syaithon senantiasa mengikuti seorang muslim dalam seluruh keadaannya, ketika masuk rumah, makan, minum dan selainnya. Namun jika seorang muslim mengingat/berdzikir kepada Robb nya maka syaithon pun akan meninggalkannya, putus asa darinya serta tidak akan menyertainya dan dia berada dalam penjagaan Allah dari makar dan tipu muslihat syaithon. Akan tetapi bila dia lalai dari dzikir maka syaihton akan senantiasa menyertainya, bersamanya pada saat makan, minum dan bermalamnya (tinggal atau tidur di rumah). Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
“Barangsiapa yang berpaling dari dzikir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, kami adakan baginya syaithon (yang menyesatkan) maka syaithon itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya”(QS. Az Zukhruf [43] : 36)
Yaitu menyertai, senantiasa bersamanya dan akan benar menggiringnya kepada kemaksiatan”[2].
Beliau mengatakan,
“Dzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla merupakan pengusir syaithon dan penjaga bagi seorang insan. Orang yang berdzikir/mengingat Allah adalah orang yang dijaga dari syaithon dan dalam perlindungan Allah ‘Azza wa Jalla. Bahkan syaithon berputus asa dan mendapati bahwasanya tidak ada celah baginya atas orang tersebut”[3].
Salah satu bentuk dzikir ketika masuk rumah
Salah satu bentuk dzikir kepada Allah ketika masuk rumah adalah dengan mengucapkan salam. Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah mengatakan,
“Seorang muslim ketika masuk rumah dianjurkan untuk mengucapkan salam. Baik rumah tersebut adalah rumahnya ataupun rumah orang lain. Demikian pula baik di rumah tersebut ada orang atau pun tidak. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhana wa Ta’ala,
فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً
“Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik”(QS. An Nuur [24] : 61)
Syaikh Ibnu Sa’diy Rohimahullah mengatakan dalam tafsir ayat ini,
“Firman Allah (فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا) ‘apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah’ merupakan bentuk nakiroh dalam konteks syarat, sehingga mencakup rumah sendiri maupun rumah orang lain, sama saja baik rumah tersebut ada penghuninya atau tidak. Sehingga ketika seseorang masuk ke salah satu dari rumah tersebut (فَسَلِّمُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ) ‘hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri’ maksudnya maka hendaklah kalian saling memberikan salam. Karena kaum muslimin layaknya sebuah jasad yang utuh dalam hal kecintaan, kasih sayang dan saling berlemah lembut diantara mereka. Salam disyari’atkan ketika memasuki semua rumah tanpa ada perbedaan. Kemudian Allah memuji salam ini dengan berfirman (تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً) ‘salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik’ yaitu salam dengan ucapan assalamu’alaikum warohmatullah wa barokatuh atau assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish sholihin apabila kalian masuk rumah-rumah (تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ) ‘salam yang ditetapkan dari sisi Allah’ yaitu salam yang telah Dia syari’atkan untuk kalian dan Dia telah menjadikannya sebagai ucapan selamat/tahiyah bagi kalian. (مُبَارَكَةً طَيِّبَةً) ‘yang diberi berkah lagi baik’ karena mencakup keselamatan dari kekurangan, tercapainya rahmah/kasih sayang, keberkahan yang terus berkembang dan bertambah. (طَيِّبَةً) ‘lagi baik’ karena salam merupakan ucapan yang baik dan terpuji di sisi Allah. Salam ini padanya ada kebaikan sendiri dan kecintaan bagi orang yang diberikan salam.
Demikian akhir ucapan beliau”[4].
Terdapat dalil dari atsarnya ‘Abdullah bin ‘Umar Rodhiyallahu ‘anhuma,
إِذَا دَخَلَ الْبَيْتَ غَيْرَ الْمَسْكُونِ فَلْيَقُلْ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ
“Jika seseorang masuk ke rumah yang tidak ada penghuninya maka hendaklah dia mengucapkan ‘assalamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish sholihin’”[5].
Redaksi semisal ini juga diriwayatkan dari Qotadah, Mujahid, Al Qomah dan ‘Atho Rohimahumullah.
Syaikh Husain Al ‘Uwaisyah Hafizhahullah mengatakan,
“(وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ) pendapat yang paling masyhur tentang makna sholih adalah orang yang melaksanakan hal-hal yang diwajibkan kepadanya berupa hak-hak Allah dan hak-hak para hamba Nya”[6].
Apa istimewanya mengucapkan salam ketika masuk rumah ?
Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah mengatakan[7],
“Ucapan (السَّلَامُ عَلَيْكُمْ) ketika masuk rumah padanya terdapat keberkahan bagi orang yang mengucapkannya dan keluarganya. Hal ini sebagaimana ditunjukkan ayat yang telah disebutkan dan hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari shahabat Anas Rodhiyallahu ‘anhu, “Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam pernah berucap kepadaku,
يَا بُنَيَّ ، إِذَا دَخَلْتَ عَلَى أهْلِكَ ، فَسَلِّمْ ، يَكُنْ بَرَكَةً عَلَيْكَ ، وعلى أهْلِ بَيْتِكَ
“Wahai ananda, jika engkau masuk ke kerumah keluargamu maka ucapkanlah salam. Sehingga keberkahan akan meliputimu dan keluargamu di rumah”[8].
Manfaat lainnya,
Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah mengatakan[9],
“Barangsiapa yang mengucapkan salam ketika masuk ke rumahnya maka dia berada dalam jaminan Allah Ta’ala yaitu menjadi orang yang dibawah jaminan Allah. Terdapat dalam Sunan Abu Dawud dari shahabat Abu Umamah Al Bahili Rodhiyallahu ‘anhu dari Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda,
ثَلاَثَةٌ كُلُّهُمْ ضَامِنٌ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ رَجُلٌ خَرَجَ غَازِيًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللَّهِ حَتَّى يَتَوَفَّاهُ فَيُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ أَوْ يَرُدَّهُ بِمَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ وَغَنِيمَةٍ وَرَجُلٌ رَاحَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللَّهِ حَتَّى يَتَوَفَّاهُ فَيُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ أَوْ يَرُدَّهُ بِمَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ وَغَنِيمَةٍ وَرَجُلٌ دَخَلَ بَيْتَهُ بِسَلاَمٍ فَهُوَ ضَامِنٌ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Ada tiga kelompok orang yang berada dalam jaminan Allah ‘Azza wa Jalla [1] orang yabg berangkat perang untuk berjihad di jalan Allah maka dia berada dalam jaminan Allah hingga Dia mewafatkannya dan memasukkannya ke surga atau dia pulang membawa pahala dan ghonimah, [2] orang yang pergi menuju mesjid maka dia berada dalam jaminan Allah hingga Dia mewafatkannya dan memasukkannya ke surga atau dia kembali dengan membawa pahala dan ghonimah, [3] orang yang masuk ke rumahnya dengan mengucapkan salam maka dia pun berada dalam jaminan Allah ‘Azza wa Jalla”[10].
Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq Hafizhahullah juga mengatakan[11],
“Sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam (ضَامِنٌ عَلَى اللَّهِ) ‘berada dalam jaminan Allah’ maksudnya adalah orang yang mendapatkan jaminan. Jaminan di sini maknanya adalah penjagaan dan pengurusan terhadap sesuatu. Artinya orang tersebut berada dalam penjagaan Allah, diurus Nya dan diberikan taufiq dari Nya. Sungguh ini merupakan pemberian dan keutamaan yang agung. Kita memohon keutamaan dari Allah Yang Maha Mulia”.
Sungguh mengucapkan salam ketika masuk rumah sangat simple namun keutamaannya luar biasa. Mari amalkan dan ajarkan. Jangan sampai lupa.
Setelah ‘ashar,
28 Jumadil Awwal 1438 H | 25 Pebruari 2017 M
Aditya Budiman bin Usman bin Zubir
[1] HR. Muslim no. 2018 dari shahabat Jabir bin Abdullah Rodhiyallahu ‘anhu.
[2] Lihat Fiqh Al Ad’iyah wal Adzkar hal. 107-108/III terbitan Kunuz Isybiliya, Riyadh, KSA.
[3] Idem hal. 108/III.
[4] Idem hal. 108-109/III.
[5] HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod no. 1055 dan dinyatakan hasan sanadnya oleh Al Albani Rohimahullah dan ini pulalah yang dinilai oleh Ibnu Hajar Rohimahullah.
[6] Lihat Syarh Shohih Adabul Mufrod hal. 186/III.
[7] Lihat Fiqh Al Ad’iyah wal Adzkar hal. 110/III.
[8] HR. Tirmidzi no. 2698, hadits ini dinyatakan hasan oleh Al Albani Rohimahullah.
[9] Lihat Fiqh Al Ad’iyah wal Adzkar hal. 110/III.
[10] HR. Abu Dawud no. 2494, hadits ini dinyatakan shohih oleh Al Albani Rohimahullah.
[11] Lihat Fiqh Al Ad’iyah wal Adzkar hal. 110/III.
Leave a Reply