16 Mar
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Stop Tebar Hoax
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.
Kemajuan media komunikasi merupakan suatu hal yang patut disyukuri dan dimanfaatkan seluas-luasnya untuk kepentingan Agama dan ummat Islam. Berbagai sarana dan fasilitas tersedia gratis di dunia internet yang sekarang berada dalam genggaman hampir semua kalangan, tua – muda, kaya – miskin, intelektual dan non-intelektual.
Demikian pula sarana untuk berkumpul dalam dunia maya sangat memudahkan untuk berkomunikasi dan menyampaikan hal yang ingin disampaikan. Mulai dari zaman dulu ada BBM, Forum FB, sekarang ada WAG, telegram dan lain-lain.
Namun sayang, tak jarang ditemukan dalam grup-grup tersebut tersebar informasi yang tidak jelas kebenarannya bahkan dapat dipastikan kebohongannya. Mulai dari informasi yang berisi ramuan obat yang antah-berantah, anjuran ibadah ini dan itu, sampai sekarang ini dunia sedang pandemi Covid-19 pun banyak yang nebar hoax, bahkan diakhir broadcast -atau apalah namanya- nyuruh orang untuk ikutan nyebar. Yang sakitnya lagi, orang yang sudah menyebar itu tidak merasa salah telah menyebar hoax.
Tak jarang juga akibat informasi hoaxnya itu berakibat fatal pada pihak yang kurang selektif dalam menerima informasi. Contoh saja, ramuan obat yang disebar bukan malah menyembuhkan malah menyebabkan sakitnya tambah parah bahkan mungkin berujung maut. Contoh lain, anjuran untuk beribadah ini dan itu yang landasan hukumnya tidak jelas berujung pada orang yang mengamalkannya terjatuh pada perbuatan bid’ah yang merusak agama itu sendiri. Contoh lainnya lagi ya yang lagi ngetrend sekarang ini Covid-19, berapa banyak info gak jelas beredar, yang bilang virus ini buatan illuminati dan lain sebagainya yang dia sendiri tidak dapat memastikan atau membawakan datanya. Lainnya, virus Covid-19 ini bisa mati dengan hanya sekedar berwudhu. Apa iya sudah dia lakukan riset ? Iya kalau benar, kalau salah yang buruk Agama Islam sendiri.
Yang ingin kami ingatkan buat kita semua, cobalah renungkan kembali Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
“Dan janganlah kamu mengikuti (ada penjelasan lainnya di bawah) apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (QS. Al Isro [17] : 36).
Ibnu Katsir (wafat Tahun 774 H) Rohimahullah menukil dalam kitab Tafsirnya tentang makna (وَلا تَقْفُ),
“Ali bin Abi Tholhah mengatakan dari Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘anhu, beliau menafsirkan (وَلا تَقْفُ), “Janganlah engkau mengatakan”.
Al Aufa mengatakan dari Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘anhu (juga), beliau menafsirkan (وَلا تَقْفُ), “Janganlah engkau menuduh seseorang tentang sesuatu yang engkau tidak punya ilmunya”.
Muhamma bin Al Hanifah mengatakan tentang tafsir (وَلا تَقْفُ), “Maksudnya persaksian palsu”.
Qotadah mengatakan tentang tafsir (وَلا تَقْفُ), “Janganlah engkau mengatakan, ‘Aku melihat ini padahal engkau tidak melihatnya, aku mendengar ini padahal engkau tidak mendengarnya, aku tahu masalah ini padahal engkau tidak mengetahuinya. Engkau kelak pasti akan ditanyai tentang itu semua”[1].
Ibnu Katsir Rohimahullah melanjutkan,
“Ringkasnya maksud beliau-beliau tersebut bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala melarang berucap tanpa ilmu bahkan sekedar zhon yaitu hal yang masih dugaan dan samar saja dilarang. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan zhon, karena sebagian zhon itu dosa”. (QS. Al Hujurot [49] : 12).
Disebutkan juga dalam hadits,
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ
“Hati-hatilah kalian dengan zhon, karena sesungguhnya zhon itu adalah perkataan dusta”[2].
Dalam Sunan Abu Dawud disebutkan,
بِئْسَ مَطِيَّةُ الرَّجُلِ زَعَمُوا
“Seburuk-buruk tunggangan seseorang (ucapan seseorang untuk menyampaikan berita –pen) adalah menurut sangkaan”[3].
Harusnya cukup sampai di sini cukup menjadi pedoman bagi kita untuk tidak sembarangan menebar informasi hoax terkait apa saja, terlebih lagi masalah agama dan kemashlahatan orang banyak.
Sekalipun anda hanya copas dari grup lain atau dari orang lain, hendaklah anda crosscheck dahulu kebenarannya sebab Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang itu teranggap berdusta, ketika dia menceritakan semua hal yang dia dengar”[4].
Al Munawi (wafat Tahun 1031 H) Rohimahullah mengatakan[5],
أي إذا لم يتثبت لأنه يسمع عادة الصدق والكذب فإذا حدث بكل ما سمع لا محالة يكذب والكذب الإخبار عن الشيء على غير ما هو عليه وإن لم يتعمد لكن التعمد شرط الإثم
“Maksudnya jika anda belum dapat memastikan kebenarannya. Sebab seseorang boleh jadi mendengar informasi yang memuat sejumlah kebenaran dan sejumlah kedustaan/hoax. Bila dia menceritakan semua hal yang dia dengar bukan tidak mungkin dia menceritakan kebohongan/hoax juga. Informasi dusta/bohong/hoax adalah informasi tentang sesuatu yang bukan sebagaimana sebenarnya walaupun dia tidak sengaja (tetap tidak boleh –pen) walaupun syarat itu menjadi dosa ketika dia menyebarkannya dengan sengaja (setelah tahu itu dusta/hoax –pen)”[6].
An Nawawi (wafat Tahun 676 H) Rohimahullah mengatakan,
وَقَدْ تَقَدَّمَ أَنَّ مَذْهَبَ أَهْلِ الْحَقِّ أَنَّ الْكَذِبَ الْإِخْبَارُ عن الشيء بخلاف ماهو وَلَا يُشْتَرَطُ فِيهِ التَّعَمُّدُ لَكِنَّ التَّعَمُّدُ شَرْطٌ فِي كَوْنِهِ إِثْمًا وَاللَّهُ أَعْلَمُ
“Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa pendapat ulama yang benar bahwa dusta dalam informasi/kabar/berita adalah mengabarkan sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran yang semestinya, dan tidak disyaratkan adanya kesengajaan. Namun bila dilakukan dengan sengaja maka menjadi dosa, Allahu a’lam”[7].
Artinya mau sengaja atau pun tidak jika kita memberikan informasi yang tidak valid maka itu termasuk dusta dan menjadi dosa bila dilakukan dengan sengaja. Alias menshare informasi palsu, tidak bisa dipastikan kebenarannya, hoax itu terlarang dalam Agama Islam apalagi jika dilakukan dengan sengaja setelah tahu itu hoax tetap nekat mensharenya !!!
Kawan, kalaupun info yang akan anda sampaikan akurat, ada baiknya coba timbang kembali apakah dengan anda share itu akan memberikan manfaat yang lebih banyak dari mudhorotnya.
مَنْ كانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيصْمُتْ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata yang baik atau hendaklah dia diam”[8].
Dalam hadits lain Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَمَتَ نَجَا
“Siapa yang memilih diam maka dia selamat”[9].
Yuk jaga mulut, jari jemari agar jangan asal share, asal copas. Ingat semua share dan copas anda kelak akan ditanyai pertanggungjawabannya.
Kalau sudah terlanjur share segera hapus, jelaskan itu salah dan minta maaf.
Allahu a’lam.
Menjelang tidur.
22 Rojab 1441 H, 16 Maret 2020 M
Aditya Budiman bin Usman Bin Zubir
[1] Lihat Tafsir Al Qu’an Al ‘Azhim hal. 75/V terbitan Dar Thoyyibah, Riyadh, KSA.
[2] HR. Bukhori no. 6066 dan Muslim no. 2563.
[3] HR. Abu Dawud no. 4972, hadits ini dinyatakan shohih oleh Al Albani.
[4] HR. Muslim no. 6 Bab An Nahyi ‘Anil Hadits bi Kulli Maa Sami’a (Bab Larangan menceritakan semua yang didengar).
[5] Mengutip pendapatnya An Nawawi.
[6] Lihat Faidhul Qodir via Maktabah Syamilah hal. 2/V.
[7] Lihat Al Minhaj Syarh Shohih Muslim hal. 34/I terbitan Darul Ma’rifah, Beirut.
[8] HR. Bukhori no. 6475, Muslim no. 67.
[9] HR. Ahmad no. 6654, Tirmidzi no. 2501. Hadits ini dinyatakan hasan oleh Syu’aib Al Arnauth dan dinyatakan shohih oleh Al Albani.
Leave a Reply