Pelajaran Buat Diri dari Masker

19 Apr

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Pelajaran Buat Diri dari Masker

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maawalaah.

Setiap peristiwa yang terjadi tentu tidak terlepas dari ilmu Allah ‘Azza wa Jalla. Dan setiap  ketentuan Allah pasti ada hikmahnya. Bahkan inilah satu hikmah dari beriman terhadap Qodho dan Qodar Allah. Syaikh DR. Muhammad bin Ibrohim Al Hamd Hafizhahullah mengatakan,

“Beriman terhadap takdir Allah dengan iman yang benar akan mampu membuka cakrawala seseorang atas ketentuan/hikmah Allah ‘Azza wa Jalla terhadap apa yang telah ditakdirkan-Nya baik takdir yang baik maupun yang terasa buruk. Dia akan mengetahui dibalik perenunggannya ada Dzat Yang lebih Agung, Lebih Mengetahui dan Lebih Sempurna Hikmahnya.

Oleh karena itu dalam banyak hal yang kita tidak sukai sebenarnya itulah yang baik bagi kita. Sebaliknya banyak hal yang kita anggap bahwa itu adalah mashlahat yang kasat mata, kita pun menyukainya, menginginkanya namun ketentuan Allah tidak mengingankan itu untuk mendapatkannya. Dzat yang Maha Sempurna Pengaturannya adalah Dzat yang lebih mengetahui mashalahat, akhir suatu perkara. Bagaimana tidak demikian, Dia telah berfirman,

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

 “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. Al Baqoroh [2] : 216)

Demikian pun kondisi kita sekarang yang tengah diberikan cobaan wabah pandemik Covid-19. Tentu ini semua tidak lepas dari takdir Allah ‘Azza wa Jalla Yang Maha Sempurna Pengaturan Nya. Tidaklah ini semua pasti ada hikmah dibaliknya. Tinggal kita mau merenungkan, kembali menjadi person yang lebih baik dari sebelumnya. Allah Ta’ala befirman,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

 “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”. (QS. Ar Rum [30] : 41)

Kami selaku orang yang masih jauh dari kata berilmu, mengajak para pembaca sekalian, yuk kita renungkan berbagai hikmah positif dari pandemik ini untuk perbaikan diri kita ke depannya.

Salah satu protokoler keluar rumah yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang adalah menggunakan masker. Dengan kita menggunakan masker ini kita mampu mencegah penyebaran virus yang berasal dari mulut kita. Bukankah ini sebanarnya adalah akhlak yang sangat mulia. Bahkan ini adalah salah satu tanda Islam seseorang. Disebutkan dalam Kitab Shohihain,

عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الإِسْلاَمِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ، وَيَدِهِ»

Dari Abu Musa Rodhiyallahu ‘anhu, Dia mengatakan, “Para shahabat bertanya, “Wahai Rosulullah apakah perkara di dalam Islam yang utama ?” Beliau menjawab, “Orang yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan, dan tangan-Nya”[1].

Bahkan salah satu adab khusus yang diajarkan dalam Islam adalah adab bersin. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Fathi As Sayyid Nadaa Hafizhahullah mengatakan terkait adab bersin.

“Adab Pertama : Hendaknya orang yang bersin menempelkan tangan ataupun bajunya ketika bersin.

Ini merupakan salah satu pentunjuk yang telah dituntunkan Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersin. Sebab Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu menceritakan bagaimana adab beliau Shollallahu ‘alaihi wa sallam ketika bersin.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا عَطَسَ وَضَعَ يَدَهُ أَوْ ثَوْبَهُ عَلَى فِيهِ، وَخَفَضَ أَوْ غَضَّ بِهَا صَوْتَهُ»

“Merupakan kebiasaan Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam bila beliau bersin maka beliau menempelkan tanganya atau pakaiannya untuk menutup mulutnya, dan merendahkan suaranya”[2].

Diantara hikmahnya adalah kadang kala orang yang bersin boleh jadi ketika bersin mengeluarkan air (droplet -pen) dari mulutnya. Sehingga dapat menganggu orang yang berada di dekatnya. Bahkan boleh jadi itu menyebabkan tersebarnya penyakit (virus -pen) dengan izin Allah. Oleh sebab itu tidak sepantasnya bagi seorang muslim mengganggu saudara muslim lainnya, atau menyebabkan mereka menjauhinya. Sungguh sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam”[3].

Lalu ketika kita menggunakan masker, secara tidak langsung kita akan lebih dipaksa untuk tidak banyak bicara. Bagaimana tidak, sebab ketika kita menggunakan masker kita sudah relatif lebih susah bicara. Sehingga kita akan malas bicara kecuali hanya yang baik-baik saja atau seperlunya saja. Tidakkah ini hikmah yang sangat mulia, boleh jadi ketika kita tidak harus menggunakan masker, lisan kita ini demikian tajam kepada saudara sesama muslim, atau sering mengucapkan hal-hal yang berbau dosa, mengundang kemurkaan Allah atau minimal ucapan yang tidak ada manfaatnya. Bukankah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيصْمُتْ

 “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata yang baik atau hendaklah dia diam”[4].

Dalam hadits lain Nabi Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَمَتَ نَجَا

“Siapa yang memilih diam maka dia selamat”[5].

Ini Cuma renungan singkat menjelang tidur, silakan mengambil banyak faidah dari berbagai peristiwa yang kita alami belakangan ini.

Allahu Ta’ala A’lam

 

Dirumah aja, Malam Senin 26 Sya’ban 1441 H– 19 April 2020 M

Aditya Budyiman bin Usman bin Zubir

[1] HR. Bukhori no. 11, Muslim no. 64.

[2] HR. Abu Dawud no. 5029, Tirmidzi no. 2745. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits yang shohih dan disetujui oleh Adz Dzahabi rohimahumullah.

[3] Lihat Al Mausu’ah Al Adab Al Islamiyah hal. 617 terbitan Dar Thoyyibah, Riyadh, KSA.

[4] HR. Bukhori no. 6475, Muslim no. 67.

[5] HR. Ahmad no.  6654, Tirmidzi no. 2501. Hadits ini dinyatakan hasan oleh Syu’aib Al Arnauth dan dinyatakan shohih oleh Al Albani.

Tulisan Terkait

Leave a Reply