Orang Yang Mandul dan Orang Yang Perkasa

23 Nov

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Orang Yang Mandul dan Orang Yang Perkasa

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.

Judul ini bukan bercerita seputar obat kuat. Bukan pula bercerita tentang orang yang berbadan kekar, jagoan yang tak terkalahkan. Namun judul ini dikutip dari hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam melalui ‘Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallahu ‘anhu,

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : مَا تَعُدُّونَ الرَّقُوبَ فِيكُمْ ؟ قَالَ قُلْنَا الَّذِى لاَ يُولَدُ لَهُ. قَالَ : لَيْسَ ذَاكَ بِالرَّقُوبِ وَلَكِنَّهُ الرَّجُلُ الَّذِى لَمْ يُقَدِّمْ مِنْ وَلَدِهِ شَيْئًا. قَالَ : فَمَا تَعُدُّونَ الصُّرَعَةَ فِيكُمْ. قَالَ قُلْنَا الَّذِى لاَ يَصْرَعُهُ الرِّجَالُ؟ قَالَ : لَيْسَ بِذَلِكَ وَلَكِنَّهُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.

Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bertanya, “Menurut kalian, siapa orang yang mandul itu ?” ‘Abdullah bin Mas’ud mengatakan, ‘Kami menjawab : Orang yang tidak mempunyai anak’. Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Orang yang mandul itu bukan demikian. Akan tetapi orang yang mandul itu adalah seorang laki-laki yang tidak mampu memberikan apapun kepada anaknya”. Beliau Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bertata lagi, “Menurut kalian siapa orang yang perkasa itu ?” ‘Abdullah bin Mas’ud Rodhiyallahu ‘anhu mengatakan, ‘Kami menjawab : Orang yang perkasa itu adalah lelaki yang tidak terkalahkan’. Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Orang yang perkasa itu adalah orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah[1].

Ibnul Jauziy Rohimahullah mengatakan,

دلهم بهذا الحديث على النظر إلى المعاني دون الصور لأنهم ألفوا في كلامهم أن الرقوب الذي يفقد أولاده فأخبرهم أنه الذي يفقد ثواب أولاده في الآخرة

“Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam menunjukkan bahwa yang dinilai adalah makna (hakiki) bukan hanya makna (yang tampak). Karena makna yang mereka terbiasa pahami bahwasanya orang yang mandul adalah orang yang tidak punya anak. Maka Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam menjelaskan kepada mereka bahwa orang yang mandul (secara hakiki) adalah orang tidak punya pahala dari anak-anaknya ketika di akhirat nanti[2].

Inilah salah satu penjelasan ulama tentang makna potongan hadits tersebut.

Seorang laki-laki yang telah menikah tentu sedih ketika Allah ‘Azza wa Jalla menakdirkannya tidak mempunyai anak yang akan melanjutkan keturunannya. Namun yang jauh lebih menyedihkan dari itu semua adalah kehilangan pahala anak kita di akhirat. Allahu a’lam boleh jadi karena kita semasa hidup tidak mengajarkannya Islam yang benar dan nilai-nilai Islam dan lain sebagainya. Sehingga sang anak tumbuh jauh dari Islam dan keta’atan kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

An Nawawi Rohimahullah mengatakan,

وكذلك تعتقدون أن الصرعة الممدوح القوي الفاضل هو القوي الذي لا يصرعه الرجال بل يصرعهم وليس هو كذلك شرعا بل هو من يملك نفسه عند الغضب فهذا هو الفاضل الممدوح الذي قل من يقدر على التخلق بخلقه ومشاركته في فضيلته

“Demikian juga, mereka para shahabat meyakini bahwa orang yang perkasa adalah orang yang tidak dapat dikalahkan orang lain bahkan mampu mengalahkan orang banyak. Namun makna secara syar’i, orang yang perkasa adalah orang yang mampu menguasi dirinya ketika marah. Inilah kelebihan yang terpuji, sedikit orang yang mampu memiliki akhlak ini dan menyamai keutamaan ini”[3].

Inilah perkara yang sangat sukar namun bukan berarti tak bisa diusahakan. Beberapa tips Nabawi untuk meredam amarah dapat di lihat di sini.

 

Allahu a’lam.

Ketika Hujan, 8 Shoffar 1437 H/ 20 Nopember 2015 M

Aditya Budiman bin Usman.

[1] HR. Muslim no. 2608.

[2] Lihat Kasyful Musykil hal. 222/I terbitan Darul Wathon, Riyadh, KSA via Syamilah.

[3] Lihat Al Minhaj Syarh Shohih Muslim.

 

 

Tulisan Terkait

Leave a Reply