22 Jan
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Obat Riya’ dan Sombong
Alhamdulillah wa Sholatu wa Salamu ‘alaa Rosulillah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.
Riya’ dan sombong merupakan penyakit hati yang terbilang kronis. Bahkan keduanya dapat menyebabkan pemiliknya masuk neraka.
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimahullah mengatakan,
“Pengertian riya’ : merupakan mashdar (bentuk kata benda dari kata kerja atau dalam Bahasa Inggris gerund –pen.) dari kata (رَاءَى يُرَائِ) yaitu seseorang yang beramal dengan sebuah amalan agar/karena ingin dilihat oleh orang lain”[1].
Syaikh DR. Sholeh bin Fauzan Hafidzahullah mengatakan,
“Riya’ merupakan mashdar kata (رَاءَى يُرَائِ) yaitu seseorang ketika beramal dengan sebuah tatacara amalan tertentu agar dilihat orang lain dan menyembunyikan niat tertentu lain di dalam hatinya”[2].
Bahkan Riya’ merupakan suatu hal yang lebih ditakutkan Rosulullah Shollalahu ‘alaihi wa Sallam menimpa ummatnya dari pada Dajjal. Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ مِنْ الْمَسِيحِ عِنْدِي قَالَ قُلْنَا بَلَى قَالَ الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ يُصَلِّي فَيُزَيِّنُ صَلَاتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ
“Maukah kalian aku beritahukan seseuatu yang lebih aku takutkan menimpa kalian dari fitnah Al Masih Ad Dajjal ?” Kami (para Shahabat berkata, ‘Tentu wahai Rosulullah’. Beliau mengatakan, “Syirik yang tersembunyi yaitu seorang laki-laki yang berdiri untu sholat kemudian dia membaguskan sholatnya karena dilihat orang lain”[3].
Sedangkan sombong merupakan penyakit yang amat berbahaya. Mahkluk yang pertama kali terjangkit penyakit ini adalah iblis –la’natullah-. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ (75) قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
Allah berfirman, “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi ?” Iblis berkata, “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS. Shood [38] : 75-76)
Adapun pengertian sombong adalah sebagaimana yang didefinisikan Rosulullah Shollalahu ‘alaihi wa Sallam,
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia lainnya”[4].
Berdasarkan keterangan di atas jelaslah bagi kita betapa bahaya kedua penyakit ini. Jika kita memiliki sebuah penyakit kronis yang berkaitan dengan tubuh kita saja, kita akan sedemikian kuat berusaha mengobatinya. Maka tentulah lebih utama kita berusaha mengobati kedua penyakit di atas. Karena kedua penyakit ini dapat ‘menggerogoti’ diri kita di akhirat.
Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq bin ‘Abdul Muhsin Al Badr Hafidzahullah mengatakan,
‘Ibnul Qoyyim Rohimallah mengatakan, “Sering sekali aku mendengar Ibnu Taimiyah mengatakan, “(إِيَّاكَ نَعْبُدُ) ‘Hanya kepada Mu kami menyembah/beribadah’ pada ayat ini terdapat obat bagi penyakit riya’ dan pada (إِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) ‘Hanya kepada Mu kami memohon pertolongan’ terdapat obat bagi penyakit sombong”[5].
“Maka “(إِيَّاكَ نَعْبُدُ) ‘Hanya kepada Mu kami menyembah/beribadah’ menghilangkan penyakit riya’ /ingin dilihat orang dan memperbagus amal karena ingin dilihat manusia, mengingatkan pada kedudukan ikhlas yang merupakan kedudukan yang paling mulia dan agungnya balasan di akhirat bagi orang-orang yang ikhlas. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَمَنْ أَرَادَ الْآَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik”. (QS. Al Isro’ [17] : 19)
Pada (إِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) ‘Hanya kepada Mu kami memohon pertolongan’ dengannya seorang hamba akan mengetahui kefaqirannya dan betapa butuhnya dia kepada Robb nya. Betapa senantiasa butuhnya dia terhadap pertolongan dari Allah Subhana wa Ta’ala, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Hai manusia, kamulah yang butuh kepada Allah. Dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji” (QS. Fathir [35] : 15).
Demikianlah seterusnya, pada surat ini (yaitu Al Fathihah –pen) seluruhnya terdapat obat yang dapat mengobati penyakit-penyakit hati dan obat penyakit yang ada di dada”[6].
Saudaraku, lihatlah betapa kasih sayangnya Allah ‘Azza wa Jalla kepada kita. Allah Subhana wa Ta’ala menyuruh kita demikian sering membaca surat ini di dalam sholat kita agar kita terbebas dari dua penyakit ini dan penyakit hati lainnya. Namun betapa malangnya kita, surat yang amat mulia ini hanya berlalu demikian saja di bibir kita tanpa kita mampu meresapi maknanya dan mengamalkan kandungannya. Laa Hawalaa Walaa Quwwata Illaa Billah.
Sigambal, Setelah subuh ditemani Hudzaifah,
21 Robi’ul Awwal 1436 H/ 12 Januari 2015 M.
Aditya Budiman bin Usman
[1] Lihat Al Qoulul Mufiid ‘alaa Kitab At Tauhid oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimallah hal. 124/II terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA.
[2] Lihat Al Mulakhos Syarh Kitab Tauhid oleh Syaikh DR. Sholeh Al Fauzan Hafidzahullah hal. 285 terbitan Darul ‘Ashimah, Riyadh, KSA.
[3] HR. Ibnu Majah no. 4204, Ahmad no. 11270. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani Rohimallah.
[4] HR. Muslim no. 275.
[5] Lihat Min Hidayaat Surotil Fathihah oleh Syaikh Prof. DR. ‘Abdur Rozzaq bin ‘Abdul Muhsin Al Badr Hafidzahullah hal. 8.
[6] Idem.
Leave a Reply