Ketika Mimpi Buruk

15 Sep

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Ketika Mimpi Buruk

Segala puji hanya kembali dan milik Allah Tabaroka wa Ta’ala, hidup kita, mati kita hanya untuk menghambakan diri kita kepada Dzat yang tidak membutuhkan sesuatu apapun dari hambanya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah, Muhammad bin Abdillah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam, beserta keluarga dan para sahabat beliau radhiyallahu ‘anhum.

Mungkin sebagian besar dari kita pernah mengalami yang namanya mimpi buruk. Telah kita ketahui bersama bahwa tidak ada sebuah hal yang dapat mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka melainkan telah diajarkan oleh Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam. Beliau Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقْرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَ يُبَاعِدُ مِنَ الْنَّارِ إِلاَّ وَ قَدْ بُيِّنَ لَكُمْ

“Tidaklah tersisa suatu perkara yang dapat mendekatkan ke surga dan menjauhkan diri dari neraka kecuali telah dijelaskan (oleh Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam ) kepada kalian”[1].

Maka sudah barang tentu adab seputar mimpi buruk pun sudah beliau Shollallahu ‘alaihi wa Sallam ajarkan karena Islam adalah agama yang sempurna (https://alhijroh.com/aqidah/kesempurnaan-islam/). Berikut kami nukilkan adab seputar mimpi buruk.

Ringkasnya, apabila seseorang mengalami mimpi buruk atau mimpi yang dia tidak sukai maka hendaklah ia :

  1. Meludah kecil ke arah kiri sebanyak 3 kali.
  2. Meminta perlindungan kepada Allah dari kejahatan syaithon dan keburukan mimpinya sebanyak 3 kali.
  3. Mengubah posisi tidurnya.
  4. Berdiri kemudian melakukan sholat jika dia mau.
  5. Tidak membicarakan mimpinya kepada orang lain.

Adapun dalilnya adalah sebagai berikut :

  1. Meludah kecil ke arah kiri sebanyak 3 kali.

Hadits dari Abu Qotadah Rodhiyallahu ‘anhu,

الرُّؤْيَا مِنَ اللَّهِ وَالْحُلْمُ مِنَ الشَّيْطَانِ فَإِذَا حَلَمَ أَحَدُكُمْ حُلْمًا يَكْرَهُهُ فَلْيَنْفُثْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلاَثًا وَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ

“Mimpi (yang baik[2]) itu berasal dari Allah sedangkan mimpi buruk itu dari syaithon. Apabila salah seorang dari kalian bermimpi buruk atau dia benci maka hendaklah ia meludah kecil ke arah kirinya sebanyak 3 kali dan memohon berlindungan kepada Allah (berta’awwudz) dari keburukan mimpinya. Sesungghnya mimpi buruk itu tidak akan mampu mendatangkan bahaya padanya”[3].

Ibnu Hajar Rohimahullah mengatakan,

mimpi1

‘(الرُّؤْيَا) disandarkan kepada Allah adalah sebagai pemuliaan’.

mimpi2‘Zhohir sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam ‘(الرُّؤْيَا مِنَ اللَّهِ وَالْحُلْمُ مِنَ الشَّيْطَانِ), sesungguhnya yang disandarkan kepada Allah (الرُّؤْيَا) tidak disandarkan kepada syaithon. Yang disandarkan kepada syaithon tidak disebut dengan (الرُّؤْيَا) dan hal ini merupakan istilah syar’i. Jika tidak demikian maka keduanya (الرُّؤْيَا) dan (وَالْحُلْمُ) disebut (الرُّؤْيَا) mimpi’[4].

Ibnu Hajar Rohimahullah juga mengatakan,

mimpi3‘(وَالْحُلْمُ) disandarkan kepada syaithon dengan makna sesungguhnya hal itu sesuai dengan sifatnya berupa dusta/tidak benar, menyusahkan dan menakuti-nakuti dan semisal itu. Berbeda dengan (الرُّؤْيَا) yang baik/benar disandarkan kepada Allah sebagai bentuk pemuliaan. Walaupun keduanya merupakan ciptaan Allah dan sesuai takdir Nya’[5].

An Nawawi Rohimahullah mengatakan,

mimpi4‘Makna sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam (الرُّؤْيَا مِنَ اللَّهِ وَالْحُلْمُ مِنَ الشَّيْطَانِ) bukanlah berarti syaithon dapat melakukan sesuatu. (الرُّؤْيَا) merupakan sebuah kata untuk sesuatu yang disukai sedangkan (وَالْحُلْمُ) adalah untuk sebuah kata yang tidak disukai/dibenci. Inilah perkataan Al Mazariy’[6].

An Nawawi Rohimahullah menjelaskan,

ولعل المراد بالجميع النفث وهو نفخ لطيف بلا ريق

Yang dimaksud dengan (فَلْيَنْفُثْ) adalah meludah dengan nafas yang sedikit tanpa mengeluarkan ludah/air[7].

Beliau Rohimahullah melanjutkan,

وأما قوله صلى الله عليه و سلم فإنها لا تضره معناه أن الله تعالى جعل هذا سببا لسلامته من مكروه يترتب عليها. كما جعل الصدقة وقاية للمال وسببا لدفع البلاء.

‘Adapun sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam (فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ) maknanya adalah sesugguhnya Allah Subhana wa Ta’ala menjadikan hal ini (adalah meludah dengan nafas yang sedikit tanpa mengeluarkan ludah/air) sebagai sebab agar selamat dari hal yang dibenci yang akan mengikuti mimpi buruk tersebut. Hal ini sebagaimana Allah menjadikan shodaqoh sebagai pelindung harta dan sebab diangkatnya bala bencana’[8].

قال القاضي : وأمر بالنفث ثلاثا طردا للشيطان الذي حضر رؤياه المكروهة تحقيرا له, واستقذارا. وخصت به اليسار؛ لأنها محل الأقذار والمكروهات ونحوها, واليمين ضدها.

Al Qodhi Rohimahullah mengatakan, “Perintah Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam agar meludah dengan nafas yang sedikit tanpa mengeluarkan ludah/air sebanyak tiga kali kepada syaithon yang hadir di dalam mimpi suatu hal yang dibenci merupakan bentuk penghinaan kepadanya dan menganggap kotor dan dikhususkan ke arah kiri. Karena arah kiri merupakan tempat yang kotor dan hal-hal yang dibenci serta lain sebagainya, kebalikan arah kanan”[9].

 

  1. Meminta perlindungan kepada Allah dari kejahatan syaithon dan keburukan mimpinya sebanyak 3 kali.

Potongan hadits dari Abu Qotadah Rodhiyallahu ‘anhu di atas,

وَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ

“….Dan memohon berlindungan kepada Allah (berta’awwudz) dari keburukan mimpinya. Sesungghnya mimpi buruk itu tidak akan mampu mendatangkan bahaya padanya”[10].

Ibnu Hajar Rohimahullah mengatakan[11],

mimpi5

‘Terdapat sebuah atsar yang shohih seputar tata cara ta’awwudz (meminta perlindungan) dari keburukan mimpi. Atsar ini dikeluarkan Sa’id bin Manshur, Ibnu Abu Syaibah, ‘Abdur Rozzaq Rohimahumullah dengan sanad-sanad yang shohih dari Ibrohim An Nakho’i, beliau Rohimahullah mengatakan,

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ فِيْ مَنَامِهِ مِا يَكْرَهُ فَلْيَقُلْ إِذَا اسْتَيْقَظَ : أَعُوْذُ بِمَا عَاذَتْ بِهِ مَلَائِكَةُ اللهِ وَرَسُلُهُ مِنْ شَرِّ رُؤْيَايَ أَنْ تُصِيْبَنِيْ فِيْهَا مَا أَكْرَهُ فِيْ دِيْنِيْ وَ دُنْيَايَ

‘Jika salah seorang dari kalian melihat dalam tidurnya sebuah mimpi yang dia benci/tidak suka maka hendaklah ketika dia terbangun/tersentak dia mengucapkan,

(أَعُوْذُ بِمَا عَاذَتْ بِهِ مَلَائِكَةُ اللهِ وَرَسُلُهُ مِنْ شَرِّ رُؤْيَايَ أَنْ تُصِيْبَنِيْ فِيْهَا مَا أَكْرَهُ فِيْ دِيْنِيْ وَ دُنْيَايَ)

“Aku berlindung kepada Dzat yang para malaikat Allah dan Rosul-Rosulnya berlindung kepada Nya dari keburukan mimpiku agar tidak menimpa pada diriku hal yang telihat dalam mimpiku berupa keburukan pada urusan agamaku dan duniaku”[12].

 

  1. Mengubah posisi tidurnya,

Hadits dari Jabir Bin ‘Abdullah Rodhiyallahu ‘anhu,

عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ « إِذَا رَأَى أَحَدُكُمُ الرُّؤْيَا يَكْرَهُهَا فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلاَثًا وَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ ثَلاَثًا وَلْيَتَحَوَّلْ عَنْ جَنْبِهِ الَّذِى كَانَ عَلَيْهِ ».

Dari Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam, sesungguhnya Beliau bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian bermimpi buruk atau dia benci maka hendaklah ia meludah kecil ke arah kirinya sebanyak 3 kali dan memohon berlindungan kepada Allah (berta’awwudz) dari syaithon sebanyak 3 kali dan mengubah posisi tidurnya sebelumnya”[13].

 

  1. Berdiri dan melakukan sholat jika dia mau,

Hadits dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ لَمْ تَكَدْ رُؤْيَا الْمُسْلِمِ تَكْذِبُ وَأَصْدَقُكُمْ رُؤْيَا أَصْدَقُكُمْ حَدِيثًا وَرُؤْيَا الْمُسْلِمِ جُزْءٌ مِنْ خَمْسٍ وَأَرْبَظِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ وَالرُّؤْيَا ثَلاَثَةٌ فَرُؤْيَا الصَّالِحَةِ بُشْرَى مِنَ اللَّهِ وَرُؤْيَا تَحْزِينٌ مِنَ الشَّيْطَانِ وَرُؤْيَا مِمَّا يُحَدِّثُ الْمَرْءُ نَفْسَهُ فَإِنْ رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ وَلاَ يُحَدِّثْ بِهَا النَّاسَ

Dari Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda, “Jika telah dekat zamannya, hampir-hampir mimpi seorang muslim itu didustakan. Yang paling benar mimpinya adalah orang yang paling jujur perkataannya. Mimpi seorang muslim merupakan satu dari 45 bagian tanda kenabian. Mimpi ada tiga jenis, [1] mimpi yang benar merupakan kabar gembira dari Allah, [2] mimpi yang membuat sedih berasal dari syaithon, [3] mimpi yang di dalamnya seseorang menceritakan dirinya sendiri. Jika salah seorang dari kalian melihat dalam mimpinya hal yang dia benci maka hendaklah dia berdiri untuk mengerjakan sholat dan janganlah dia menceritakannya kepada orang lain”[14].

 

Imam Nawawiy Rohimahullah menukil perkataan Al Khothobiy Rohimahullah,

mimpi6

Al Khothobiy Rohimahullah dan yang lainnya mengatakan, ‘Disebutkan yang dimaksud dengan (اقْتَرَبَ الزَّمَانُ) jika waktu telah semakin ringkas, malamnya sebanding dengan siangnya. Pendapat lain mengatakan, ‘Yang dimaksud dengan (اقْتَرَبَ الزَّمَانُ) adalah jika telah dekat hari qiyamat’[15].

Imam Nawawiy Rohimahullah melanjutkan,

mimpi7

‘Sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam (وَأَصْدَقُكُمْ رُؤْيَا أَصْدَقُكُمْ حَدِيثًا) Yang paling benar mimpinya adalah orang yang paling jujur perkataannya, zhohirnya yang dimaksudkan sesuai dengan kemutlakannya. Al Qodhi meriwayatkan dari sebagian ulama rohimahumullah bahwa hal ini (yang paling benar mimpinya adalah orang yang paling jujur perkataannya) terjadi di akhir zaman ketika telah diwafatkannya para ulama, orang-orang sholeh, orang-orang yang perkataannya dan amal perbuatannya dijadikan pertimbangan. Maka Allah akan jadikan bagi mereka orang-orang yang sombong sebagai pengganti dalam rangka mengingatkan mereka. Namun yang lebih nampak sesuai adalah makna yang pertama. Karena orang yang tidak jujur dalam ucapannya cenderung ada tidak dalam benarnya mimpinya dan ketika menceritakan mimpinya[16]’.

Sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam (وَرُؤْيَا الْمُسْلِمِ جُزْءٌ مِنْ خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ) ‘Mimpi seorang muslim merupakan satu dari 45 bagian tanda kenabian’ memiliki banyak redaksi periwayatan :

[1] mimpi seorang muslim,

[2] mimpi seorang mukmin,

[3] mimpi seorang yang sholeh,

[4] mimpi seorang laki-laki yang sholeh,

[5] mimpi yang sholeh/benar.

Sedangkan potongan redaksi lainnya yang juga memiliki redaksi yang beragam adalah :

[1] 45 bagian kenabian,

[2] 46 bagian kenabian,

[3] 47 tanda kenabian,

[4] dalam riwayat selain yang terdapat di shohih muslim dari Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘anhuma 40 tanda kenabian,

[5] 49 tanda kenabian,

[6] 50 tanda kenabian,

[7] sedangkan dari riwayat Ibnu ‘Umar Rodhiyallahu ‘anhuma 26 tanda kenabian, dan

[8] riwayat dari ‘Ubadah 44 tanda kenabian[17].

قال الخطابي : هذا الحديث توكيد لأمر الرؤيا وتحقيق منزلتها. وقال وانما كانت جزءا من أجزاء النبوة في حق الأنبياء دون غيرهم. وكان الأنبياء صلوات الله وسلامه عليهم يوحي اليهم في منامهم كما يوحي اليهم في اليقظة. قال الخطابي وقال بعض العلماء معنى الحديث : أن الرؤيا تأتي على موافقة النبوة لأنها جزء باق من النبوة والله أعلم.

Al Khottoby Rohimahullah mengatakan, ‘Hadits ini merupakan penekanan pentingnya urusan mimpi dan kedudukannya’. Beliau mengatakan, ‘Sesungguhnya mimpi merupakan bagian dari banyak bagian tanda kenabian ini hanya ada pada kedudukan para Nabi tidak pada orang-orang selain mereka. Adalah merupakan sebuah kebiasaan para Nabi sholawaatullah wa salaamu ‘alaihim diberikan wahyu melalui mimpi mereka sebagaimana juga mereka diberikan wahyu ketika sadar/tidak dalam mimpi’. Al Khottoby dan sebagian ulama Rohimahumullah mengatakan, ‘Makna hadits adalah sesungguhnya mimpi merupakan salah satu tanda kenabian yang tetap ada hingga sekarang, Allahu a’lam’[18].

Kalimat terakhir beliau ini bersesuaian dengan hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu,

لَمْ يَبْقَ مِنْ النُّبُوَّة إِلَّا الْمُبَشِّرَات , قَالُوا : وَمَا الْمُبَشِّرَات ؟ قَالَ : الرُّؤْيَا الصَّالِحَة

“Tidak tersisa bagian kenabian melainkan al mubasysyarot”.Para shahabat Rodhiyallahu ‘anhum bertanya, “Apakah al mubasysyarot itu ?” Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Mimpi yang sholeh/benar”[19].

Ibnu Hajar Rohimahullah mengatakan,

mimpi8“Adapun (hikmah anjuran mengerjakan sholat –ed.) karena di dalam sholat ada taujih/menghadapkan diri kepada Allah dan merasa kembali memohon kepadanya”[20].

mimpi9Al Qurthubiy Rohimahullah mengatakan dalam Al Mufhim, ‘Sholat mengumpulkan semua adabnya (yaitu 4 adab ketika mimpi buruk -ed). Karena ketika sholat dengan berdiri maka dia telah berpindah/memalingkan badannya, meludah dengan ludah yang kecil ketika berkumur-kumur di dalam wudhu, beristi’adzah (ta’awwudz) sebelum membaca (Al Fathihah dan Surat) kemudian berdo’a kepada Allah pada saat dia dekat dengan Allah (pada saat sujud -ed). Sehingga Allah akan mencukupkan dia dari keburukan mimpinya dan memberikan karunianya’[21].

 

  1. Tidak membicarakan mimpinya kepada orang lain

Dalilnya hadits yang diriwayatkan dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu sebelumnya,

…..وَلاَ يُحَدِّثْ بِهَا النَّاسَ

“…….. Dan janganlah dia menceritakannya kepada orang lain”[22].

Dalam redaksi lain disebutkan,

الرُؤْيَا الحَسَنَةُ مِنَ اللهِ فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يُحِبُّ فَلَا يُحَدِّثْ بِهِ إِلَّا مَنْ يُحِبُّ وَإِذَا رَأَى مَا يُكْرَهُ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْ شَرِّهَا وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَلْيَتْفِلْ ثَلَاثًا وَلَا يُحَدِّثْ بِهَا أَحَدًا فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ

“Mimpi yang baik itu dari Allah, jika salah seorang dari kalian melihat dalam mimpinya hal yang dia sukai maka janganlah dia menceritakannya kecuali kepada orang yang dia sukai/yang menyukainya. Jika salah seorang kalian melihat dalam mimpinya hal yang dia tidak sukai/benci maka hendaklah dia memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan mimpi tersebut dan dari keburukan syaithon kemudian hendaklah dia meludah kecil sebanyak 3x dan janganlah dia mencerikannya kepada seorang pun karena hal itu tidak akan membahayakannya”[23].

Dalam lafaz yang lain,

وَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ الرُؤْيَا يُحِبُّها فإنها مِنَ اللهِ فَلْيَحْمَدِ اللهَ عَلَيْهَا وَلْيُحَدِّثْ بِهَا وَإِذَا رَأَى غَيْرَ ذَلِكَ مِمَّا يُكْرَهُ فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ الشَّيْطَانِ فَلْيَسْتَعِذْ مِنْ شَرِّهَا وَلَا يَذْكُرْهَا لِأَحَدٍ فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرُّهُ

“Jika salah seorang dari kalian melihat dalam mimpinya sesuatu yang dia sukai maka sesungguhnya hal itu dari Allah. Maka hendaklah dia memuji Allah atasnya, kemudian hendaklah dia menceritakannya. Dan apabila dia melihat dalam mimpinya suatu yang dia tidak sukai/benci maka hal itu dari syaithon dan hendaklah dia memohon perlindungan dari keburukannya dan janganlah dia menceritakannya kepada seorangpun karena hal itu tidak akan membahayakannya”[24].

Jika kita lihat kedua riwayat di atas, maka dapat kita simpulkan :

  1. Jika mimpi yang kita lihat adalah mimpi yang kita sukai maka hendaklah kita memuji Allah dan boleh menceritakannya namun hanya kepada orang yang suka anda suka.

Ibnu Hajar Rohimahullah mengatakan,

mimpi10

 

‘Sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam (فَلَا يُحَدِّثْ بِهِ إِلَّا مَنْ يُحِبُّ) maka telah berlalu bahwa hikmahnya adalah jika dia menceritakan mimpi yang baik kepada orang yang tidak dia sukai/menyukainya maka boleh jadi orang tersebut menafsirkan mimpi itu dengan hal yang dia tidak sukai karena dengki atau hasad. Maka hal ini muncul karena adanya sifat dengki dan hasad. Atau boleh jadi orang tersebut menyegerakan hal yang dia sukai tadi kepada dirinya sendiri karena sedih dan keinginan menghalangi anda. Maka Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan anda untuk hal itu yaitu tidak menceritakan kepada orang yang tidak anda sukai karena hal itu’[25].

 

Masih seputar penjelasan Ibnu Hajar Rohimahullah di atas. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Fathi As Sayyid Nada hafizhahullah mengatakan,

“Sudah seyogyanya bagi seorang muslim yang melihat mimpi yang baik/benar berbahagia dan mengabarkannya kepada orang lain…….”[26].

Beliau juga mengatakan,

“Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam memberikan petunjuk untuk tidak menceritakan mimpi yang baik kecuali kepada orang yang anda sukai/menyukainya. Karena dia akan mengharapkan kebaikan untuk anda dan tidak hasad kepada anda jika dia mengetahui bahwa mimpi yang baik itu merupakan kabar gembira akan datangnya nikmat dari Allah Subhana wa Ta’ala bagi orang yang bermimpi. Demikian juga maka orang tersebut akan menafsirkan mimpi anda dengan sebaik-baik penafsiran”[27].

 

Namun orang yang terbaik yang sepatutnya anda ceritakan mimpi anda tersebut kepadanya adalah orang yang berilmu dan orang yang menginginkan kebaikan kepada anda dengan iklhas. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Fathi As Sayyid Nada hafizhahullah mengatakan[28],

“Tidak menceritakan mimpi tersebut kecuali kepada orang yang berilmu/ulama atau orang yang menginginkan kebaikan kepada anda dengan iklhas. Karena sesungguhnya orang yang berilmu/ulama lah yang mengetahui tafsir mimpi dan orang yang menginginkan kebaikan kepada anda dengan iklhas adalah orang yang akan mampu memberikan kepada orang yang bermimpi. Sehingga menafsirkan mimpi dengan sebaik-baik penafsiran. Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda sebagaimana yang diriwayatkan dari shahabat Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu,

لا تُقَصُّ الرُّؤيا إِلَّا عَلَى عَالِمٍ أَوْ نَاصِحٍ

“Janganlah engkau menceritakan mimpi kecuali kepada seorang yang berilmu/ulama atau orang yang menginginkan kebaikan kepada anda dengan iklhas”[29].

  1. Jika mimpi yang kita lihat adalah mimpi yang buruk maka kita tidak boleh menceritakannya kepada seorangpun.

Adapun hikmahnya mengapa kita dilarang menceritakan mimpi yang buruk atau tidak kita sukai kepada orang lain adalah sebagaimana yang disampaikan Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Fathi As Sayyid Nada hafizhahullah. Beliau mengatakan,

“Hendaknya seseorang tidak menceritakan mimpi buruk tersebut kepada orang agar dia tidak menafsirkan dengan tafsiran yang buruk/salah, atau orang-orang yang benci kepadanya senang atas hal itu”[30].

 

Terakhir, setelah Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Fathi As Sayyid Nada hafizhahullah menyampaikan adab-adab ketika mimpi buruk. Beliau hafizhahullah mengatakan,

“Banyak orang tidak beradab dengan adab yang dituntunkan Islam yang telah disebutkan. Sesungguhnya hal itu akan berakhir buruk dan berakibat buruk”[31].

 

Mudah-mudahan bermanfaat berbuah ilmu dan amal. Amin.

Selepas Isya’,

12 Dzul Qo’dah 1435 H/ 7 September 2014 M.

 

 

 

Aditya Budiman bin Usman

-yang mengharap ampunan Robbnya-

[1] HR. Thobroni dalam Al Kabiir no. 1647, hadits ini dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam Ash Shohihah no. 1803 dan Syaikh ‘Ali bin Hasan bin Abdul Hamiid Al Halabi hafizhahullah dalam ‘Ilmu Ushul Bida’ hal. 19 terbitan Dar Ar Rooyah, Riyadh

[2] Sebagaimana dalam riwayat Bukhori no. 7044 dan Muslim no. 6039.

[3] HR. Bukhori no. 5747 dan Muslim no. 6039.

[4] Lihat Fathul Bari hal. 305/XVI cet. Dar Thoyyibah dan Al Minhaaj oleh An Nawawi hal. 20/VIII terbitan Darul Ma’rifah.

[5] Idem hal. 344-355/XVI.

[6] Lihat Al Minhaaj hal. 20/VIII.

[7] Idem hal. 21/VIII.

[8] Idem.

[9] Idem.

[10] HR. Bukhori no. 5747 dan Muslim no. 6039.

[11] Lihat Fathul Baari hal. 310/XVI.

[12] HR. Abdur Rozzaq dalam Mushonnafnya no. 20359.

[13] HR. Muslim no. 2262.

[14] HR. Muslim no. 2263.

[15] Lihat Al Minhaaj Syarh Shohih Muslim hal. 23/VIII.

[16] Idem.

[17] Kami ringkas dari perkataan An Nawawiy Rohimahullah dalam Al Minhaaj hal. 23/VIII.

[18] Idem. hal. 24/VIII. Namun keterangan beliau ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa kenabian masih berlangsung hingga sekarang, sehingga masih ada Nabi setelah Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa Sallam. Ringkasnya mimpi merupakan tanda kenabian yang ada pada diri para Nabi namun mimpi masih ada hingga sekarang namun tidak demikian kenabian. Allahu a’lam.

[19] HR. Bukhori no. 6990.

[20] Lihat Fathul Baari hal. 309/XVI.

[21] Idem hal. 310/XVI.

[22] HR. Muslim no. 2263.

[23] HR. Bukhori no. 7044.

[24] HR. Bukhori no. 7045.

[25] Lihat Fathul Baari hal. 406/XVI.

[26] Lihat Al Mausu’ah Al Adab Islamiyah hal. 399 cet. Dar Thoyyibah Riyadh, KSA

[27] Idem hal. 399-400.

[28] Idem hal. 404.

[29] HR. Tirmidzi no. 2280, Ad Darimi no. 2147 dan Al Hakim no. 391/IV. Al Hakim mengatakan shohih dan disepakati oleh Adz Dzahabiy. Syaikh Al Albani Rohimahumullah mengatakan hadits ini shohih.

[30] Lihat Al Mausu’ah Al Adab Islamiyah hal. 402.

[31] Idem hal. 403.

 

Tulisan Terkait

Leave a Reply