Jika Anda Lakukan Maka Harta Tidak Akan Berkurang, Anda Akan Mulia dan Derajat Anda Akan Tinggi Di Sisi Allah Ta’ala

16 Jan

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Jika Anda Lakukan Maka Harta Tidak Akan Berkurang, Anda Akan Mulia dan Derajat Anda Akan Tinggi Di Sisi Allah Ta’ala

 

Alhamdulillah wa Sholatu wa Salamu ‘alaa Rosulillah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.

Setiap kita, menginginkan Allah Ta’ala cintai. Setiap kita, menginginkan kecintaan manusia lainnya kepada kita. Setiap kita, menginginkan harta yang bertambah, tidak berkurang. Setiap kita, menginginkan kemuliaan di sisi Allah ‘Azza wa Jalla. Setiap kita, menginginkan Allah Subhanahu wa Ta’ala angkat dan tinggikan derajat kita di sisi Nya.

Jika anda termasuk orang yang menginginkan hal di atas maka mari simak perkataan orang yang mendapat rekomendasi langsung dari Allah ‘Azza wa Jalla, yang perkataannya 100% benar tanpa ada keraguan sedikitpun. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى . مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى . وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى . إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى .

“Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. (QS. An Nazm [53] : 1-4)

Ibnu Katsir Rohimahullah mengatakan,

Tawadhu' 1

Ibnu Abu Hatim Rohimahullah meriwayatkan bahwa Asy Sya’biy Rohimahullah dan lainnya mengatakan, “Kholiq (Allah) boleh bersumpah dengan nama ciptaan Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan makhluk (manusia dan selainnya –pen) tidak boleh bersumpah kecuali dengan nama [1]Penciptanya (yaitu Allah –pen)”.

Para ulama ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna Firman Allah Ta’ala, (وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى). Ibnu Najih mengatakan dari Mujahid Rohimahumallah An Najm adalah bintang jika telah kartika hilang bersama fajar. Demikianlah diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘anhuma dan Sufyan Ats Tsauriy Rohimahullah. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir Ath Thobariy Rohimahullah.

Adh Dhohak Rohimahullah mengatakan, Firman Allah Ta’ala, (وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى) adalah bintang yang dengannya syaithon dilempar. Pendapat ini memiliki sisi benar.

Al A’masy Rohimahullah meriwayatkan dari Mujahid Rohimahullah Firman Allah Ta’ala, (وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى) adalah Al Qur’an jika diturunkan[2].

Tawadhu' 2

‘Firman Allah Ta’ala (مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى) ‘Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru’. Inilah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dengannya bersumpah yaitu persaksian untuk Rosulullah Shollalahu ‘alaihi wa Sallam bahwa beliau adalah orang yang baik, pemberi petunjuk, mengikuti kebenaran dari Allah dan bukanlah orang yang sesat[3].

Tawadhu' 3

‘Firman Allah Ta’ala (وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى) ‘Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya’. Yaitu tidaklah perkataan yang diucapkan beliau Shollalahu ‘alaihi wa Sallam berasal dari semata-mata hawa nafsu dan keinginan pribadi. (إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى) ‘Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)’ yaitu hanyalah beliau mengatakan apa yang diperintahkan Allah Ta’ala kepadanya, menyampaikannya kepada manusia secara sempurna dan menyeluruh tanpa ada penambahan dan pengurangan, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad’[4].

Maka wajib bagi kita untuk menyakini kebenaran apa yang disabdakan oleh Rosulullah Shollalahu ‘alaihi wa Sallam tanpa keraguan sedikitpun.

Terkait dengan judul kita di atas, Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam bersabda sebagaimana yang diriwayatkan dari Shahahat Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah tidak akan mengurangi harta, tidaklah memberikan maaf melainkan Allah akan menambahkan kemuliaan bagi seorang hamba, tidaklah seseorang tawadhu’ karena Allah melainkan Allah akan angkat derajatnya”[5].

Imam An Nawawi Rohimahullah mengatakan,

قوله صلى الله عليه و سلم ( ما نقصت صدقة من مال ) ذكروا فيه وجهين احدهما معناه أنه يبارك فيه ويدفع عنه المضرات فينجبر نقص الصورة بالبركة الخفية وهذا مدرك بالحس والعادة والثاني أنه وإن نقصت صورته كان في الثواب المرتب عليه جبر لنقصه وزيادة إلى أضعاف كثيرة

‘Sabda Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam (مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ) ‘Sedekah tidak akan mengurangi harta’. Para ulama menyebutkan ada dua makna berkaitan dengan hadits ini. Pertama, sesungguhnya Allah akan memberkahi hartanya dan mencegah kemudhorotan menimpanya. Maka Allah akan menggantikan kekurangan jumlah hartanya dalam bentuk keberkahan yang tidak terlihat pada hartanya (yang lain –pen), hal ini ini dapat kita ketahui baik secara inderawi dan kebiasaan.

Kedua, sesungguhnya jika berkurang jumlahnya maka pahala akan menambal kekurangan hartanya dan ditambahkan baginya pahala dengan kelipatan yang berlipat ganda[6].

 

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimallah mengatakan,

Tawadhu' 4

‘Sabda Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam (مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ) ‘Sedekah tidak akan mengurangi harta’ maksudnya bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta, sebagaimana yang dikira orang-orang, sebagaimana yang ditakut-takuti syaithon. Karena sesungguhnya syaithon adalah sebagaiman yang difirmankan Allah ‘Azza wa Jalla,

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ

“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (bakhil)”. (QS. Al Baqoroh [2] : 268)

Tawadhu' 5

“(الْفَحْشَاءُ) adalah setiap perbuatan yang melampaui batas diantaranya bakhil/pelit dan lain-lain. Maka syaithon akan menakut-nakuti manusia dengan kafaqiran ketika manusia ingin bersedekah. Syaithon mengatakan, ‘Janganlah kamu bersedekah karena hal itu akan mengurangi hartamu dan membuatmu jadi faqir. Jangan bersedekah tahanlah hartamu’. Namun Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam telah mengabarkan kepada kita bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta. Jika ada yang bertanya, ‘Bagaimana sedekah tidak mengurangi harta, misalnya seseorang yang memiliki 100 kemudian dia bersedekah 10 maka uangnya tinggal 90 ?’ Maka kita katakan bahwa yang berkurang adalah jumlahnya namun akan bertambah kaifiyah/jalan rezki akan bertambah. Dengan anda bersedekah maka Allah akan bukakan pintu rezki yang akan mengembalikan apa yang anda sedekah/infaqkan sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Dan barang apa saja yang kamu infaqkan/sedekahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah sebaik-baik Pemberi rezki”. (QS. Sabaa’ [34] : 39)

Maksudnya Allah Subhana wa Ta’ala akan jadikan penggantinya untuk anda. Maka janganlah anda menyangka jika anda bersedekah 10 dari harta anda yang berjumlah 100 maka harta anda akan berkurang menjadi 90. Bahkan yang benar bahwa Allah Subhana wa Ta’ala akan menambahkan keberkahan dan mengembangkan harta anda serta memberikan anda rezki dari arah yang tidak anda perkirakan”[7].

 

Imam An Nawawi Rohimahullah mengatakan,

قوله صلى الله عليه و سلم ( وما زادالله عبدا بعفو إلا عزا ) فيه ايضا وجهان احدهما أنه على ظاهره وأن من عرف بالعفو والصفح ساد وعظم في القلوب وزاد عزه واكرامه والثاني أن المراد أجره في الآخرة وعزه هناك

‘Sabda Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam (وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا) ‘ Dan tidaklah memberikan maaf melainkan Allah akan menambahkan kemuliaan bagi seorang hamba’. Pada potongan hadits ini juga terdapat dua makna. Pertama, makna sesuai makna zhohirnya yaitu sesungguhnya barangsiapa yang bersikap dengan memaafkan dan bermurah hati maka akan merasakan kemuliaan dan jiwa besar di dalam hatinya serta akan bertambah kemuliaan dan kedermawanannya. Kedua, maksudnya adalah akan mendapatkan ganjaran di akhirat dan akan dimuliakan ketika itu”[8].

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimallah mengatakan,

Tawadhu' 6

‘Sabda Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam (وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا) ‘ Dan tidaklah memberikan maaf melainkan Allah akan menambahkan kemuliaan bagi seorang hamba’. Yaitu sesungguhnya seorang manusia jika dia memaafkan orang yang menzholiminya boleh jadi terbersik di hatinya, ‘sesungguhnya memberi maaf ini merupakan bentuk merendahkan diri dan menghinakan diri kepada orang yang menzholimi’. Maka Rosulullah Shollalahu ‘alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa Allah tidak akan menambahkan bagi orang yang memaafkan kecuali kemuliaan. Maka Allah akan muliakan dia dan angkat derajatnya dari keadaannya semula. Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk memaafkan, namun maaf ini mengikuti kaidah jika maaf tersebut dapat mendatangkan mashlahat. Berdasarkan Firman Allah Ta’ala,

فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ

“maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik (dengan memperbaiki orang yang menzholiminya –pen.) maka Allah akan mengganjarnya dengan pahala”.(QS. Asy Syuro [42] : 40)

Tawadhu' 7

“Adapun jika dengan memberikan maaf malah tidak mendatangkan mashlahat/kebaikan bahkan menghasilkan kerusakan maka pada saat demikian tidak diperintahkan memberikan maaf. Misalnya, seseorang yang terkenal sering melakukan kejahatan dan melampaui batas kepada orang lain. Maka apakah kita katakan kepada orang yang diperlakukan melampaui batas tadi untuk memaafkan orang tersebut ? Jawabnya tentu, tidak kita katakan maafkanlah dia. Jika anda memberikan maaf kepadanya maka dia akan kembali melakukan perbuatannya tersebut kepada orang lain atau bahkan kepada anda lagi. Untuk kasus demikian maka kita katakan teguhkan hati[9] dan lebih utama untuk menghukumnya atas kejahatannya, ambil hak anda serta jangan mau memberikan maaf. Karena memberikan maaf kepada orang yang jahat akan menghasilkan kerusakan bukan kebaikan. Bahkan jika diberikan maaf maka akan menambah kerusakan dan kejahatan”.

Tawadhu' 8

“Adapun jika terdapat kebaikan dalam anda memberikan maaf tersebut, orang yang berbuat zholim tersebut jadi malu, gelisah, tidak berbuat melampaui batas lagi kepada anda dan orang lain maka maaf pada kondisi demikian merupakan sebuah kebaikan[10].

Imam An Nawawi Rohimahullah mengatakan,

قوله صلى الله عليه و سلم ( وما تواضع أحد لله إلا رفعه الله ) فيه ايضا وجهان احدهما يرفعه في الدنيا ويثبت له بتواضعه في القلوب منزلة ويرفعه الله عند الناس ويجل مكانه والثاني أن المراد ثوابه في الآخرة ورفعه فيها بتواضعه في الدنيا. قال العلماء وهذه الأوجه في الالفاظ الثلاثة موجودة في العادة معروفة وقد يكون المراد الوجهين معا في جميعها في الدنيا والآخرة والله اعلم.

“Sabda Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam (وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ) ‘Dan tidaklah seseorang tawadhu’ karena Allah melainkan Allah akan angkat derajatnya’. Pada potongan hadits ini juga memiliki dua makna. Pertama, Allah akan mengangkat derajatnya di dunia dan mengagungkan kedudukannya. Kedua, bahwasanya yang dimaksudkan adalah ganjaran pahala di akhirat dan Allah akan angkat derajatnya di akhirat karena ketawadhu’annya di dunia.

Para ulama mengatakan, ‘Makna ketiga potongan hadits ini secara menyeluruh dapat kita temukan di dunia ini dalam kehidupan sehari-hari dan boleh jadi akan mendapatka kedua maknanya yaitu mendapatkan ganjaran di dunia dan akhirat. Allahu a’lam”[11].

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimallah mengatakan,

Tawadhu' 9

Tawadhu’ karena Allah memiki dua makna :

Makna Pertama, Anda tawadhu’ terhadap aturan Allah. Sehingga anda tidak akan merasa sombong terhadap aturan agama Allah dan tawadhu’ ketika melaksanakan aturan dan hukum tersebut.

Makna Kedua, anda tawadhu’ kepada hamba-hamba Allah yang lain karena Allah. Bukan karena takut pada mereka, bukan mengharapkan apa yang ada pada mereka melainkan semata-mata karena Allah ‘Azza wa Jalla.

Tawadhu' 10

Kedua makna tawadhu’ tersebut benar. Maka barangsiapa yang tawadhu’ karena Allah ‘Azza wa Jalla maka akan Allah ‘Azza wa Jalla angkat derajatnya di kehidupan dunia dan akhirat. Hal ini merupakan sebuah perkara yang dapat dibuktikan/terlihat jelas. Seseorang yang tawadhu’ maka akan memiliki kedudukan tinggi di kalangan manusia lain dan orang menyebutnya orang yang baik serta orang akan mencintainya. Lihatlah ketawadhu’an Rosulullah Shollalahu ‘alaihi wa Sallam padahal beliau adalah semulia-mulia manusia. Ketika seorang budak wanita dari budak-budak wanita kota Madinah menarik tangan beliau, membawa pergi beliau kemanapun dia mau agar beliau Shollalahu ‘alaihi wa Sallam menunaikan keperluan sang budak. Inilah keadaan manusia yang paling mulia. seorang budak wanita dari budak-budak wanita kota Madinah datang dan menarik tangan beliau, membawa pergi beliau kemanapun dia mau agar beliau Shollalahu ‘alaihi wa Sallam menunaikan keperluannya, beliau Shollalahu ‘alaihi wa Sallam tidak mengatakan ‘kemana aku mau engkau bawa’, atau ‘pergi dariku ajak orang lain saja’. Bahkan yang beliau praktekkan adalah beliau membiarkan budak tersebut membawanya kemana saja sesuka sang budak untuk memenuhi kebutuhannya. Walaupun demikian Allah ‘Azza wa Jalla tidaklah menambahkan kepada beliau Shollalahu ‘alaihi wa Sallam melainkan kemuliaan dan derajat yang tinggi disebabkan ketawadhu’an beliau Shollalahu ‘alaihi wa Sallam[12].

Jika anda ingin mendapatkan ketiga hal ini di dunia dan akhirat maka mari mulai sekarang berusaha untuk berinfaq/sedekah di jalan Allah, mudah memberikan maaf kepada orang lain dan tawadhu’ karena Allah ‘Azza wa Jalla.

 

 

Setelah ‘Isya 17 Shofar 1436 H/ 09 Desember 2014 M.

Aditya Budiman bin Usman

[1] Boleh juga dengan shifat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

[2] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim oleh Ibnu Katsir hal. 442/VII Terbitan Dar Thoyyibah, Riyadh, KSA.

[3] Idem.

[4] Idem hal 442/VII.

[5] HR. Muslim no. 2588.

[6] Lihat Al Minhaj Syarh Shohih Muslim oleh An Nawawi Rohimallah hal. 357-358/VIII terbitan Darul Ma’rifah, Beirut. Kami terjemahkan dengan sedikit penyesuaian agar maknanya dapat dengan mudah dipamahi pembaca. Allahu a’lam.

[7] Lihat Syarh Riyadhush Sholihin oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin hal. 524-525/III terbitan Madarul Wathon, Riyadh, KSA.

Jika kita renungkan betapa Allah Subhana wa Ta’ala luar biasa memotivasi kita agar tidak enggan bersedekah. Pertama Allah Subhana wa Ta’ala motivasi bahwa Dia lah yang akan menggantinya. Ragukah kita dengan janji Allah ‘Azza wa Jalla. Kedua, Allah motivasi kita dengan janji akan menggantinya dari arah/cara yang tidak kita perkirakan. Sungguh diri, betapa luar biasa motivasi Allah Subhana wa Ta’ala kepada kita. Namun karena hati ini yang masih terikat dunia sehingga kita enggan melakukannya atau masih ada sedikit keraguan pada janji dan motivasi Allah ‘Azza wa Jalla. Yaa Allah mudahkanlah hati kami untuk menggerakkan tangan berinfaq di jalan Mu. Amin.

[8] Lihat Al Minhaaj Syarh Shohih Muslim hal. 358/VIII.

[9] Jangan mau memaafkannya –pen.

[10] Lihat Syarh Riyadhush Sholihin hal. 525/III.

[11] Lihat Al Minhaaj hal. 358/VIII.

[12] Lihat Syarh Riyadhush Sholihin hal. 526/III.

 

 

Tulisan Terkait

Leave a Reply