Ingat Mudik Setiap Hari

5 Jul

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Ingat Mudik Setiap Hari

Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.

Seorang teman menuliskan sebuah kalimat ‘Mantap, 5 jam cuma jalan 5 km’. Ada lagi yang memposting fotonya mengantri karena macet selama berpuluh jam. Sedemikin keadan kita ketika menyambut 1 Syawal, mengapa ? Jawabannya karena ‘Idul Fithri merupakan momen spesial bagi kaum muslimin di Indonesia untuk mengunjungi orang tua, sanak saudara di kampung halaman. Mudah-mudahan usaha ini bernilai sebagai bentuk mempererat tali silaturahim.

Namun, jika direnungkan, dihayati dan difikirkan kampung halaman kita sebenarnya bukanlah kampung tempat orang tua kita berada. Bagi seorang muslim kampung halamannya adalah kehidupan setelah qiyamat yaitu surga Allah ‘Azza wa Jalla. Sebab di sanalah tempat kedua orang tua kita pertama sekali menetap. Allah Ta’ala berfirman,

وَيَا آَدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ

“Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zholim”. (QS. Al A’rof [7] : 19)

Surga tidaklah dapat kita tempati sebelum kita wafat. Setelah kita wafat kita tidak akan dapat memasuki sebelum kita dibangkitkan di hari Qiyamat. Artinya persiapan kita jika ingin masuk surga adalah mempersiapkan amal kebaikan untuk menghadapi hari kebangkitan kelak setelah Qiyamat.

Pertanyaannya, sejak kapan kita mulai persiapan itu ?

Jawabannya tidaklah sulit, bahkan kita sudah menghafalkannya. Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam mengajarkan sebuah doa dalam haditsnya,

إِذَا أوَى إِلَى فِرَاشِهِ ، قَالَ : بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَموتُ وَ أَحْيَا. وَإذَا اسْتَيقَظَ قَالَ : الحَمْدُ للهِ الَّذِي أَحْيَانَا بعْدَ مَا أماتَنَا وإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Jika salah seorang dari kalian ingin menuju tempat tidurnya makan ucapkanlah,

 (بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَموتُ وَ أَحْيَا)

‘Dengan Nama Mu Ya Allah, Aku mati dan aku hidup’.

Dan apabila dia bangun maka ucapkanlah,

(الحَمْدُ للهِ الَّذِي أَحْيَانَا بعْدَ مَا أماتَنَا وإِلَيْهِ النُّشُورُ)

‘Segala puji hanya milik Allah Dzat Yang Menghidupkan Kami setelah kematian (tidur kami) dan kepadanyalah kami akan dibangkitkan”[1].

An Nawawi Rohimahullah mengatakan,

المراد بأماتنا النوم وأماالنشور الاحياء للبعث يوم القيامة. فنبه صلى الله عليه و سلم باعادة اليقظة بعد النوم الذى هو كالموت على إثبات البعث بعد الموت. قال العلماء وحكمة الدعاء عند إرادةالنوم أن تكون خاتمة أعماله كما سبق وحكمته اذا أصبح أن يكون أول عمله بذكر التوحيد والكلم الطيب.

“Yang dimaksud dengan kematian adalah tidur, sedangkan kebangkitan adalah hidup kembali pada hari kebangkitan di saat Qiyamat. Maka Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam mengingatkan kita akan kepastian/penetapan hari kebangkitan setelah kematian ketika  kita kembali bangun tidur. Yang mana tidur tersebut mirip dengan mati. Para ulama mengatakan bahwa hikmah do’a ini ketika ingin tidur adalah agar amal terakhir kita adalah berdo’a. Sedangkan hikmah do’a yang diucapkan ketika bangun tidur subuh ini adalah hendaknya amal pertama seorang hamba di hari itu adalah mengingat kalimat tauhid dan ucapan yang baik/dzikir[2].

 

Dengan kata lain, Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam ingin mengajari kita. Ketika kita akan memulai hari maka hal pertama yang harus kita ingat adalah siapkan bekal untuk hari kebangkitan. Jika kita ingin kembali mudik selama-lamanya ke surga Allah ‘Azza wa Jalla.

 

Setelah Zhuhur 30 Romadhon 1437 H, 5 Juli 2016 M

Aditya Budiman bin Usman bin Zubir

[1] HR. Bukhori no. 6312, Musli

[2] Lihat Syarh Shohih Muslim hal. 37/IX terbitan Darul Ma’rifah.

 

Tulisan Terkait

Leave a Reply