12 Jul
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Hati Yang Lapang (Defenisi dan Tips Jitu)
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.
Sering kita mendengar, “Si Fulan itu baik, orangnya berhati lapang/ lapang dada”. Biasanya kalimat ini ditujukan kepada orang yang emosinya stabil saat dapat musibah atau bisa mengakomodasi semua pendapat. Lantas apakah memang demikian ? Lalu bagaimana caranya agar hati kita lapang atau agar kita menjadi orang yang lapang dada ?
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimahullah mengatakan,
“Hati yang lapang ialah hati yang lapang terhadap 2 jenis hukum Allah ‘Azza wa Jalla. Baik hukum Allah yang bersifat syari’at yaitu aturan agama seluruhnya. Dan hukum Allah yang bersifat qodariyah yaitu berbagai musibah yang menimpa seseorang”[1].
Beliau juga mengatakan,
“Lapangnya dada terhadap hukum syar’i itu maknanya adalah menerima, ridho dan melakanakan berbagai ketentuan syari’at”[2].
“Adapun yang dimaksud lapang dada terhadap hukum Allah yang bersifat qodari adalah seseorang itu lapang dadanya menerima taqdir Allah, ridho dan merasa tenang terhadapnya”
Beliau pun menuturkan,
“Hal tersebut dikarenakan pada aturan-aturan syari’at terdapat hal yang bertentangan dengan keinginan hawa nafsu. Maka ada seseorang yang merasa berat dalam melaksanakan berbagai perintah Allah. Ada juga yang merasa berat meninggalkan hal-hal yang Allah haramkan, sebab hal tersebut bertentangan dengan keinginan hawa nafsunya. Sedangkan hawa nafsu itu menggiring pada sesuatu yang buruk sehingga dia tidak lapang dalam melaksanakan berbagai perintah Allah dan meninggalkan berabagai larangan Allah”[3].
Beliau pun menyampaikan bahwa kelapangan dada seseorang terhadap berbagai aturan syariat itu bersifat fluktuatif demikian juga penerimaan ketentuan syariat pun bervariatif di kalangan masyarakat.
Ringkasnya :
-
Hatinya yang lapang itu tercakup padanya lapang, legowo, ridho menerima dan melaksanakan segala bentuk ketentuan Allah baik berupa syari’at dan takdir Nya.
-
Salah satu sebab seseorang sukar melaksanakan aturan syari’at Allah dan berat dirinya untuk meninggalkan larangan Allah adalah dorongan hawa nafsu yang buruk.
Lalu bagaimana tips untuk mendapatkan hati yang lapang ?
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimahullah menjelaskan,
“Seseorang mengatakan pada dirinya bahwa Saya ini hamba sahaya, sedangkan Allah adalah Robb (Pencipta, Pemilik dan Pengatur Alam Semesta –pen) boleh melakukan apa yang Dia kehendaki’. Orang yang demikian keadaannya akan terus menerus bahagia tidak akan gelisah dan bersedih hati. Betul dia merasakan sakit namun sakit yang dia rasakan itu tidak menggiringnya untuk terus menerus sedih dan gelisah”[4].
Ringkasnya :
Bila kita ingin menjadi seorang yang lapang dada hendaklah kita menanamkan bahwa kita ini cuma budak, hamba sahaya. Sedangkan Allah adalah Tuhan kita yang memiliki dan berhak mengatur kita.
Sigambal, setelah subuh
24 Syawwal 1439 H, 8 Juli 2018 M
Aditya Budiman bin Usman Bin Zubir
[1] Lihat Tafsir Juz ‘Amma hal. 245-246 terbitan Dar Tsuroya, Riyadh, KSA.
[2] Idem hal. 247.
[3] Idem hal. 246.
[4] Idem hal. 247.
Leave a Reply