6 Mar
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Fondasi Kebahagiaan
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maa walaah.
Setiap kita pernah melakukan kesalahan dan dosa, entah itu kecil atau besar. Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ, وَخَيْرُ اَلْخَطَّائِينَ اَلتَّوَّابُونَ
“Sebaik-baik anak keturunan Adam (pernah/banyak) bersalah/berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang bersalah/berbuat dosa adalah orang yang banyak bertaubat”[1].
Hadits yang mulia ini bukan sama sekali melegalkan kita untuk melakukan kemaksiatan, kesalahan atau perbuatan dosa. Namun hadits ini menunjukkan bahwa setiap kita pernah banyak melakukan kesalahan atau perbuatan dosa karena manusia adalah makhluk yang bodoh dan zholim pada dirinya sendiri. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,
إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
“Sesungguhnya manusia itu adalah makhluk yang banyak berbuat zholim terhadap dirinya sendiri dan bodoh”. (QS. Al Ahzab [33] : 72)
Kezholiman, kemaksiatan dan perbuatan dosa itu sesungguhnya dampak buruknya kembali kepada diri manusia itu sendiri. Kelak manusia akan dibalas dengan apa yang telah diperbuatnya. Bukan hanya itu, bahkan sebab kezholiman, kemaksiatan dan perbuatan dosa itu sesungguhnya mengakibatkan kerusakan yang nyata di bumi Allah ‘Azza wa Jalla. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar, taubat)”. (QS. Ar Ruum [30] : 41)
Ibnu Zaid rahimahullah mengatakan yang dimaksud dengan : perbuatan tangan manusia” dalam ayat di di atas adalah dosa-dosa. Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “bahwa yang menjadi sebab Allah menampakkan sebagian kerusakan di muka adalah dosa-dosa”[2].
Pada kesempatan kali ini kita tidak membahas sebab-sebab musibah (silakan klik disini), namun yang ketengahkan disini adalah bagaimana meraih kebahagiaan setelah terjerembab dalam musibah dalam perbuatan dosa dan bagaimana agar mudah meninggalkannya.
Sebagian muslim adal yang terjerembab dalam kubangan dosa perjudian, riba, zina, pacaran, khomer, rokok, narkoba dan lain-lain. Ketika telah datang keinginan untuk bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla, tak jarang kita dengar ucapan ‘susah meninggalkannya’ atau bertahap dulu meninggalkannya namun kemudian kembali lagi dalam kubangan yang sama. Maka bagaimana cara menyiasatinya ?
Semoga Allah ‘Azza wa Jalla merahmati Ibnu Qoyyim Al Jauziyah yang telah mencantumkan sebuah hal yang layak kita renungkan bersama.
انما يجد المشقة فى ترك المألوفات والعوائد من تركها لغير الله.
فأما من تركها صادقا مخلصا من قلبه لله, فانه لا يجد فى تركها مشقة الا فى أول وهلة ليمتحن : اصادق هو فى تركها أم كاذ ؟
فان صبر على تلك المشقة قليلا استحالت لذة.
قال ابن سيرين سمعت شريحا يحلف بالله ما ترك عبد لله شيئا فوجد فقده.
وقولهم من ترك لله شيئا عوضه الله خيرا منه. حق.
والعوض أنواع مختلفة وأجل ما يعوض به الأنس بالله ومحبته وطمأنينة القلب به وقوته ونشاطه وفرحه ورضاه عن ربه تعالى.
أغبى الناس من ضل في آخر سفره وقد قارب المنزل.
“Sesungguhnya orang yang menemukan rasa berat di hatinya ketika meninggalkan tabi’at dan kebiasaan buruk adalah orang yang meninggalkannya bukan karena Allah. Adapun orang yang meninggalkannya dengan jujur dan ikhlas dari hatinya karena Allah, maka sesungguhnya tidak akan menemukan di dalam hatinya rasa berat kecuali pada saat awal-awal meninggalkannya. Hal ini tidak lain kecuali untuk mengujinya apakah ia benar-benar jujur ketika meninggalkannya atau berdusta ketika meninggalkannya.
Sesungguhnya apabila ia bersabar sedikit lagi saja dalam meninggalkan perbuatan dosa dan kebiasaan buruk tersebut maka rasa berat itu akan berubah menjadi kelezetan tersendiri.
Ibnu Sirin Rohimahullah mengatakan,
سمعت شريحا يحلف بالله ما ترك عبد لله شيئا فوجد فقده
‘Aku pernah mendengar Syuraih bersumpah atas nama Allah dan mengatakan, “Tidaklah seorang hamba meniggalkan sesuatu karena Allah maka dia akan mendapatkan sesuatu yang dia tinggalkan”[3].
Demikian juga sebagaimana yang diungkapkan para ulama (bahkan ini adalah hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam)
من ترك لله شيئا عوضه الله خيرا منه
“Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah (pasti) akan gantikan dengan sesuatu yang lebih baik dari yang dia tinggalkan”[4].
Ini adalah sesuatu yang benar. Namun ganti itu bermacam-macam wujudnya. Ganti yang paling agung adalah kerinduan kepada Allah, kecintaan, ketengan hati, kekuatan, semangat, kegembiraan dan keridhoan kepada Rob nya Subhana wa Ta’ala.
Manusia yang paling dungu adalah manusia yang tersesat di akhir perjalanan hidupnya padahal dia sudah dekat dengannya”.
[[Lihat Fawaa’idul Fawaa’id oleh Syaikh ‘Ali bin Hasan Al Halabiy hafidzahullah hal. 214 terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA]
Mudah-mudahan kita termasuk orang yang khusnul khotimah dan teguh di atas jalan taubat kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala.
Sigambal, waktu subuh
2 Jumadil ‘Ulaa 1435 H / 3 Maret 2014 M / Aditya Budiman bin Usman
[1] HR. Tirmidzi no. 2499, Ibnu Majah no. 4251. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani Rohimahullah.
[2] Lihat lihat Ad Daa’u wad Dawa’u oleh Ibnu Qoyyim Al Jauziyah –rahimahullah- dengan tahqiq Syaikh ‘Ali bin Hasan Al Halaby –hafidzahullah-, hal 100, Terbitan Dar Ibnul Jauzy, Riyadh, cetakan ke dua.
[3] Jika ketika melakukan dosa dan kemaksiatan tersebut dia merasakan kenikmatan maka ketika dia meniggalkannya benar-benar karena Allah, rasa nikmat yang lebih akan digantikan untuknya. Allahu a’lam. (ed.)
[4] Syaikh ‘Ali bin Hasan hafidzahullah mengatakan, “Ini adalah makna dari sebuah hadits yang shohih”.
Leave a Reply