Anda Ahlu Tauhid, Ahlu Sunnah ? Maka Anda Harus Punya 3 Hal ini

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Anda Ahlu Tauhid, Ahlu Sunnah ? Maka Anda Harus Punya 3 Hal ini

Alhamdulillah wa Sholatu wa Salamu ‘alaa Rosulillah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.

Anda seorang yang mengaku ahlu tauhid ? Anda seorang yang mengakut ahlu sunnah ?

Permasalahan tauhid dan ahlu sunnah tentu pokok bahasan utamanya adalah aqidah dan keyakinan seseorang. Namun perlu kita buka mata kita lebih lebar. Agar pola pikir, sudut pandang kita lebih luas. Karena terlalu banyak untuk kita sebutkan kitab para ulama ahlu sunnah yang disamping menyebutkan aqidah dan tauhid mereka juga menyertakan pembahasan seputar akhlak dan sikap jiwa seorang muslim, seorang ahlu tauhid, seorang ahlu sunnah.

Lihatlah risalah Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab Rohimahullah Al Qowa’idul Arba’.

Beliau Rohimahullah mengatakan,

“Bismillah Ar Rohman Ar Rohim

Saya (Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab) memohon kepada Allah Al Karim, Robb Pemilik ‘Arsy Yang Agung, agar Dia menjadi wali/pelindung anda di kehidupan dunia dan akhirat. Menjadikan anda menjadi orang yang mendapat berkah dimanapun berada, menjadikan anda orang yang apabila mendapat nikmat bersyukur, jika mendapatkan ujian bersabar dan jika (terlanjur) melakukan perbuatan dosa (segera) memohon ampunan. Karena ketiga hal itu merupakan tanda kebahagiaan”.

Syaikh Sholeh Alu Syaikh Hafizhahullah mengatakan[1],

“Ketika Imam Rohimahullah mengatakan demikian ‘Bersyukur terhadap pemberian/nikmat, sabar ketika mendapatkan cobaan dan memohon ampunan dari perbuatan dosa’. Seakan-akan beliau melihat keadaan orang-orang yang bertauhid (ahlu tauhid). Beliau berbicara tentang 3 hal yang wajib bagi mereka (ahlu tauhid) agar selalu dalam (salah satu dari tiga) keadaan tersebut”.

Lihat pula Kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rohimahullah. Beliau mengatakan dalam Al Aqidah Al Wasithiyah,

“(Ahlu Sunnah) mengajak manusia agar bersabar ketika ditimba bala bencana, musibah. Bersyukur ketika hidup lapang. Ridho terhadap pahitnya takdir”.

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin Rohimahullah mengatakan[2],

“Dapat dikatakan bahwa kalimat ini mencakup perkara jiwa, hati mereka. Berdasarkan firman Allah Ta’ala,

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya hawa nafsu itu selalu mengajak kepada keburukan”. (QS.Yusuf [12] : 53)

Maka mereka Ahlu Sunnah mengajak kepada kebaikan (perkara jiwa dan hati) hingga pada diri mereka sendiri dan jiwa mereka sendiri”.

Lihatlah wahai saudaraku, betapa predikat ahlu sunnah itu bukan hanya berkaitan dengan manhaj dan aqidah namun meluas pada permasalahan hati, akhlak dan mu’amalah. Tidakkah kita pernah membaca sabda Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam yang amat populer berikut ?

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ – صَالِحَ الْأَخْلَاقِ-

“Sesungguhnya Aku (Muhammad Shollalahu ‘alaihi wa Sallam) diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia (akhlak yang baik)”[3].

Ngaku ahlu sunnah ? Ngaku ahlu tauhid ? Mari milikilah sifat ini gan..

#edisimariberbenahdiri

Sigambal, ditemani segelas kopi ginseng,

22 Sya’ban 1436 H, 9 Juni 2015 M

Aditya Budiman bin Usman.

[1] Lihat Syarh Al Qowa’idul Arba’ hal. 10 terbitan Darul Kautsar, Mesir.

[2] Lihat Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah hal. 346/II terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh.

[3] HR. Ahmad no. 8939, Al Baihaqi no. 21301, Bukhori dalam Adabul Mufrod no. 273. Syaikh Syu’aib Al Arnauth Rohimahullah mengatakan sanadnya kuat. Syaikh Al Albani Rohimahullah mengatakan shohih.