Tafsir Surat Al Kahfi (9)

3 May

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Tafsir Surat Al Kahfi (9)

Segala puji yang disertai pengagungan seagung-agungnya hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan perendahan diri kita yang serendah-rendahnyanya hanya kita berikan kepadaNya Robbul ‘Alamin yang telah menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam, istri-istri Beliau, Keluarganya, para Sahabatnya dan ummat Beliau yang senantiasa meniti jalannya dengan baik hingga hari kiamat.

Pada edisi kali ini kita akan melanjutkan pembahasan edisi sebelumnya.

[Tafsir Surat Al Kahfi ayat 12]

Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

 ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَى لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا (12)

“Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan ituyang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu)”. (QS. Al Kahfi [18] : 12)

Firman Allah Subhana wa Ta’ala (ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ) artinya “kemudian Kami bangunkan mereka”. Hal itu terjadi dengan membangunkan mereka dari tidurnya. Allah Subhana wa Ta’ala menyebutkan ‘membangunkan dari tidur dengan kalimat (بعثاً) yang artinya membangkitkan karena tidur merupakan sebuah kematian (kecil –ed.). Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَى أَجَلٌ مُسَمًّى ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (60)

“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan”. (QS. Al An’am [6] : 60)

Firman Allah dalam ayat yang lain,

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمّىً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآياتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Allah mewafatkan jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya. Maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (QS. Al An’am [6] : 60)[1]

Maka tidur adalah kematian (sesaat, kecil – ed).

Firman Allah Subhana wa Ta’ala (بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ) “Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui”. Mungkin akan terjadi sedikit keraguan ketika membaca ayat ini. Yaitu ‘Apakah Allah tidak mengetahui hal itu sebelum terjadinya ?”

Maka jawabnya adalah tidak (Allah Subhana wa Ta’ala telah mengetahui hal itu sebelum terjadinya –ed.). Ketahuilah bahwa kalimat/ungkapan (العبارة) ini diinginkan darinya dua hal :

[1]. Ilmu ru’yah, dzuhur, musyahadah. Yaitu maksudnya untuk kami perlihatkan secara langsung. Sebuah hal yang sudah kita pahami bersama bahwa ilmu tentang sesuatu yang akan terjadi tidaklah sama dengan ilmu tentang sesuatu yang telah terjadi. Karena ilmu Allah terhadap sesuatu sebelum terjadinya adalah ilmu bahwasanya hal itu akan terjadi. Namun ilmu setelah terjadinya adalah ilmu bahwasanya hal itu telah terjadi secara nyata.

[2]. Sesungguhnya ilmu yang berhubungan/berkaitan dengan adanya balasan pahala/dosa lah yang dimaksudkan dalam ayat ini. Sehingga maksudnya adalah agar kami mengetahui dengan ilmu yang berhubungan/berkaitan dengan balasan pahala/dosa.

Dan hal ini semisal firman Allah Ta’ala,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ

“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu”. (QS. Muhammad [47] : 31)

Sebelum kami menguji mereka (sebenarnya) kami telah mengetahui siapa yang ta’at (jihad dan sabar –dalam hal ini- ed.) dan siapa yang tidak ta’at/bermaksiat. Akan tetapi ilmu ini tidak akan dapat menjadi konsekwensi adanya balasan pahala/dosa. Sehingga makna ilmu dalam ayat ini adalah ilmu terjadinya dan akan terjadinya. Ilmu terjadinya secara nyata tidaklah sama dengan ilmu tentang akan terjadinya hal tersebut.

Adapun realisasi terjadinya hal yang sudah diketahui jika dinisbatkan kepada Allah maka tidak ada bedanya ilmu hal itu akan terjadi dan ilmu bahwa hal itu telah terjadi. Sedangkan apabila dinisbatkan kepada kita (makhluk) maka hal itu benar, sesungguhnya kita akan mengetahui hal yang akan terjadi karena adanya kabar/berita dari orang yang bisa dipercaya. Akan tetapi illmu itupun tidak sama dengan ilmu jika kita benar-benar menyaksikan dengan mata kepala kita. Oleh karena itulah ada sebuah hadits shohih,

لَيْسَ الْخَبَرُ كَالْمُعَايَنَةِ

“Khobar/kabar itu tidaklah sama dengan menyaksikan dengan mata”[2].

Firman Allah (أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَى لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا) “mengetahui manakah di antara kedua golongan ituyang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu)”. Firman Allah (الْحِزْبَيْنِ) yaitu dua golongan/kelompok.

Firman Allah (أَحْصَى) “menghitung”. Yaitu hitungan yang paling tepat.

 ***

[Diringkas dari Kitab Tafsir Surat Al Kahfi oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin hal. 23-25 terbitan Dar Ibnul Jauzi Riyadh, KSA]

 

Aditya Budiman bin Usman

-yang mengharap ampunan Robbnya-



[1] Maka cukuplah hal ini menjadi pendorong bagi kita untuk senantiasa membaca do’a/dzikir sebelum tidur. Karena tidak seorangpun yang tahu kapan jiwa kita akan dikembalikan dari tidurnya. (ed.)

[2] HR. Ahmad no. 2447 dan selainnya. Hadits ini dinilai shohih oleh Al Albani dan Ath Thohawiyah.

 

Tulisan Terkait

Leave a Reply