Makna Sholawat Atas Nabi

10 Jun

 

Makna Sholawat Atas Nabi

Segala puji yang disertai pengagungan seagung-agungnya hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan perendahan diri kita yang serendah-rendahnyanya hanya kita berikan kepadaNya Robbul ‘Alamin yang telah menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam, istri-istri Beliau, Keluarganya, para Sahabatnya dan ummat Beliau yang senantiasa meniti jalannya dengan baik hingga hari kiamat.

Sholawat atas nabi adalah sebuah kata yang sering kita dengar atau bahkan kita amalkan. Namun –Allahu a’lam- tak sedikit dari kita yang belum paham atau mengetahui apa makna sholawat atas Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam. Maka untuk itulah kami berusaha menghadirkan sebuah pembahasan ringkas seputar makna sholawat atas Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.

Dalil disunnahkannya mengucapkan sholawat atas Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.

Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya. [QS. Al Ahzab (33) : 56].

Dalil lainnya adalah sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam,

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً

“Barangsiapa yang bersholawat kepadaku dengan sebuah sholawat maka Allah akan bersholawat atasnya dengan sepuluh sholawat”[1].

Dalil lainnya adalah sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam,

الْبَخِيلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

Orang yang bakhil/pelit adalah orang yang apabila disebutkan namaku di dekatnya namun ia enggan bersholawat atasku[2].

Bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan lafadz tafdhil paling,

أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَبْخَلِ النَّاسِ ؟ قُلْتُ : بَلَى يَا رَسُولَ الله ، قَالَ : مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ.

Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Maukah kalian aku kabarkan tentang orang yang paling bakhil/pelit?” Para sahabat menjawab, “Tentu wahai Rosulullah”. Beliau Shollallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “orang yang apabila disebutkan namaku di dekatnya namun ia enggan bersholawat atasku”.

Berdasarkan kedua hadits  di atas sebagian ulama mengatakan bahwa wajib hukumnya bersholawat atas Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam jika disebutkan nama beliau.

Makna sholawat atas Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam

Al Imam Al Bukhori mencantumkan dalam kitab shohihnya,

قال أبو العالية صلاة الله عليه ثناؤه عليه عند الملائكة. وصلاة الملائكة الدعاء.

وقال ابن عباس يصلون يبركون .

Abu Al Aliyah mengatakan, “Sholawat Allah kepada Nabi adalah pujian terhadap beliau di hadapan para malaikat-Nya. Sedangkan sholawat malaikat atas Nabi adalah do’a untuk beliau”. Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Malaikat bersholawat kepadanya maknanya adalah mereka memohonkan berkah untuk beliau[3].

Sufyan Ats Tsauri Rohimahullah dan para ulama’ lainnya mengatakan,

صلاة الرب الرحمة, وصلاة الملائكة الاستغفار

“Sholawat Robb atas beliau adalah rahmat bagi beliau sedangkan sholawat para malaikat atas beliau adalah permohonan ampun untuk beliau”.

Ibnu Katsir Rohimahullah mengatakan,

“Jika ditafsirkan dengan pujian terhadap beliau di hadapan para malaikat-Nya ataupun rahmat maka kedua hal ini tidaklah saling bertentangan satu dan yang lainnya”[4].

Sedangkan Al Qodhi ‘Iyaadh Rohimahullah mengatakan,

“Mereka berdo’a agar Allah memberikan beliau rahmat dan melipat gandakan pahalanya”[5].

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin Rohimahullah mengatakan,

Makna (صلى الله عليه)  yang paling baik adalah apa yang dikatakan oleh Abu Al Aliyah yaitu pujian bagi beliau di hadapan para malaikat yang terdekat dengan-Nya. Adapun jika ditafsirkan dengan ‘do’a agar diberi rahmat’ maka ini adalah pendapat yang lemah. Karena rahmat boleh dimintakan untuk setiap orang, oleh karena itulah para ulama sepakat bolehnya mengucapkan Fulan Rohimahullah (semoga Allah merahmatinya) namun mereka berselisih pendapat apakah boleh mengucapkan Fulan Shollallahu ‘alaihi wa Sallam (صلى الله عليه). Maka hal ini menunjukkan bahwa sholawat tidaklah sama dengan permohonan/do’a agar diberi rahmat. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ

“Mereka itulah yang mendapat sholawat dan rahmat dari Robb mereka”. [QS. Al Baqoroh (2) : 157].

Pada ayat ini terdapat athof (وَ) sedangkan athof menunjukkan adanya perbedaan. Oleh sebab itu sholawat lebih khusus dari pada permohonan agar diberi rahmat[6].

 

Sigambal, Malam Senin 1 Sya’ban 1434 H/ 9 Juni 2013 M

 

Aditya Budiman bin Usman

-yang mengharap ampunan Robbnya-



[1] HR.  Muslim no. 408.

[2] HR. At Tirmidzi no. 3546 dan lain-lain, hadits ini dinilai shohih oleh Al Albani Rohimahullah.

[3] Lihat Shohih Bukhori tentang tafsir surat Al Ahzab ayat 56.

[4] Shohih Tafsir Ibnu Katsir hal. 576/III.

[5] Lihat Syarh Hisnul Muslim hal. 306 dan Shohih Tafsir Ibnu Katsir hal. 590/III.

[6] Lihat Syarh Aqidah Al Washitiyah hal. 31/I terbitan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA.

 

 

Tulisan Terkait

Leave a Reply