16 Sep
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Diantara Rahasia Surat Al Fatihah
Surat Al Fathihah memiliki kedudukan yang demikian agung. Diantara keagungannya adalah surat ini merupakan surat pembuka di dalam Al Qur’an dan surat yang paling banyak dibaca kaum muslimin dalam sehari semalam. Maka sudah menjadi sebuah kemestian bagi kita kaum muslimin untuk lebih giat memahami surat yang mulia ini.
Diantara faidah yang luar biasa jika diungkap pada masa sekarang ini berkaitan dengan Surat Al Fathihah adalah apa yang disampaikan Ibnul Qoyyim Rohimahullah. Beliau mengatakan,
للانسان قوتان
قوة علمية نظرية
وقوة عملية ارادية
وسعادته التامة موقوفة على استكمال قوتيه العلمية و الارادية.
واستكمال القوة العلمية انما يكون بمعرفة فاطره وبارئه ومعرفة أسمائه وصفاته. ومعرفة الطريق التي توصل اليه ومعرفة آفاتها ومعرفة نفسه ومعرفة عيوبها.
فبهذه المعارف الخمسة يحصل كمال قوته العلمية وأعلم الناس أعرفهم بها وأفقههم فيها.
“Manusia memiliki dua kekuatan.
Pertama, kekuatan ilmiyah/keilmuan teoritis, dan
Kedua, kekuatan amaliyah/perbuatan yang irodhiyah/sesuai keinginannya.
Kebahagian yang sempurna terletak pada kesempurnaan kekuatan ilmiyah dan irodhiyah/perbuatan yang sesuai keinginan.
Sedangkan kesempuranaan kekuatan ilmiyah hanya bisa diraih dengan pengetahuan yang mendalam terhadap Penciptanya, Dzat Yang Membuatnya menjadi ada, nama-nama dan shifat Nya, mengenal jalan menuju Nya, gangguan dalam meniti jalan menuju Nya serta mengenal aib dan kekurangan diri sendiri.
Maka dengan pengetahuan terhadap lima hal di atas terwujudlah kesempurnaan kekuatan ‘ilmiyah/keilmuan. Dan manusia yang paling tinggi kekuatan ‘ilmiyah/keilmuannya adalah orang yang paling mengenal dan paham hal-hal di atas.
استكمال القوة العلمية الارادية لا تحصل الا بمراعاة حقوقه سبحانه على العبد والقيام بها اخلاصا وصدقا ونصحا واحسانا ومتابعة وشهودا لمنته عليه وتقصيره هو في أداء حقه فهو مستحي من مواجهته بتلك الخدمة لعلمه انها دون ما يستحقه عليه ودون دون ذلك وانه لا سبيل له إلى استكمال هاتين القوتين الا بمعونته فهو مضطر الى ان يهديه الصراط المستقيم الذي هدى اليه أولياءه وخاصته وان يجنبه الخروج عن ذلك الصراط اما بفساد في قوته العلمية فيقع في الضلال واما في قوته العملية فيوجب له الغضب.
Beliau Rohimahullah melanjutkan, “Kesempurnaan kekuatan ‘ilmiyah/keilmuan teoritis tidaklah terwujud melainkan dengan mengetahui hak-hak Allah Subhana wa Ta’ala atas diri seorang hamba. Pelaksanaan hak-hak tersebut dengan penuh keikhlasan, secara benar, tulus, baik, sesuai dengan apa yang disyari’atkan dan pengakuan atas nikmat-nikmat yang Allah anugrahkan kepadanya. Apabila penunaian atas hak-hak tersebut terdapat kekurangan dalam pelaksanaanya maka seorang hamba akan malu di hadapan Allah Subhana wa Ta’ala atas khidmat yang telah dilakukannya. Hal ini karena pengetahuan/ilmunya bahwa penunaian tersebut belumlah memenuhi hak-hak Allah bahkan sangat jauh dari itu. Sesungguhnya tidak ada jalan untuk memenuhi kesempurnaan kekuatan ilmiyah/keilmuan teoritis dan kekuatan amaliyah/perbuatan yang irodhiyah/sesuai keinginannya melainkan semata-mata dengan pertolongan Nya. Sehingga diri seorang hamba benar-benar bergantung/sangat membutuhkan hidayah menuju jalan yang lurus sebagaimana hidayah yang diperoleh orang-orang sholeh dan hamba-hamba Allah yang khusus. Kemudian berusaha agar terhindar dari keinginan untuk keluar dari jalan yang lurus ini. Hal ini dapat berupa karena rusaknya kekuatan ilmiyah sehingga ia terjatuh ke dalam jurang kesesatan atau kerusakan kekuatan amaliyah sehingga ia terjatuh ke lembah kemurkaan.
أصول الهداية في سورة الفاتحة
فكمال الانسان وسعادته لا تتم الا بمجموع هذه الأمور وقد تضمنتها سورة الفاتحة وأنتظمتها أكمل انتظام. فان قوله (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ) يتضمن الاصل الاول وهو معرفة الرب تعالى ومعرفة اسمائه وصفاته وأفعاله.
والأسماء المذكورة في هذه السورة هي أصول الاسماء الحسنى وهي اسم الله والرب والرحمن.
فأسم الله متضمن لصفات الألوهية.
واسم الرب متضمن الربوبية.
واسم الرحمن متضمن لصفات الاحسان والجود والبر. ومعاني أسمائه تدور على هذا.
Pokok-pokok hidayah/petunjuk yang terdapat pada Surat Al Fatihah[1] :
“Kesempurnaan seorang manusia dan kebahagiaan hidupnya tidaklah akan terwujud secara utuh melainkan apabila terkumpul padanya perkara-perkara ini. Perkara-perkara tersebut telah terkandung pada Surat Al Fatihah dengan pengaturan yang sangat rapi dan sistematis. Maka firman Allah Subhana wa Ta’ala
(الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ), terkandung padanya pokok/prinsip pertama, yaitu pengenalan terhadap Robb Subhana wa Ta’ala, nama-nama dan shifat serta perbuatan Nya. Nama-nama yang disebutkan dalam surat ini merupakan pokok-pokok dari ‘Asma’ul Husna. Yaitu Allah, Ar Robb (Tuhan) dan Ar Rohman.
Maka nama Allah, padanya terkandung shifat ‘uluhiyah (penyembahan dan penghambaan). Nama Ar Rob (Tuhan), terkandung padanya shifat rububiyah (penciptaan, pengaturan dan penguasaan). Sedangkan nama Ar Rohman, terkandung padanya shifat ihsan/kebajikan, kasih sayang dan kebaikan. Semua nama-nama Allah Subhana wa Ta’ala (‘Asma’ul Husna) berporos pada tiga makna di atas.
وقوله (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) يتضمن معرفة الطريق الموصلة اليه وانها ليست الا عبادته وحده بما يحبه ويرضاه واستعانته على عبادته.
“Maka firman Allah Subhana wa Ta’ala (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) terkandung padanya pengetahuan atas jalan yang dapat menghantarkan kepada Allah. Sesungguhnya jalan tersebut tidak lain adalah menunggalkan Allah dalam peribadatan/penghambaan dengan sesuatu yang dicintai Nya dan diridhoi Nya serta memohon pertolongan agar mampu menunaikan peribadatan/penghambaan kepada Nya.
وقوله (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ) يتضمن بيان ان العبد لا سبيل له الى سعادته الا باستقامته على الصراط المستقيم وانه لا سبيل له الي الاستقامة الا بهداية ربه له كما لا سبيل له الى عبادته بمعونته فلا سبيل له الي الاستقامة علي الصراط الا بهدايته.
“Maka firman Allah Subhana wa Ta’ala (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ) terkandung padanya penjelasan bahwa seorang hamba yang ingin mendapatkan kebahagiaan maka satu-satunya jalan yang harus ditempuhnya adalah dengan istiqomah di atas jalan yang lurus. Dan tidak ada jalan lain menuju keistiqomahan melainkan dengan petunjuk/hidayah dari Robbnya. Sebagaimana tidak ada jalan dalam penghambaan kepada Robbnya melainkan atas pertolongan dari Nya. Maka tidak ada jalan menuju istiqomah di atas jalan yang lurus melainkan dengan hidayah dari Nya.
وقوله (غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ) يتضمن بيان طرفي الانحراف عن الصراط المستقيم وان الانحراف الى احد الطرفين انحراف الي الضلال الذي هو فساد العلم والاعتقاد والانحراف الى الطرف الآخر انحراف الي الغضب الذي سببه فساد القصد والعمل.
Maka firman Allah Subhana wa Ta’ala (غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ) terkandung padanya penjelasan dua golongan yang menyimpang dari jalan yang lurus. Sesungguhnya penyimpangan ke salah satu jalan yang menyipang tersebut adalah penyimpangan atas menuju kesesatan yang merupakan kerusakan dalam masalah ilmu dan aqidah/keyakinan. Sedangkan penyimpangan ke jalan lainnya adalah bentuk penyimpangan yang menuju ke jurang kemurkaan yang disebabkan rusaknya niat dan amal”.
فأول السورة رحمة وأوسطها هداية وآخرها نعمة
“Maka awal Surat Al Fatihah adalah rohmat, pertengahannya adalah hidayah/petunjuk dan akhirnya adalah nikmat”.
العبد بين النعمة و الهداية
وحظ العبد من النعمة على قدر حظه من الهداية وحظه منها على قدر حظه من الرحمة. فعاد الأمر كله الى نعمته ورحمته والنعمة والرحمة من لوازم ربوبيته فلا يكون الا رحيما منعما وذلك من موجبات الهيته فهو الأله الحق وان جحده الجاحدون وعدل به المشركون.
فمن تحقق بمعاني الفاتحة علما ومعرفة وعملا وحالا فقد فاز من كماله بأوفر نصيب وصارت عبوديته عبودية الخاصة الذين ارتفعت درجتهم عن عوام المتعبدين. والله المستعان
Seorang hamba diantara nikmat dan hidayah[2] :
“Bagian/jatah nikmat seorang hamba dari suatu nikmat sebanding dengan bagian/jatah hidayah/petunjuk. Sedangkan bagian petunjuk/hidayah sebanding dengan bagian/jatah dari rahmat. Maka seluruh perkara kembali ke nikmat dan rahmat. Nikmat dan rahmat merupakan konsekwensi dari rububiyah Allah. Sehingga Allah adalah Dzat Yang Maha Memberikan Nikmat dan Dzat Yang Maha Penyayang/Rahmat. Hal itu merupakan konsekwensi uluhiyah (penghambaan kepada) Nya. Sehingga Allah adalah Sesembahan Yang Hak (Benar) meskipun para pembangkang mengingkarinya dan kaum musyrikin menyekutukannya.
Maka barangsiapa yang merealisasikan makna-makna Surat Al Fatihah berdasarkan ilmu, amal dan kenyataan maka sesungguhnya dia telah beruntung dengan keberuntungan yang berlimpah ruah. Sehingga penghambaannya kepada Allah adalah penghambaan khusus yang dapat mengangkat derajat peribadatannya dari penghambaan kebanyakan ahli ibadah semata”.
[Diterjemahkan secara bebas dari Kitab Fawa’idul Fawa’id oleh Syaikh ‘Ali bin Hasan Al Halabiy hal. 99-101 terbitan Dar Ibnul Jauziy (1429 H), Riyadh, KSA]
Mudah-mudahan bermanfaat.
Sigambal, Setelah Subuh
28 Syawal 1434 H / 5 September 2013 M / Aditya Budiman bin Usman
[1] Kalimat ini berasal dari sub bab yang disusun Syaikh ‘Ali bin Hasan Al Halabiy hafidzahullah.
[2] Kalimat ini berasal dari sub bab yang disusun Syaikh ‘Ali bin Hasan Al Halabiy hafidzahullah.
Leave a Reply