Seputar Lailatul Qodar -2

9 Aug

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Seputar Lailatul Qodar -2

Alhamdulillah pada tulisan kali ini kita akan melanjutkan pembahasan yang telah lalu. Jika telah jelas bagi kita kapan kita diperintahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam untuk mencari lailatul qodr, maka pertanyaan yang terlintas di benak seorang muslim adalah bagaimana cara mendapatkan lailatul qodr itu.

[Bagaimana Mendapatkannya (?) ]

Penulis Shifat Shoum Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan,

“Orang yang terlahalang dari mendapatkan malam yang penuh berkah ini berarti ia telah terhalang dari mendapatkan seluruh kebaikan. Tidaklah seseorang terhalangi untuk mendapatkannya melainkan ia termasuk orang yang dihalangi Allah. Oleh karena itu dianjurkan bagi seorang muslim untuk benar-benar bersemangat menjalankan taat kepada Allah dalam rangka menghidupkan malam lailatul qodr karena iman dan berharap pahala yang agung dari Allah. Jika ia melakukannya maka niscaya Allah akan memberikan ampunan terhadap dosa-dosanya. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang mengerjakan sholat pada malam lailatul qodr karena iman dan mengharap pahala maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu”[1].

Dianjurkan juga berdo’a dan memperbanyak do’a pada malam tersebut. Terdapat riwayat dari ‘Aisyah Rodhiyallahu ‘anha, beliau bertanya kepada Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,

يَا رَسُولَ اَللَّهِ : أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ اَلْقَدْرِ, مَا أَقُولُ فِيهَا ؟ قَالَ: ” قُولِي: اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

“Wahai Rosulullah, bagaimana pendapatmu jika aku mendapatkan malam lailatul qodr ? Apa do’a yang aku panjatkan ketika itu ? Bacalah (اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي) Yang Allah sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Pemaaf dan Mencintai Maaf maka ampunilah aku”[2].

Saudara – saudarku mudah-mudahan Allah menganugrahkan berkah dan menunjuki dirimu dalam ketaatan kepadaNya. Anda telah mengetahui bagaimana kedudukan dan keutamaan mala mini maka hendaklah engkau melaksanakan sholat malam pada sepuluh hari yang akhir di Bulan Romadhon. Hidupkanlah malammu dengan mengerjakan ibadah, jauhilah (sementara) pergaulan suami istri. Ajaklah keluargamu untuk menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah.

Telah diriwayatkan dari ‘Aisyah Rodhiyallahu ‘anha,

كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

“Merupakan sebuah kebiasaan Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam jika telah masuk sepuluh hari terakhir Bulan Romadhon beliau menguatkan ikatan kainnya (menghindari hubungan suami istri), menghidupkan malamnya dengan ibadah dan membangunkan istrinya untuk menghidupkan malam dengan ibadah[3][4].

Bahkan Sufyan Ats Tsauri mengatakan,

أَحَبُّ إِلَيَّ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ الْأَوَاخِرُ أَنْ يَتَهَجَّدَ بِالْلَّيْلِ وَ يَجْتَهِدَ فِيْهِ وَ يُنْهِضُ أَهْلَهُ وَ وَلَدَهُ إِلَى الصَّلَاةِ إِنْ أَطَاقُوا ذَلِكَ

“Hal yang paling aku cintai jika telah memasuki sepuluh hari terakhir Bulan Romadhon adalah bertahajjud di malam hari dan bersungguh-sungguh beribadah pada malam tersebut, membangunkan istri dan anak untuk melaksanakan sholat jika mereka mampu melaksanakannya”[5].

قَدْ نَقَلَ الشَّافِعِيُ فِيْ الْأُمِ عَنْ جَمَاعَةٍ مِنْ خِيَارِ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ مَا يُؤَيَّدَهُ و نَقَلَ بَعْضُ أَصْحَابِهِمْ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ إِحْيَاءَهَا يَحْصُلُ بِأَنْ يُصَلِّيَ الْعِشَاءَ فِيْ جَمَاعَةٍ وَ يَعْزِمَ عَلَى أَنْ يُصَلِّيَ الصُبْحَ فِيْ جَمَاعَةٍ

“Imam Syafi’I telah menukil dalam kitabnya Al Umm dari sejumlah orang-orang terpilih dari madinah dan sebagian dari mereka menukil dari Ibnu ‘Abbas bahwa termasuk menghidupkan malam lailatul qodr dengan melaksanakan sholat isya secara berjama’ah (di mesjid) dan bertekad kuat untuk melaksanakan sholat subuh secara berjama’ah (di mesjid)”[6].

Hal yang hampir serupa juga dikatakan Imam Malik dalam kitab Al Muwwatho’ dari Sayyid bin Al Musayyib[7].

Jika demikian maka termasuk menghidupkan malam lailatul qodr membaca Al Qur’an, mengkajinya, berdzikir dan lain-lain yang merupakan ibadah di malam tersebut. Namun tidaklah ragu bahwa menghidupkannya dengan sholat jauh lebih utama sebagaimana apa yang dikerjakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya Rodhiyallahu ‘anhum.

Sigambal Ba’da Tarawih, malam 18 Romadhon 1433 H/06 Agustus 2012 M

 

[Aditya Budiman bin Usman]



[1] HR. Bukhori no. 1802 dan Muslim no. 759.

[2] HR. Tirmidzi no. 3513 dan lain-lain. Hadits ini dinilai shohih oleh Al Albani dan dinilai hasan shohih oleh At Tirmidzi.

[3] HR. Bukhori no. 2024, Muslim no. 1174.

[4] Lihat Shifat Shoum Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam hal. 88-89 terbitan Al Makatab Al Islamiyah, Yordania

[5] Lihat Lathoif Ma’arif oleh Ibnu Rojab hal. 331 terbitan Maktabah Al Islami, Beirut.

[6] Idem.

[7] Idem.

Tulisan Terkait

Leave a Reply