6 Nov
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Keutamaan Bulan Muharrom
Segala puji hanya milik Allah Tabaroka wa Ta’ala dan kembali pada-Nya, hidup kita, mati kita hanya untuk menghambakan diri kita kepada Dzat yang tidak membutuhkan sesuatu apapun dari hambanya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah, Muhammad bin Abdillah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam, beserta keluarga dan para sahabat beliau radhiyallahu ‘anhum.
Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirikamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. [QS. At Taubah (9) : 36]
Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبٌ شَهْرُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Sesungguhnya zaman telah berputar seperti ini ketika Allah mencipatakan langit-langit dan bumi. Dalam satu tahun ada dua belas bulan. Diantara bulan tersebut ada 4 bulan yang disebut bulan haram, yaitu 3 bulan diantaranya saling berurutan yaitu Bulan Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rojab yang baik yang berada diantara bulam Jumada dan Sya’ban”[1].
Ibnu Katsir Rohimahullah mengatakan,
وإنما كانت الأشهر المحرمة أربعة، ثلاثة سَرْدٌ وواحد فرد؛ لأجل أداء مناسك الحج والعمرة، فحرم قبل شهر الحج شهر، وهو ذو القعدة؛ لأنهم يقعدون فيه عن القتال، وحُرِّم شهر ذي الحجة لأنهم يوقعون فيه الحج ويشتغلون فيه بأداء المناسك، وحرم بعده شهر آخر، وهو المحرم؛ ليرجعوا فيه إلى نائي أقصى بلادهم آمنين، وحرم رجب في وسط الحول، لأجل زيارة البيت والاعتمار به، لمن يقدم إليه من أقصى جزيرة العرب، فيزوره ثم يعود إلى وطنه فيه آمنا.
“Bulan yang haram itu hanya ada 4 bulan. 3 diantaranya berurutan dan 1 diantaranya sendirian. Hal ini karena pada 3 bulan yang berurutan dilakasanakan padanya ibadah haji dan umroh. Maka diharamkanlah 1 bulan sebelum bulan haji, yaitu Bulan Dzul Qo’dah. Karena mereka menahan diri tidak melakukan perang pada bulan tersebut. Diharamkan Bulan Dzul Hijjah karena pada Bulan tersebut dilaksanakan haji dan mereka disibukkan untuk menunaikan manasik hajinya. Kemudian diharamkan bulan berikutnya yaitu Bulan Muharrom untuk memberikan kesempatan orang-orang yang sudah melaksanakan haji untuk kembali ke kampung halamannya dengan rasa aman diperjalanan. Kemudian diraharamkan bulan Rojab di tengah tahun untuk memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk berziarah ke Mekkah dan melaksanakan umroh bagi orang-orang yang tinggal jauh dari Jazirah Arab. Sehingga pada bulan itu mereka berziarah dan kembali ke kampung halamannya dalam keadaan aman”[2].
Firman Allah Subhana wa Ta’ala dalam Surat At Taubah di atas (فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ) “Janganlah kalian menzholimi diri kalian sendiri pada bulan-bulan ini”. Yaitu pada 4 bulan yang diharamkan ini karena pada bulan-bulan ini dosa-dosa dilipatgandakan melebihi pada bulan-bulan selainnya. Hal ini sebagaimana maksiat di negeri haram (Mekkah dan Madinah) juga dilipatgandakan melebihi negeri selainnya[3].
Al Imam Qotadah Rohimahullah mengatakan,
إن الظلم في الأشهر الحرم أعظم خطيئة ووزرًا، من الظلم فيما سواها، وإن كان الظلم على كل حال عظيما، ولكن الله يعظم من أمره ما يشاء
“Sesungguhnya kezholiman pada bulan-bulan haram sangat-sangat berbahaya dibandingkan pada bulan selainnya. Walaupun kezholiman itu sendiri (walaupun di selain bulan-bulan haram) merupakan perkara yang sangat berbahaya. Namun Allah Subhana wa Ta’ala mengagungkan setiap perkara yang dikehendaki-Nya”[4].
Mudah-mudahan bermanfaat.
Sigambal, Akhir Dzul Hijjah 1434 H
Aditya Budiman bin Usman
-yang mengharap ampunan Robbnya-
[1] Muttafaqun ‘alaih.
[2] Lihat Tafsir Ibnu Katsir hal. 148/IV, cet. Dar Thoyyibah.
[3] Idem.
[4] Idem.
Leave a Reply