Bertaqwa dan Mencari Rezki dengan Cara Yang Baik

20 Jan

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Bertaqwa dan Mencari Rezki dengan Cara Yang Baik

Alhamdulillah wa shollatu wa sallamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa aalihi wa ashaabihi ajma’ain.

Allah Subhana wa Ta’ala dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan kita untuk mencari rizki. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan perbanyaklah mengingat Allah, supaya kamu beruntung. (QS. Al Jumu’ah [62] : 10)

Syaikh ‘Abdur Rohman bin Nashir As Sa’diy Rohimahullah menafsirkan ayat ini dengan mengatakan,

{ فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ } لطلب المكاسب والتجارات ولما كان الاشتغال في التجارة، مظنة الغفلة عن ذكر الله، أمر الله بالإكثار من ذكره، فقال: { وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا } أي في حال قيامكم وقعودكم وعلى جنوبكم، { لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ } فإن الإكثار من ذكر الله أكبر أسباب الفلاح.

Firman Allah Subhana wa Ta’ala,

{ فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ }

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi”.

Maksudnya adalah untuk mencari nafkah atau melakukan jual beli. Oleh karena ketika mencari nafkah atau tersibukkan jual beli adalah saat dimana orang lupa dari mengingat (aturan-aturan Allah –ed.) maka Allah perintahkan pada saat itu untuk memperbanyak mengingat Allah (aturan-aturan Allah –ed.). Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

{ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا }

 “Dan perbanyaklah mengingat Allah”

Yaitu ketika kalian berdiri, duduk ataupun berbaring. Firman Allah Subhana wa Ta’ala,

{ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ }

“Supaya kamu beruntung”

Karena banyak mengingat Allah merupakan sebab-sebab kebahagian/kesuksesan”[1].

Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

فَاتَّقُوْا اللهَ وَ اَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ

“Bertaqwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rizki”[2].

Dalam sebuah redaksi lain hadits ini disebutkan,

فَإِنَّ كُلَّا مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ

“Karena sesungguhnya segala sesuatu dimudahkan atas apa dia diciptakan”.

Ibnul Qoyyim Rohimahullah mengatakan,

جمع النبى فى قوله فاتقوا الله وأجملوا فى الطلب بين مصالح

 الدنيا والآخرة.

ونعيمها ولذاتها انما ينال بتقوى الله.

وراحة القلب والبدن وترك الاهتمام والحرص الشديد والتعب والعناد والكد والشقاء فى طلب الدنيا انما ينال بالاجمال في الطلب.

فمن اتقى الله فاز بلذة الآخرة ونعيمها ومن أجمل فى الطلب استراح من نكد الدنيا وهمومها فالله المستعان

 قد نادت الدنيا علي نفسها … لو كان فى ذا الخلق من يسمع

 كم واثق بالعيش أهلكته … وجامع فرقت ما يجمع

“Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam dalam sabdanya,

فَاتَّقُوْا اللهَ وَ اَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ

“Bertaqwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rizki”.

Beliau menggabungkan antara kemashlahatan dunia dan akhirat. Maka kenikmatan dan kelezatan dunia hanyalah dapat dicapai dengan bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Kelapangan/kelegaan hati dan badan serta terhindar dari sifat rakus, terhindar dari sangat menginginkan harta, terhindar dari keletihan, terhindar dari susah payah dan terhindar dari kesengsaraan dalam mencari dunia hanya bisa diraih dengan memperbagus ketika mencari nafkah/rizki.

Maka barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, dia akan berhasil mendapatkan kelezatan akhirat dan kenikmatannya. Dan barangsiapa yang memperbagus mencari dunia maka hatinya akan terbebas dari kesulitan dunia penderitaan di dunia. Maka hanya kepada Allah kita mohon pertolongan.

(disebutkan dalam sebuah syair),

Dunia menyeru kepada dirinya……

Seandainya orang yang memiliki naluri mau mendengar……….

Betapa banyak orang yang berpegang atas  kehidupan dunia telah aku binasakan…….

Betapa banyak orang yang berusaha mengumpulkan dunia telah dicerai beraikan………”[3].

Maka marilah kita mencari dunia dengan cara yang halal dan menjauhi cara yang Allah Subhana wa Ta’ala dan RosulNya Shollallahu ‘alaihi wa Sallam larang agar kita bisa terhindar dari kerakusan terhadap harta dan kefakiran kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla.

 

 

Sigambal, ditemani tangisan pagi Syifa

7 Robi’ul Awal 1435 H / 8 Januari 2014 M / Aditya Budiman bin Usman



[1] Lihat Taisir Karimir Rohman hal. terbitan Dar Ibnu Hazm Beirut.

[2] HR. Ibnu Majah no. 2144, Al Baihaqi 265/VI dan lain-lain.

[3] Lihat Fawaidul Fawaid oleh Syaikh Ali bin Hasan Al Halabiy hafidzahullah hal. 179.

 

Tulisan Terkait

Leave a Reply