5 Dec
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Syafa’at Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
Alhamdulillah wa Sholatu wa Salamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala Alihi wa Ashabihi Ajma’in. Amma ba’du,
Aqidah merupakan masalah yang paling mendasar di dalam agama islam. Dengan aqidah terpisahlah ahlu sunnah dan ahlu bid’ah. Dengan aqidah terpisahlah siapa yang benar-benar dalam imannya dan siapa yang berpegang pada akal dan hawa nafsu semata.
Salah satu istilah aqidah yang sering kita dengar adalah istilah syafa’at Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Berkaitan dengan hal tersebut kami akan nukilkan sebagian nukilan dari para ulama salaf berkaitan dengan syafa’at Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Abu ‘Utsmaan ‘Ismaa’il bin ‘Abdurrohmaan Ash Shoobuunii (373-449 H) Rohimahullah mengatakan,
Ahlu Diin dan Ahlu Sunnah beriman terhadap syafa’at Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bagi orang-orang yang berdosa dari kalangan ahli tauhid dan orang-orang yang melakukan dosa besar (dari kalangan ahli tauhid –pent.) sebagaimana yang terdapat dalam rowayat-riwayat yang shohih dari Rasullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :
شَفَاعَتِى لأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِى
Dari ‘Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
“Syafa’atku bagi orang-orang yang melakukan dosa besar dari ummatku (ahli tauhid –pent.)”[1].
Dalil lainnya adalah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dari ‘Abdullah bin ‘Umar Rodhiyallahu ‘anhuma. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
خُيِّرْتُ بَيْنَ الشَّفَاعَةِ، أَوْ يَدْخُلُ نِصْفُ أُمَّتِى الْجَنَّةَ، فَاخْتَرْتُ الشَّفَاعَةَ، لأَنَّهَا أَعَمُّ، وَأَكْفَى، أَتُرَوْنَهَا لِلْمُنَقَّيْنَ لاَ، وَلَكِنَّهَا لِلْمُتَلَوِّثِينَ الْخَطَّاءُونَ
“Aku diberi pilihan antara syafa’at atau separuh ummatku masuk surga. Maka aku memilih syafa’at karena syafa’at lebih umum dan lebih mencukupi. Apakah menurutmu syafa’at tersebut bagi orang yang bertaqwa ? Tidak bahkan untuk orang yang melakukan perbuatan dosa yang berlumuran kesalahan”[2].
Hadits yang lain adalah sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu. Dia mengatakan,
يَا رَسُول اللَّه مَنْ أَسْعَد النَّاس بِشَفَاعَتِك يَوْم الْقِيَامَة ؟ قَالَ : لَقَدْ ظَنَنْت يَا أَبَا هُرَيْرَة أَنْ لَا يَسْأَلنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيث أَوْلَى مِنْك لِمَا رَأَيْت مِنْ حِرْصك عَلَى الْحَدِيث أَسْعَد النَّاس بِشَفَاعَتِي يَوْم الْقِيَامَة مَنْ قَالَ : لَا إِلَه إِلَّا اللَّه مِنْ قِبَل نَفْسِهِ
“Wahai Rosulullah siapakah manusia yang paling bahagia dengan syafa’atmu di hari qiyamat ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Aku mengira wahai Abu Huroiroh tidak ada orang yang lebih dahulu bertanya tentang hal ini selain dirimu karena semangatmu terhadap hadits. Manusia yang paling bahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengatakan Laa Ilaaha Illalah (tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah) dari dalam lubuk hatinya”[3].
Mudah-mudahan bermanfaat bagi kami sebagai tambahan amal dan pembaca sebagai tambahan ilmu dan amal.
Selepas Isya’
Aditya Budiman bin Usman
-Semoga Allah menjauhkan kami dari api neraka-
[1] HR. Tirmidzi no. 2435, Abu Dawud no. 4741. Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shohih ghorib dari jalur ini. Al Albani menilai hadits ini shohih.
[2] HR. Ahmad no. 4311, penulis Majma’ Zawaaid mengatakan, “Rijal Thobroni adalah rijal yang shohih kecuali An Nu’man bin Qorod, sedangkan dia adalah rijal yang tsiqoh”.
[3] HR. Bukhori no. 6570.
Leave a Reply