Ketika Ada Pertanyaan Siapa Yang Menciptakan Allah

20 Dec

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Ketika Ada Pertanyaan Siapa Yang Menciptakan Allah

Segala puji kita haturkan kepada Allah Subhana wa Ta’ala Dzat Yang Maha Hikmah dan ilmuNya meliputi segala sesuatu. Sholawat serta salam semoga senantiasa terhatur kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, kepada keluarga, sahabat dan umat beliau.

Suatu hal yang tidak terbantahkan bahwa islam adalah agama yang sempurna, salah satu buktinya adalah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,

مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرَّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ إِلَّا وَقَدْ بَيَّنَ لَكُمْ

“Tidaklah tersisa satu pun yang dapat mendekatkan kalian ke surga dan menjauhkan diri kalian dari neraka melainkan telah aku jelaskan kepada kalian”[1].

Apatah lagi masalah akidah yang menjadi pembeda antara orang islam dan orang kafir, ahlu sunnah dan ahlu bid’ah serta pengikut bid’ah.

Adalah sebuah pertanyaan yang terlihat sepele bagi kita, terutama yang mempelajari bidang eksakta teori sebab dan akibat, atau pencipta dan yang diciptakan, dst . sehingga tak jarang orang yang menggeluti bidang ini ada yang menjadi atheis karena tidak bisa memecahkan masalah ini, yaitu siapakah yang menciptakan Allah ?

Nah berkaitan dengan hal ini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah menjelaskan kepada kita obat mujarab ketika dihinggapi syubhat ini. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

يَأْتِى الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ مَنْ خَلَقَ كَذَا وَكَذَا حَتَّى يَقُولَ لَهُ مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ فَإِذَا بَلَغَ ذَلِكَ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ

“Syaithon akan mendatangi salah seorang dari kalian, lalu dia (syaithon) mengatakan, “Siapakah yang menciptakan ini dan itu? Hingga ia menanyakan, “Siapakah yang menciptakan Robb mu? Jika telah sampai pada pertanyaan itu maka jika telah sampai pada pertanyaan tersebut maka berta’awwudzlah kepada Allah dan hentikanlah fikiran itu”[2].

Dalam riwayat lain disebutkan,

لاَ يَزَالُ النَّاسُ يَتَسَاءَلُونَ حَتَّى يُقَالَ هَذَا خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ فَمَنْ خَلَقَ اللَّهَ فَمَنْ وَجَدَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَلْيَقُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ

“Manusia tidak akan henti-hentinya saling bertanya hingga muncul pertanyaan Allah menciptakan mahluk. Lalu siapa yang menciptakan Allah. Maka barangsiapa yang menemui pertanyaan yang semisal maka katakanlah aku beriman kepada Allah[3].

 

Maka lihatlah betapa Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah memberikan 3 obat mujarab untuk mengatasi permasalahan yang ini.

Obat/jurus pertama, menghentikan pikiran tersebut.

Akal manusia memiliki keterbatasan yang sangat. Oleh karena itu akal kita tidak akan sanggup memahami soal atau dapat kita katakan syubhat di atas yang dilecutkan syaithon kepada kita. Bahkan syubhat ini adalah sekeji-keji syubhat yang dilontarkan syaithon kepada anak keturunan Nabi Adam ‘Alaihissalam. Apa yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ajarkan disini sesuai dengan firman Allah Subhana wa Ta’ala,

وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى

“Dan kepada Robbmulah kesudahan segala sesuatu”. (QS. An Najm [53] : 42).

Obat/jurus kedua, berta’awwudz kepada Allah dari Syaithon.

Syaikh Abdur Rohman bin Nashir As Sa’di Rohimahullah mengatakan,

“Wajib atas setiap manusia jika menemui perkara di atas berta’awwudz kepada Allah dengan penuh shidqu[4] dan Quwwah[5] maka Allah ‘Azza wa Jalla akan melindunginya dan mengusirnya dari syaithon sehingga hilanglah was was yang bathil”[6].

 Obat/jurus ketiga,

Menghentikannya dengan kebalikan dari was-was yakin. Yang wajib bagi kita adalah berlindung, pasrah dan bepegang teguh atas aqidah yang shohih.

Jika kita perhatikan paparan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam hadits di atas maka perlu kita garis bawahi bahwa ketika cara di atas akan bisa benar-benar mujarab jika dilandasi ilmu aqidah yang haq yang benar-benar menghujam di hati. Allahu a’lam

Mudah-mudahan bermanfaat bagi kami sebagai tambahan amal dan pembaca sebagai tambahan ilmu dan amal.

Selepas Isya’

Aditya Budiman bin Usman (Semoga Allah menjauhkan kami dari api neraka)



[1] Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh ‘Ali Hasan bin Abdul Hamid hafidzahullah dalam ‘Ilmu ‘Ushul Bida’ hal. 19 terbitan Dar Ar Royan, Riyadh.

[2] HR. Bukhori no. 3276 dan Muslim no. 134.

[3] HR Muslim no. 134.

[4] Allahu  a’lam yang beliau maksudkan dengan ini adalah jujur dalam niatnya ketika berta’awwudz bukan karena sum’ah apalagi riya’. (pent.)

[5] Allahu  a’lam yang beliau maksudkan dengan ini adalah kekuatan ilmu dan amal (pent.)

[6] Lihat Bahjah Qulubil Abror terbitan Dar ilmi wal kutub. Beirut hal. 31

 

Tulisan Terkait

Leave a Reply