31 Oct
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Bersabarlah Wahai Da’i Ilaa Allah
Segala puji yang disertai pengagungan seagung-agungnya hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan perendahan diri kita yang serendah-rendahnyanya hanya kita berikan kepadaNya Robbul ‘Alamin. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam.
[Para Ulama adalah Pewaris Para Nabi]
Sebuah hal yang sangat membanggakan setiap orang jikalau ia adalah termasuk perwaris dari keturunan ningrat, orang berkedudukan sosial yang tinggi, konglomerat atau pun aristokrat. Hal ini merupakan suatu hal yang hampir setiap kita merasakannya. Namun tahukah kita ada pewaris yang lebih mulia dibandingkan itu semua. Merekalah para ulama’. Merekalah yang mewarisi para Nabi sholawatullah wa salamu alaihim ajma’in. Nabi yang paling mulia shallallahu ‘alaihi was sallam mengatakan,
….إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ….
“……..Sesungguhnya para ulama adalah pewarisnya para Nabi. Sesungguhnya para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham (akan tetapi) mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil warisan yang banyak…..”[1].
Maka berbahagialah wahai penuntut ilmu karena sesungguhnya dirimu tengah berusaha mendapatkan warisan para Nabi.
[Berilmu Dahulu, Ber’amal kemudian Berda’wah dan Bersabar ]
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu, betapa banyak Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan ilmu dan orang-orang yang memiliki ilmu di dalam Al Qur’anul Karim, semisal firman Allah,
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
“Apakah sama antara orang yang memiliki ilmu dan orang yang tidak memiliki ilmu ?”. ( QS. Az Zumar [39] : 9).
Demikian juga Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam demikian banyak menyebutkan ilmu di dalam hadits-haditsnya diantaranya,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu (agama) hukumnya wajib bagi setiap muslim”[2].
Demikian juga al Imam Al Bukhori rohimahullah menyebutkan di dalam kitab Shahihnya, “Bab Berilmu sebelum Berkata dan Ber’amal”. Demikian juga Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab mengatakan, “Wajib bagi kita mengetahui empat hal. Pertama ilmu, yaitu ilmu tentang pengenalan terhadap Allah, NabiNya dan Agama Islam dengan dalilnya. Kedua ber’amal dengan ilmu. Ketiga mendakwahkannya. Keempat bersabar atas gangguan dalam berda’wah”. Dalil yang mendukung pernyataan beliau ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
(وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣
“Demi Masa. Sesungguhnya seluruh manusia berada dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman, ber’amal sholeh saling nasihat menasehati di atas al haq (Iman) dan saling menasehati dalam kesabaran (dalam kesabaran dan dari ma’siat)”. ( QS. Al ‘Ashr [103] : 1-3).
Sisi pendalilannya adalah sebagai berikut. Iman tidaklah akan menjadi iman yang benar, demikian juga amal kecuali jika iman dan amal tersebut di dasari ilmu. Selanjutnya sisi pedalilan masalah yang ketiga dan keempat sudah jelas dalam lanjutannya ayat[3]. Sehingga apabila kita tidak melakukan keempat hal di atas maka kita termasuk orang-orang yang merugi.
[Wajib Hukumnya Bersabar di Dalam Dakwah]
Wajib hukumnya setiap da’i bersabar di atas jalan da’wah kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ
(Luqman mengatakan) “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu”. ( QS. Luqman [31] : 17).
Sisi pendalilannya hukum asal perintah adalah wajib. Sehingga wajib atas orang yang menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar (yaitu berda’wah di jalan Allah) untuk bersabar di atas jalan dakwah.
Demikian juga Firman Allah dalam ayat yang lain,
فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ
(Allah berfirman kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam) “Bersabarlah engkau wahai Muhammad dalam menyampaikan risalah Rob mu[4]”. ( QS. Al Insan [76] : 24).
Sisi pendalilannya hampir sama dengan ayat di atas.
[Kesabaran di Dalam Da’wah Tidak Akan Membahayakan Diri Kita]
Hendaklah kita menjadi orang yang senantiasa sabar dalam jalan da’wah kepada Allah. Jikalau kita mendapatkan gangguan maka gangguan tersebut merupakan tabiat manusia jika diajak kepada kebaikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا
“Sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka”. ( QS. Al An’am [6] : 34).
Rosul-rosul Allah diganngu dengan perkataan dan perbuatan orang-orang kafir. Mereka mengatakan rosul-rosul dengan perkataan bahwa rosul itu adala seorang penyihir yang gila, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ
“Demikianlah tidak seorang r0sulpun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan, “Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila”. ( QS. Adz Dzariyat [51] : 52).
Demikian juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
“Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rosul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mengolok-olok di antara mereka balasan (azab) olok-olokan mereka”. ( QS. Al An’am [6] : 10).
Bahkan diantara mereka ada yang mendapat rintangan dengan pembunuhan, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ
“Apakah setiap datang kepadamu seorang rosul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong, maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?”. ( QS. Al Baqoroh [2] : 87).
Barangsiapa yang meniti jalan mereka maka mereka akan mendapatkan apa yang didapatkan oleh para utusan Allah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)”. ( QS. Al An’am [6] : 112).
Namun dengan kesabaran dan ketaqwaan maka tidaklah membahayakanmu tipu muslihat yang dilancarkan dari musuh-musuh da’wah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
“Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan”. ( QS. Ali ‘Imron [3] : 120).
[Keberhasilan dalam Da’wah Dapat Diraih dengan Kesabaran dan Ketaqwaan]
Keberhasilan dalam da’wah dapat diraih dengan kesabaran dan ketaqwaan, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan teguh/tegarlah di hadapan musuhmu[5] dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. ( QS. Ali ‘Imron [3] : 200).
[Pertolongan Allah Tidaklah Mesti Kita Saksikan Buahnya Ketika Kita Hidup]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا
“Sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka”. ( QS. Al An’am [6] : 34).
Maka lihatlah saudaraku pertolongan Allah pasti datang jika kita tetap bersabar di atas jalan da’wah. Selanjutnya keberhasilan da’wah kita tidaklah mesti kita lihat ketika kita masih hidup, boleh jadi buah dari da’wah kita terlihat setelah ruh kita dicabut Allah ‘Azza wa Jalla[6].
[Semakin Sulit Keadaan yang Kita Dapati Maka Semakin Dekat Pertolongan Allah[7]]
Allah Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا . إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. (QS. Al Insyiroh [94] : 5-6)
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rohimahullah mengatakan ketika menjelaskan firman Allah di atas,
“(الْعُسْرِ) : kesulitan yang pertama dalam bentuk ma’rifat diulangi pada (الْعُسْرِ) : kesulitan yang kedua. Huruf alif dan lam di sini berfungsi sebagai alif lam lil ‘ahdidz dzkir –alif lam untuk mengikat ingatan- sedangkan (يُسْرًا) : kemudahan tidak dalam bentuk ma’rifat namun nakiroh. Kaidah dalam ilmu balaghoh jika terjadi pengulangan kata dalam bentuk ma’rifat maka kata yang kedua sama dengan kata yang pertama, sedangkan jika terjadi pengulangan kata dalam bentuk nakiroh maka kata yang kedua bukanlah kata yang pertama[8]. Dengan demikian dalam ayat yang mulia ini terdapat dua kemudahan dalam satu kesulitan”[9].
Kemudian beliau rohimahullah mengatakan, “Ketika semakin sebuah perkara makin susah untukmu maka tunggulah (namun dengan usaha, pasti akan ada) kemudahan”[10].
[Janganlah Lupa Mendo’akan Mad’u (orang yang dida’wahi)]
Contoh kita dalam masalah ini adalah Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam, walaupun beliau disakiti namun beliau tidaklah lupa mendo’akan mad’unya.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِى فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ
“Ya Allah Ampunilah kaumku karena mereka adalah orang-orang yang tidak berilmu”[11].
Mudah-mudahan bermanfaat.
Sigambal, Setelah Isya’ 1 Dzul Hijjah 1432 H / 29 Oktober 2011
Aditya Budiman bin Usman
[1] HR. Abu Dawud no. 3641, Tirmidzi no. 2898, Ibnu Majah no. 228, Al Albani rohimahullah sanadnya shahih.
[2] HR. Ibnu Majah no. 224, Al Albani rohimahullah sanadnya shahih.
[3] Lihat Husulul Ma’mul oleh Syaikh Abdullah bin Sholeh Al Fauzan hal. 23-24 terbitan Maktabah Ar Rusyd Riyadh, KSA. (Dengan perubahan redaksi dari kami)
[4] Lihat Tafsir Jalalain hal. 590 terbitan Darus Salam, Riyadh.
[5] Lihat Aitsarut Tafasir oleh Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairy rohimahullah hal. 337/I terbitan Matabah Al ‘Ulum wal Hikam, Riyadh, KSA.
[6] Lihat Syarh Tsalatsatul Ushul oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rohimahullah hal. 24 terbitan Dar Tsuroya, Riyadh, KSA.
[7] Selengkapnya tentang masalah ini silakan lihat tulisan kami yang berjudul 2 Kemudahan vs 1 Kesulitan
[8] Artinya ada dua kemudahan.
[9] Lihat Tafsir Al Qur’anul Kariim (bagiab Juz ‘Amma) oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin hal. 253, terbitan Dar Tsuroya, Riyadh, KSA.
[10] Idem.
[11] HR. Bukhori no. 3477, Muslim no. 4747
2 Comments ( ikut berdiskusi? )
Leave a Reply
Juju Hidayat
May 25, 2012 @ 03:33:56
saya mintar ridhonya telah mengcopi beberapa bahasanterimakasih
Aditya Budiman
May 29, 2012 @ 02:50:15
silakan akh